Kamis, 17 November 2011






Selain itu, masalah persampahan disebabkan beberapa hal diantaranya, (1) pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbunan sampah pada perkotaan semakin tinggi, (2) kendaraan pengangkut sampah yang jumlah maupun kondisinya kurang memadai, (3) sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan, dan (4) belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse, recycle dan replace dan participation (4 R + P). Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk kota. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah timbulnya berbagai penyakit menular, penyakit kulit, dan gangguan yang disebabkan terhambatnya arus air di drainase dan sungai karena terhalang timbunan sampah yang dibuang ke drainase dan sungai sehingga mengakibatkan banjir (Wibowo dan Djajawinata, 2003).

Pesatnya pertambahan penduduk yang disertai derasnya arus urbanisasi di Kota Bandar Lampung telah meningkatkan jumlah sampah padat di perkotaan dari hari ke hari. Keterbatasan kemampuan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pengelolaan Pasar, Dinas Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum serta pihak kecamatan di wilayah Kota Bandar Lampung dalam menangani permasalahan sampah menjadi tanda awal dari semakin menurunnya sistem penanganan dan pengelolaan permasalahan sampah tersebut. Hal ini terasa semakin sulit untuk diselesaikan dalam jangka pendek karena adanya keterbatasan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat, dan terkendala dengan jumlah kendaraan yang masih terbatas serta kondisi peralatan yang telah tua. Belum lagi pengelolaan TPA Bakung yang sampai saat ini belum sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.

Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menegaskan bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat akan menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan perubahan karakteristik sampah. Saat ini, pengelolaan sampah belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Saat ini juga sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar dapat memberikan manfaat secara ekonomi, peningkatan kesehatan masyarakat, aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Lebih lanjut juga disebutkan bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien.

Berbicara fakta, penanganan sampah yang dilakukan saat ini belum sampai pada tahap memikirkan proses daur ulang atau menggunakan ulang sampah tersebut menjadi bahan yang bermanfaat (produktif). Penanganan sampah yang dilakukan hanya mengangkutnya dari tempat sampah di permukiman penduduk, pasar, terminal dan tempat penimbunan sementara dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah akhir. Cara seperti ini kurang bisa mengatasi masalah sampah karena masih dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah karena sampah merupakan sumber pencemaran dan dapat memicu peningkatan pemanasan global. Permasalahan sampah timbul karena tidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya dan semakin menurun daya dukung alam sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini, saat ini menjadi problematika mendasar dalam manajemen terpadu sampah termasuk di Kota Bandar Lampung. Di satu pihak, jumlah sampah terus bertambah dengan laju yang cukup cepat, sedangkan di lain pihak kemampuan pengolahan dan pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung diakui masih belum memadai.
  1. Sampah yang tercecer dan masuk ke dalam selokan/saluran drainase akan menyumbat saluran dan mengakibatkan banjir pada musim hujan. Keadaan seperti ini sudah sering terjadi di beberapa kota di Indonesia termasuk Kota Bandar Lampung.
  2. Peningkatan jumlah sampah akan menimbulkan masalah dalam mencari tempat pembuangan sampah yang baru. Tempat yang dijadikan lokasi penimbunan sampah akan menjadi tempat berkembangnya organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Tempat ini juga akan menjadi sarang hewan liar atau lalat. Padahal, hewan liar ini dapat mempercepat penyebaran bibit penyakit.
  3. Sampah yang terlalu lama ditimbun akan menghasilkan bau yang tidak enak dan akan mengganggu kesehatan orang yang tinggal di sekitarnya. Air yang dikeluarkan dari timbunan sampah juga dapat mencemari air sungai, air sumur, dan air tanah di sekitar tempat timbunan sampah tersebut.

