Masih terngiang di ingatan ketika awal menjadi mahasiswa baru dan mengikuti acara keakraban yang diadakan oleh prodi masing-masing, saat itulah saya mengenal sosok bernama Aditya Prasetya. Beliau menjadi MC di acara tersebut dan berkali-kali saya tarik nafas karena gaya bicaranya yang sedikit tersengal-sengal. Saya ingat betul memenangkan door prize dari beliau karena menjawab pertanyaan terkait undang-undang sisdiknas, UU No.20 tahun 2003.

Ada beberapa cerita bersamanya, ketika pertama kali saya mengenal dunia aktivisme, ya beliaulah kepala departemen saya kala itu. Setelah itu saya sempat menggantikan Indah untuk melanjutkan amanah beliau di DPM. Layaknya manusia biasa, saya juga sering adu pendapat, pernah ketika di DPM beliau bilang “kamu cuma boleh ngeyel gini sama kak adit aja lho yaaa…”. Layaknya seorang teman yang tak sempurna, saya juga pernah bilang beliau gak gentle ketika lari dari pencalonan ketua suatu organisasi, dan yang paling lekat dalam ingatan, saat saya mengikuti program Parlemen Muda beliau sms dan setengah menggunakan nada yang menyebalkan menyuruh saya pulang keesokan harinya tanpa ia mau tau karena harus menghadiri musyawarah suatu organisasi. Kesal sungguh rasanya saat itu, apalagi saya sudah mendapat  tiket gratis untuk hadir di suatu acara yang akan dihadiri oleh banyak pembaharu social. Malam-malam saya harus telfon maskapai untuk tuker tiket pesawat dan pagi-pagi buta harus bertolak ke bandara.

Dibalik itu semua, layaknya seorang teman, ada kisah-kisah menyenangkan yang mengundang gelak tawa, seperti saat aksi di bunderan gajah dan harus kejar-kejaran sama polisi, Kak Adit lebih milih nunggu berpanas-panasan di bunderan gajah dari pada harus adu balap sama polisi yang dendam sama kita. Alhasil itu polisi nyerah, salaman, dan sholat bersama, dan kala itu dengan sabarnya beliau menanggapi keluahan saya yang motornya paling pertama kena angkut pak pol.

Dilain pihak, beliau itu selalu berkata “kongkretnya begini dahhh…….” Dan bla… bla… bla… masih panjang juga cerita. Begitu juga sepanjang perjalanan organisasi yang diisi oleh banyak kepala. Walau di dalamnya ada begitu banyak kubu, dan beliau mungkin sudah memihak salah satu, namun selalu bisa tampil netral di hadapan kami, para stafnya. Pernah juga ketika kami ribut antara “Gilas” atau “Galaksi” untuk membuat sayap gerakan anti korupsi, beliau dengan tiba-tiba hadir dengan nama “Batik” alias barisan anti korupsi.

Hingga saatnya diumumkannya beliau menjadi bagian dari pengajar muda, senang sekali rasanya, orang yang gubrek-gubrek saya untuk pulang Parlemen Muda cepet-cepet gabung di jenis gerakan yang sama. Semoga kedepannya ada persamaan sudut pandang dalam melihat perubahan dan menghentikan berbagai macam selisih pendapat kala itu. Beliau sempat berkata akan belajar banyak, berdiskusi banyak dengan berbagai background pemuda, dan pulang ke Lampung dengan langkah baru untuk pendidikan.

Saat itu beliau juga ngeyel akan mengganti flashdisk saya yang dihilangkan, dan saya bilang, lupakan, saya juga sudah lupa. Saya tidak pernah membayangkan kalau beliau tidak pernah kembali. Hari-hari saya berlalu begitu saja, dengan ide-ide baru bersama teman-teman, seperti kelas inspirasi bareng Desi, atau bedah kampus bareng temen-temen KKN, atau juga perpustakaan untuk kaum marginal bareng Mb Diana.

Hari ini kabar itu datang, teman, kakak, mentor, senior, kakak tingkat, sekaligus saudara seiman saya ini sudah lebih dulu dipanggil olehNya…

 Ya, hitungan usia @aditya1P bisa pendek, tapi makna kehadirannya amat panjang . . ..

Ia berjuang bawa keikhlasan dan kemulian. Berpulang saat dlm pejuangan, insyaAllah disisi-Nya ia menempati derajat yg mulia dan abadi bersama para syuhada.

Ungkap pak anies baswedan di twitternya.

Lama saya memandangi akun facebook dan ungkapan bela sungkawa terus berdatangan. Hingga ada salah seorang senior di fisika yang update penggalan percakapan beliau dengan kak adit. Bergetar hati saya, membaca salah satu cita-cita besar beliau adalah sebuah gerakan sejenis kelas inspirasi.

Sejenak semangat saya membara, hati saya kehilangan, jiwa berdo’a pada yang Kuasa. Namun biar raga ini berjuang dan bergerak jika ia mampu mmelaksanakannya nanti, namun aku tak berjanji untuk itu. Yang aku tau hari ini, engkau hadir dalam kesederhanaan, menjalani proses sebagai manusia biasa, dan meninggalkan value yang mendalam di akhir hayat…

Optimislah Indonesia,.Karena Kaum Muda dalam usia produktif lebih banyak memilih pekerjaan karena aktualisasi diri (bkn hanya skdr PNS)..  ungkapnya di salah satu status terakhirnya…


Selamat jalan kak Adit… semoga semangat, optimisme, dan ketulusan ini meradiasi ke generasi muda yang lain. Ya Rabb… lapangkanlah kuburnya, ringankan siksanya, aku bersaksi bahwa ia orang yang beriman kepadaMu… jadikanlah pahala perjuangan ini menjadi pahala jihad baginya yang mengantarkan pada syahid… awal dulu aku mengenalmu karena UU sisdiknas No.20 tahun 2003 dan kini aku menyaksikanmu mengakhiri hidup untuk perbaikan pendidikan dalam pengabdian di bumi timur sana. Mohon ma’af atas segala khilaf yang membara dari jiwa muda yang meledak-ledak ini dan terima kasih banyak atas value value yang telah ditinggalkkan dalam perjalanan menjadi khalifah Allah, semoga kelak kita berjumpa lagi di jannahNya… Selamat jalan kawand…