Secara administratif, saat ini Kota Bandar Lampung terdiri atas 13 kecamatan dan 98 kelurahan dengan luas sebesar 19.722 hektar. Selama ini, pengelolaan sampah dikelola secara bertahap. Pihak kelurahan bertanggung jawab atas pengumpulan sampah dari rumah tangga ke lokasi TPS melalui sistem Satuan Organisasi Kebersihan Lingkungan (Sokli), dan pihak kecamatan bertanggung jawab dalam pengangkutan dari TPS ke TPA. Sistem ini ternyata sangat terbatas karena hanya terdapat 86 TPS untuk melayani 98 kelurahan tersebut, demikian juga kapasitas institusional dalam pengumpulan sampah yang terbatas yang masih terdapat pembagian tanggung jawab yang beragam. Penanganan sampah di jalan raya berada di bawah kendali Dinas Kebersihan dan Pertamanan, sampah di pasar berada di bawah kendali Dinas Pengelolaan Pasar, sedangkan sampah di terminal menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan.

Berdasarkan beberapa latar belakang tersebut, maka bagian strategi penting dalam rangka menajemen sampah padat di Kota Bandar Lampung adalah perlunya segera menyusun suatu dokumen kerangka kebijakan dalam sebuah Master Plan Manajemen Sampah Padat Perkotaan sebagai dasar bagi seluruh stakeholders di Kota Bandar Lampung melakukan pengelolaan sekaligus pengolahan sampah. Melalui implementasi Master Plan tersebut diharapkan jumlah sampah padat di wilayah Kota Bandar Lampung (baik di permukiman, saluran drainase, dan bantaran sungai dan pesisir laut) dapat dikurangi secara signifikan. Hal tersebut akan berkontribusi untuk mengurangi resiko banjir yang saat ini sudah dihadapi kota akibat penumpukan sampah yang tidak terkontrol, dan untuk mengantisipasi meningkatnya dampak dari perubahan iklim yang semakin ekstrim.



Beberapa tahun yang lalu saya dibuat miris oleh pelayanan kesehatan sebuah RS di Lampung yang notabene RS terbesar kala itu. Masih teringat dimana saat itu teman saya terkena kangker darah dan divonis di RS Hasan Sadikin Bandung, karena saat itu dirasa pihak dokter Hasan sadikin sudah menyerah, maka teman saya dipulangkan ke Lampung dengan saran menjalani pengobatan herbal. Namun beberapa hari di Lampung, teman saya merasakan sakit yang amat sangat, dan akibatnya dilarikan ke salah satu RS di pringsewu, karena beberapa hari tidak juga menemui diagnose yang tepat, maka dirujuklah ke salah satu rumah sakit di Bandar Lampung. Satu hal yang sangat miris, teman saya divonis sakit paru-paru dan dicampur dibangsal dengan penderita paru-paru lain. Saya pun terbelalak dan bertanya kepada pihak keluarga, mengapa tidak memberikan berkas yang dari Hasan Sadikin ?? dan saat itu saya beru tersadar bahwa nama teman say bukan lagi anna amalia, namun sudah berganti jayanti, karena ia berobat dengan askes pinjaman.
***
Teringat juga kisah seorang teman ketika menunggui saudaranya dibangsal salah satu RS di Lampung juga. Saat itu, ketika sang perawat masuk hendak mengecek pasien, si perawat salah periksa, karena yang tidur di ranjang RS bukanlah si pasien, namun ibu si pasien yang sudah cukup tua, dan si pasien tidur diatas tikar dilantai, mungkin karena si pasien tidak tega dengan ibunya. Lain cerita dengan pasien disebelahnya, masih dibangsal yang sama, pasien dan anaknya yang masih kecil sama-sama duduk dilantai. Begitu juga ketika wabah DBD menyerang dan salah satu teman saya terjangkit, dimana posisi rumah sakit saat itu sudah penuh, namun teman saya tetap saja diterima dan dirawat di lorong RS.
***
Kejadian-kejadian sederhana itu cukup menggelitik nurani saya, kenapa jaminan kesehatan untuk orang miskin begitu rendah, dan lebih tepat lagi dikatakan bahwa “orang miskin dilarang sakit”. Hingga beberapa bulan lalu, teman-teman saya yang ada di Badan Eksekuti Mahasiswa Universitas sibuk dengan kegiatan survey masyarakat tidak mampunya, dan sesaat terlontar pertanyaan, mengapa harus BEM-U yang mensurvei ? dan jawaban konyol yang saat itu hadir adalah BPS provinsi Lampung tidak akurat dalam melakukan surveinya, tanda Tanya keduapun muncul kala itu, mengapa wali kota Bandar Lampung justru melakukan survey ulang dengan biaya ulang dan menggunakan para mahasiswa ? mengapa tidak menegur BPS saja jika terbukti BPS yang tidak professional ?? dan semua itu terjawab, ketika masa pembagian jamkesda tiba, ada foto sang walikota di kartu jamkesda (jaminan kesehatan daerah) itu. Dan masyaallah mengapa segala sesuatu syarat dengan muatan politik, dan kebutuhan untuk menang ditahun depan? Tidakkah hati mereka sedikit tergugah melihat pasien-pasien yang terkapar, atau prosentase kesehatan ibu dan anak yang relative kecil?
***
Ada lagi satu kisah yang bisa pembaca jadikan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman saya diatas, saat saya soan ke dinas kesehatan Bandar Lampung dan berbincang dengan kepala bidang kesehatan masyarakat. Saat itu beliau memaparkan bahwa kebijakan kita sungguh unik, dimana kebijakan kesehatan yang seharusnya mengalah ke pola preventif, justru menuju kearah penanggulangan. Yang tentu saja itu memakan biaya yang lebih besar. Kita cenderung menunggu DBD mewabah diabanding mencegahnya, dll.
***
Kisah-kisah sederhana diatas mampu mewakili kita untuk meneropong secara penuh jaminan kesehatan dan kemudahan memperoleh akses kesehatan dilampung, kisah pertama dan kedua menjadi sudut pandang orang kecil, kisah ketiga menjadi sudut pandang pengambil kebijakan yang dekat dengan nilai politis, apalagi akhir-akhir ini terdengar kabar bahwa kartu jamkesda tersebut tidak mampu digunakan, dan kisah terakhir adalah pengakuan dari pelaksana kebijakan. Lalu bagaiman dengan Lampungku ? saya yakin akan lebih baik ketika pemudanya masih memiliki kepedulian untuk itu. Terus berjuang !

Sabtu, 12 November 2011



Saya punya seorang adik berusia belasan, ya sekitar 12 atau 13 tahun. hobinya survival, baris-berbaris, sandi menyandi, tali-temali, ya hobi anak2 pramuka pada umumnya. hingga pada suatu hari kami berdua pulang kerumah bersamaan, dan sudah menjadi agenda rutin, serta hobi bersama, kami jarang pulang... sekali pulang itupun ndk lama, sehari atau dua hari pergi lagi, atau malah kadang hanya dirumah satu malam. orang tua kamipun menganggap itu wajar, malah kami akan diusir-usir untuk pergi kalau terlihat nganggur-nganggur dirumah. dan seperti biasa, hari itu adekku terburu-buru pulang ke kosnya, ada agenda pramuka katanya, ah.... paling juga hobi tali temalinya itu.. pikirku kala itu... tapi ternyata saya salah, karena agendanya bernama "pramuka berbagi senyum" wuisss.... keren juga... gumamku., ada sebuah inovasi baru...dan tidak sekedar tali temali.., trus saya juga sempat berbincang tentang apa itu pramuka berbagi senyum, pada awalnya ini adalah gerakan sosial yang biasa dilakukan, bakti sosial ke panti, mencari donatur dan disalurkan, namun gagasan selanjutnya yang membuat saya tercengang... pramuka berbagi senyum itu dilanjutkan dengan program menabung, yang juga membantu kawand. disetiap kelas dikoordinir oleh satu orang, untuk menabung minimal 500 rupiah perhari, dan sepuluh persennya diinfakkan yang selanjutnya setelah akhir semester uang yang sudah terkumpul dari 10% itu dipakai untuk membantu kawand mereka yang belum bayar spp, buku lks, seragam, dll. wahh... dasyat... terimakasih adinda, karenamu kini aku bisa memaknai kata "gerakan" didepan kata "pramuka".


diriku sendiri mulai berfikir untuk membangun sebuah gerakan sosial dewasa ini, setelah saya bergabung beberapa saat di KAMMI dan kenal dengan beberapa temen di NGO., namun berawal dari saat itu saya jadi berfikir untuk melakukan hal-hal sederhana yang bisa aku lakukan untuk merubah apa yang tidak enak aku lihat. dan hari ini, bukan hanya adik saya yang memiliki gerakan limaratus itu... karena sayapun mulai membangun gerakan lima ratus saya.

***

keprihatinan ini berangkat ketika saya melamar menjadi guru di salah satu bimbingan belajar, dan sang pemilik lembaga mengatakan, lembaga seperti ini tidak akan terbentuk ketika sekolah mampu mendidik anak-anak mereka dengan maksimal. kata-kata itu ada benarnya, dan semua itu ndk masalah bagi murid-murid kaya, karena mereka bisa mendapat suplemen tambahan kapanpun mereka mau. tapi bagi anak-anak miskin dan pinggiran, sekolahpun karena ada BOS... lalu bagaimana ??? ada dua hal yang perlu disoroti, pertama, sudah saatnya sistim pendidikan kita mengevaluasi diri, karena banyak nilai bergeser dan sekolah hanya sekedar formalitas untuk sebuah title. jangankan menuju pada sebuah pembentukan karakter, ketika anak belajar tentang zat kimia, maka meeka tidak akan mengkonsumsi makanan berpengawet, kemampuan memecahkan soal kimia saja mereka dapatkan dari tempat bimbel. hal kedua yang harus dievaluasi adalah diri kita , karena kita memiliki banyak kemampuan untuk melakukan hal-hal kecil nan sederhana namun penuh makna. akupun tergelitik untuk menggagas "saung belajar". apa itu ???

***
saung belajar, adalh kelompok-kelompok belajar kecil dipinggiran, disana kita belajar bersama, berbagi pelajaran tambahan, skill tambahan, dan pembentukan karakter pribadi. namun alangkah lebih masifnya gerakan kita, ketika kita bergerak bersama... untuk mulai dari hari ini..,

1. mengumpulkan buku-buku dari para donatur untuk saung belajar, karena dari buku kita bisa membuka wawasan generasi muda, kalau merka tidak membaca, siapa yang akan jadi pemimpin negara ???

2. luangkanlah sedikit waktu, untuk sesekali bermain bersama kami, bercengkrama bersama wajah-wajah lugu mereka. dan berbagi skill yang masing-masing kita punya...

3. Bumikan gerakan 500. lima ratus bukanlah angka yang mahal, namun jika itu dikumpulkan, maka itu bisa membantu perbaikan penidikan negeri ini, karena gerakan limaratus inilah yang kedepannya akan membiayai operasional saung belajar kita. untuk sebuah perjuangan pemerataan kesempatan belajar di negeri ini.

so??? tunggu apa lagi??? bergeraklah, seperti WS Rendra pesankan... "kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata"


Minggu, 06 November 2011


almamater janganlah bersedih
ketika arakan mulai berjalan perlahan
menuju pemakaman siang ini
anakmu yang berani telah tersungkur kebumi
ketika melawan tirani...


(voa-islam) – Sebuah pesan pendek tersebar tentang kabar masuk Islamnya Sunita Williams, astronot wanita India pertama yang pergi kebulan pada 2 Juli 2007 lalu. Berita menghebohkan ini bukanlah yang pertama, sebelumnya astronot asal Amerika Serikat Neil Armstrong juga menyatakan dirinya masuk Islam sekembali dari bulan. Apakah ini berita bohong? Yang pasti pihak Kristiani tidak suka dengan pemberitaan ini. Lalu disebarlah kabar, bahwa ini berita bohong.

Perlu diketahui, Sunita Williams adalah seorang astronot kelahiran Ohio 19 September 1965 dari orang tua berketurunan India-Slovenia. Menikah dengan Michael J. William, seorang Polisi Federal di Oregon, USA. Sebagai astronot pertama India, dia memegang rekor perjalanan luar angkasa untuk wanita: berada diluar angkasa terlama (195 hari), dan berjalan diluar angkasa (29 jam, 17 menit).

Dalam perjalanannya ke bulan, Sunita William melihat fenomena yang aneh saat pandangannya menuju ke bumi. Ketika bagian bumi lainnya nampak gelap, ternyata ada sebagian kecil bumi yang nampak terang yaitu Makkah dan Madinah.

Sunita mengatakan, dari atas seluruh permukaan bumi diselimuti kegelapan, namun betapa terkejutnya ketika dengan bantuan teleskop ada dua tempat yang sangat berbeda, yaitu Makkah dan Madinah. Kedua tempat itu nampak terang dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya dibelahan bumi. Masya Allah, Allah Maha Besar.

Selain itu, fenomena lain yang ditangkapnya adalah ketika gelombang suara dari bumi tidak mampu merambah luar angkasa, dia ternyata bisa menangkap suara Adzan. Apakah ini suatu keanehan, atau merupakan suatu jalan dari Allah untuk menunjukkan sisi-sisi kebenaran kepada sang Astronout? Dikabarkan setelah peristiwa ini, Sunita Williams memeluk agama Islam.

Menjadi Polemik

Menengok kebelakang, pada tahun 1870, Neil Amstrong mendarat di bulan. Dikabarkan, saat mendarat di bulan, dia mendengar suara yang dia tidak mengerti suara apakah itu. Setelah 12 tahun kemudian, Neil diundang seminar di Universitas Kairo, Mesir.

Di saat dia menyampaikan makalahnya, saat adzan berkumandang menunjukkan waktu shalat, moderator menghentikan presentasinya untuk mendengarkan adzan. Dan Neil berseru, “Ini dia suara yang pertama kali aku dengar saat mendarat di bulan.” Setelah itu, Neil Amstrong menemui salah satu profesor di universitas itu. Dia ingin tahu banyak tentang Islam. Dan setelah itu, dia menjadi muallaf.

Pemberitaan masuk Islamnya Neil Armstrong dan Sunita William belakangan menjadi polemik di kalangan masyarakat. Seorang muallaf asal Australia Gene Netto dalam sebuah blog pribadinya mengatakan, “Teman-teman, saudara sesama muslim, saya mohon jangan di bahas tentang Neil Amrstrong ke bulan lalu mendengar Adzan. Karena dalam beberapa situs berbahasa Inggris (yang mereview dunia Islam), kita dianggap bodoh, mereka mengangap kebodohan dunia Islam karena tidak mau menerima kenyataan ‘American Kafir’ yang pertama menginjakan kakinya di bulan pertama kali, bukan orang muslim.”

Situs atau blog yang membahas Neil Armstrong menjadi muslim adalah situs-situs di Asia Tenggara (Maroko, Filipina, Indonesia, Malaysia). Barat menganggap, negara-negara disini memiliki pendidikan yang rendah. Pernah kejadian saat Neil Armstrong ke Malaysia dan ditanyakan hal itu. Ia heran, apakah hal seperti ini perlu dikonfirmasikan ke Neil Armstrong sendiri, karena Neil sendiri tidak pernah ke Makkah untuk melaksanakan ibadah Haji. Dan jika dijawab, ia tidak pernah mendengar adzan, maka si penanya muslim yang kecewa dan tidak percaya dianggap kebodohan. Neil memang pernah ke Mesir, tapi tidak untuk naik haji ke Makkah.

Dikatakan Gene Netto, umat muslim tidak perlu seorang Neil Armstrong untuk meyakinkan dirinya bahwa agama Islam yang dianutnya adalah benar. Jika anda menyakini agama benar, maka yakinilah bahwa hal itu benar. Muslim dianggap menggunakan nama besar Neil Armstrong untuk membenarkan agamanya.

“Masa kita dikatakan kurang meyakini agama kita sendiri sehingga perlu nama-nama besar dari dunia barat. Percayalah, nama Rasullullah sudah cukup besar buat kita dan dunia. Umat kita sendiri yang akhirnya menjadi bahan tertawaan, cukup sudah,” kata Gene yang telah memeluk Islam dan tinggal di Jakarta.

Dikatakan Gene Netto, Neil Armstrong merasa terganggu, bahkan ia menyatakan ia tidak masuk Islam dan ketika ia diundang sebagai pembicara dalam kegiatan Islam ia juga tidak mau (ia menolak secara halus karena tidak ingin menyinggung perasaan umat muslim), tetapi ia menyatakan tidak ingin berpartisipasi dalam kegiatan Islam. Dalam web Islam malah dikatakan Neil Armstrong tidak mau mengakui, karena ia telah dicuci otaknya di Assylum (RSJ).

Satu hal lagi yang menjadi bahan tertawaan dunia barat adalah pemberitaan Neil Armstrong menyusuri retakan di bulan yang cocok dengan cerita bahwa suatu saat nanti bulan akan terbelah dua, ditertawakan juga, karena diameter bulan itu sangatlah besar, mana mungkin ia punya waktu untuk menyusurinya. Mendengar adzan juga dikatakan ilmuwan Barat tidak mungkin karena tidak ada udara di bulan sana.

Dalam beberapa jurnal barat dikatakan, umat muslim memerlukan nama-nama besar atau cerita palsu untuk menambah keyakinannya diantaranya: Jaques Cousteau, Michael Jackson, Maurice Bucaille, King Offa of England

Terlepas benar atau tidaknya Sunita William atau Neil Armstrong masuk Islam sepulang dari bulan, kita berharap Allah Swt memberi hidayah kepadanya. Bagaimanapun para missionaris (Nasrani) tidak suka dengan pemberitaan ini. Padahal jika Allah menghendaki, ihwal terdengarnya suara azan di bulan, hal itu bukanlah mustahil. Bisa saja terjadi. Satu hal, media Barat tidak akan pernah memberitakan hal-hal yang dianggap bisa mengguncangkan iman umat Kristiani, bukan hanya di AS, tapi juga d dunia. Karena itu mereka meredamnya. Wallohu'alam.(Desastian)



Adakah orang akan bertanya akan aku ketika aku
tak pernah menulis satu kata?
Adakah orang akan mencari namaku ketika aku
tak pernah meninggalkan kesan?
tulisanku adalah diriku, diriku mustahil adalah tulisanku
jari-jariku bekerja dengan otakku
tapi tidak dengan diriku
diriku adalah kumpulan prilaku potensi dosa
diriku adalah susunan tulang daging darah
yang mungkin telah menyerap barang haram
diriku bukan milikku, lingkunganku telah mengklaimnya
Adakah orang pernah menerima aku berbeda dengan tulisanku?
Berjayalah kalimat-kalimat yang kutulis
sebab mereka mendapat teman dan musuh yang menghormati
ingin aku memasukkan diriku ke dalam tulisanku
harap aku bisa mendapat sapaan hormat yang sama
Tulisanku adalah produksi otakku yang bersahaja
tak dapat bercengkrama dengan prilakuku yang
diproduksi oleh niatku yang subjektif
tulisanku memberi tahu tentang aku ke dunia
sementara aku tak pernah berbuat yang sama
kepada tulisanku....

by:DeKalb


Akankah Papua lepas dari Republik Indonesia? Semua syarat menuju des-integrasi Papua sudah terpenuhi. Proses terjadinya des-integrasi itu sudah di depan mata. Kekuatan-kekuatan yang menginginkan des-integrasi sudah terkonsolidasi.

Suatu ketika jika terjadi campur tangan PBB, dan mengharuskan referendum bagi Papua, maka nasib Papua seperti yang terjadi di Timor Timur yang lepas dari wilayah Republik Indonesia.

Masalah paling pokok atau mendasar di Papua, masalah keadilan. Di mana rakyat Papua tidak mendapatkan keadilan. Terutama terkait dengan pembagian hasil sumber daya alam mereka. Rata-rata rakyat Papua, sejak di jajah Belanda, sampai bergabung dengan Indonesia, tidak mengalami perubahan nasib mereka, dan tidak mendapatkan keadilan. Mereka tetap miskin. Masih banyak diantara mereka memakai koteka.

Irian Barat yang di zaman Presiden Abdurrahman Wahid, sesuai dengan keinginan rakyat di wilayah itu, kemudian diganti namanya menjadi Papua. Itu sebenarnya secara de facto mengakui eksistensi gerakan yang menginginkan wilayah itu lepas dari Republik Indonesia.

Irian Barat yang sekarang menjadi Papua itu, sebuah hadiah dari Presiden Kennedy, yang menekan penjajah Belanda, menyerahkan wilayah itu kepada Indonesia, dan Indonesia masuk ke dalam geostragi Amerika di era perang dingin.

Di zaman Jenderal Soeharto berkuasa, awal pemerintahannya, sebagai bakti dan penghormatan dia kepada Amerika Serikat, maka menyerahkan "sesaji" kepada tuannya, berupa tambang emas dan uranium, yang sekarang diberi nama : "Freeport", pelabuhan bebas.

Di mana gunung di Timika, yang kala itu, dilihat dari udara, di malam hari, seperti terpancar sinar berwarna emas yang sangat nampak, karena saking banyaknya devosit emas, yang ada di Timika. Galian tambang itu, tidak diproses di Indonesia, tetapi langsung di masukkan ke dalam kapal diangkut ke Amerika Serikat.

Pemerintah Indonesia tidak pernah tahu, dan tidak melakukan audit terhadap hasil pengelolaan dan pengerukan tambang emas di Freeport. Berapa sebenarnya jumlah emas dan uranium, yang sudah diangkut ke luar negeri itu nilai ekonomisnya? Tetapi, yang jelas sumber tambang emas di Timika itu, memiliki kandungan yang sangat besar devositnya.

Berapa banyak emas yang digali dari bumi Timika itu, kalau dikoversi dengan nilai uang dollar atau rupiah? Triliunan dollar. Jika dirupiahkan sudah sulit dihitung. Terlalu besar nilainya uangnya. Tapi, semuanya uang itu kemana, jatuhnya?

Soeharto berkuasa hampir lebih tiga dekade alias tiga puluh tahun. Freeport itu sudah ada di awal pemerintahan Soeharto, dan ketika habis masa kontraknya diperpanjang, dan diperpanjang lagi.

Uang yang berasal dari tambang emas "Freeport" terlalu sedikit yang dinikmati rakyat Papua. Berapa lama rakyat Papua bergabung dengan Indonesia? Berapa banyak perubahan dan perbaikan kehidupan rakyat Papua? Berapa kemakmuran yang sudah didapatkan dari tambang emas "Freeport" itu? Nothing.

Uang dari tambang Freeport itu, pertama yang jelas menikmati asing, alias pengusaha Yahudi Amerika, dan salah satu komisaris utama Freeport itu, mantan Menlu Amerika Serikat, Henry Kissinger. Kedua, yang menikmati hasil tambang emas Freeport itu, tak lain, para elite pejabat di Jakarta.

Mereka yang paling "kenyang" dengan pembagian dari penjualan tambang emas itu, dan mereka terus menikmati penjualan tambang emas Freeport. Karena itu, ketika masa kontrak tambang emas Freeport itu habis, segera diperbarui lagi. Entah sampai kapan?

Papua propinsi yang paling kaya dengan sumber daya alam, tetapi propinsi yang paling miskin. Tidak ada perubahan yang penting di wilayah itu. Di semua sektor. Infrastruktur tak banyak mengalami kemajuan. Seharusnya, kalau "share"nya (pembagianya) itu adil, ibukota Propinsi Papua, Jayapura, bisa lebih megah dibandingkan dengan Jakarta. Dari mulai bergabung dengan Repubilk Indonesia, zaman Soeharto, sampai SBY, tak nampak kemajuan. Papua hanya menjadi sapi perahan bagi para elite politik di Jakarta.

Polisi saja, dari laporan yang ada, sejak tahun 2009, mendapatkan dana dari Freeport, tidak kurang $ 79 juta dollar, hampir satu triliun rupiah, hanya untuk mengamankan Freeport. Tetapi, sekarang kondisi Timika, yang menjadi kota kabupaten di wilalyah Freeport terus bergejolak. Kemudian, sekarang ditunjuk Letnan Jenderal Bambang Dharmono, menjadi Kepala Tim Percepatan Pembangunan Papua.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, belum lama ini berkunjung ke Jakarta, dan bertemu dengan sejumlah pejabat di Jakarta, dan menyinggung soal Papua. Panetta berbicara soal kesejahteraan. Sementara itu, kelompok-kelompok LSM, berbicara tentang pelanggaran hak asasi manusia. Terjadinya kekerasan di Papua yang sangat eksesif (berlebihan) yang dilakukan aparat keamanan, dan ini akan mempunyai implikasi yang serius.

Polisi dan tentara di pakai oleh fihak perusahaan Freeport, menjaga keamanan, dan mereka melakukan tindakan keamanan, dan deterren terhadap unsur-unsur yang ingin menganggu Freeport. Tetapi, situasi itu berubah dan terjadi eskalasi yang semakin luas, termasuk terbunuhnya Kapolres di wilayah itu oleh OPM (Organisasi Papua Merdeka).

Dilemanya, rakyat Papua merasa tidak puas, dan menginginkan Freeport menjadi milik mereka, dan mereka memiliki hak penuh atas Freeport. Freeport menggunakan aparat keamanan guna menghadapi kelompok-kelompok yang sekarang menginginkan hak-hak mereka atas Freeport. Terjadi tindakan kekerasan.

Semua itu, kemudian dimanfaatkan Amerika Serikat, mendorong terus terjadinya kekerasan dan mendukung kelompok OPM melakukan operasi militer, dan terjadi kekerasan, kemudian Amerika Serikat akan berbicara pelanggaran hak-hak sipil, dan menuntut campur tangan PBB. Dengan begitu Papua akan lepas dari tangan Indonesia. Inilah sebuah skenario yang dihadapi Indonesia tentang Papua. Mirip yang terjadi di Sudan Selatan, yang kemudian lepas dari Sudan utara.

Nopember ini di Bali akan berlangsung sebuah konferensi yang akan dihadhiri Presiden Amerika Serikat Barack Obama, dan masalah Papua menjadi masalah yang sangat serius.

Jika Papua lepas dari tangan Indonesia, maka ini akan seperti teori domino, yang akan berdampak terhadap wilayah lainnya di Indonesia. Karena potensi di-integrasi itu sangat besar, akibat ketidak adilan. Di mana-maa.

Ketidak adilan itu disebabkan karena faktor korupsi, dan ketamakan para pejabat di pusat dan di daerah yang sudah sangat sistemik, di mana sekarang apa yang disebut dengan : "State corruption", (korupsi negara) itu sudah menjadi nayata.

Apalagi, di era partai politik, yang sekarang memegang kekuasaan, kekayaan negara telah di kapling-kapling, dan melalui departemen, di mana para menteri yang berasal dari partai politik itu, pasti dengan mudah akan membuat "deal" dengan fihak asing menjual asset negara guna memenuhi pundi-pundi mereka, khususnya untuk menghadapi pemilu.

Para pemimpin partai politik sekarang mencari sandaran kepada negara-negara yang dipandang kuat, seperti Amerika Serikat, dan mereka pasti menjadikan Amerika Serikat sebagai patron (tuan) mereka.

Maka, tambang emas di Timika, tambang minyak di Cepu, Batubara di Kalimantan, dan sejumlah tambang lainnya, di Sumbawa Sulawesi, dan Sumatera itu, mereka jadikan "sesaji" bagi tuan mereka di Washington.

Rakyat seperti di Papua hanya menikmati kemelaratan mereka, dan sebagian mereka masih hidup nomaden dan menggunakan koteka.

Sementara elite politik mereka menikmati kelezatan dari kekuasaan mereka, dan hasil menjual kekayaan negara kepada fihak asing. Mereka akan menyambut dengan senang hati kedatangn Barack Obama di Bali. Wallahu'alam.