Memiliki hidup yang berwarna memang menyenangkan, tidak hanya bisa bercerita di blog, namun juga memiliki banyak teman untuk share dan berbagi. Sehingga pergaulan kita lebih luas dan akan semakin berwarna.

Hal ini membuat saya teringat akan sebuah percakapan singkat ketika saya singgah dirumah teman saya beberapa hari lalu "blog kamu membuat saya envy, dulu pas S1 aktivitas saya tidak sebanyak itu", atau juga celetukan teman-teman ketika reunian di SMA, "aktivis banget Candra ini..." dan yang lebih unik lagi ini "ndak bosen tah Can, duniamu begitu saja dari SMA ???".

Mungkin saya akan mengurungkan niat protes saya ketika teman-teman memiliki makna aktivis secara luas, karena saya memang peduli dengan tatanan masyarakat dan pendidikan, namun jika hal itu mengerucut pada aktivis X yang berafiliasi pada sesuatu dalam tanda kutip "..........." sama sekali tidak. Penampilan boleh sama, ruh perjuangan ada beberapa yang beririsan, namun itu tidak bisa digunakan untuk menjudge saya bahwa saya adalah mereka.

Bisa dibilang, saya bukan siapa-siapa di kampus, hanya beberapa kali pernah menjadi staff BEM dan menggatikan teman saya yang anggota DPM selama 3 bulan, dan pada akhirnya saya keluar karena benturan idealisme. 

Jika ditanya dunia saya yang begitu saja, saya justru merasa lebih berwarna. dulu saya di SMA terkenal sebagai anak ekskul yang prestatif, trus dikampus sempat mengenal dunia "kampus" dengan singkat dan mampir saja, maen bersama teman-teman klub bahasa inggris, malang melintang kerja, mulai dari radio, interpreter, hingga buruh bikin kue lebaran, setelahnya saya sempat runtang-runtung di dunia kreatif, hingga saya kenal parlemen muda dan memasuki alam gerakan sosial. tidakkah itu lebih berwarna dari sekedar mengejar IP dan organisasi untk menggenapi CV untuk mengejar karier selanjutnya ?

Sering juga banyak yang bertanya, sekarang aktivitas dimana ? ketika saya cerita dipesisir mereka langsung bertanya, dibawah lembaga apa ??? dan ketika saya jawab tidak ada, mereka seolah memicingkan mata. Juga ketika saya menggagas komunitas mahasiswa pringsewu, langsung ada yang nyeletuk "mau nyalon bupati ya ?"

Mungkin pertanyaan itu seperti sebuah angin lalu, namun bagi saya itu terdengar seperti judgement tentang siapa saya, "seorang aktivis, yang berafiliasi pada sesuatu, dan merintis karier sebagai politisi". tidak ! itu bukan saya.

Kalau saya terlihat aktif, itu tidak harus saya tergabung di banyak organisasi, bisa jadi saya hanya sedang bermain bersama teman-teman saya di organisasinya. Dan sama sekali saya bukan orang yang pragmatis, gila disimbolkan dan menjadi boneka. karena bagi saya pemimpin itu adalah orang yang jeli melihat keadaan dan bisa memberikan solusi, pemimpin itu adalah suatu sifat, bukan jabatan untuk bergaya-gaya. dan bagi saya aktivitas saya ya tempat untuk mengaktualisasikan diri supaya ilmu dan sumber daya dalam diri saya bisa mengentaskan permasalahan kecil di masyarakat, jadi ketika itu efektif, untuk apa bendera dan organisasi ??? bukankah ketika kita mati kelak hanya tiga yang dibawa "anak sholeh, ilmu yang bermanfaat, dan amal jariyah ???"

Dan mungkin sudut pandang kita akan "definisi organisasi" juga berbeda, karena saya tidak pernah berfikir "organisasi mengganggu kuliah", saya menganalogikan bahwa itu adalah suatu kesatuan dalam hidup saya, aktivitas luar kampus-kuliah adalah kesatuan utuh untuk mencapai apa yang saya cita-citakan, menjadi insan pendidik yang bisa mengentaskan kebodohan dan pembodohan. ibarat sendok dan piring yang kita gunakan untuk makan. 

Saya sering merasa sedih atas kondisi, namun saya juga tidak menyalahkan siapa yang menjudge, mungkin lingkungan disekitar mereka pula yang menciptakan frame bahwa orang yang punya aktivitas sosial itu membangun basis untuk konstituen, berjilbab itu berafiliasi sama X, dan menyedihkannya lagi ketika saya diisukan mengkonsumsi uang ini dan itu. padahal bayar SPP saja selalu gelabakan.

Lalu siapa saya ??? seorang muslim yang ingin mengamalkan apa yang agama ajarkan, tentang aturan hidup yang utuh, bukan hanya sholat dan tilawah, tapi juga pendidikan, ekonomi, dll. Setidaknya saya memulai untuk yakin bahwa islam ini adalah jalan hidup yang benar.

Dan akhir kata, saya berharap sebagian dari kita berhenti men-judge politis teman-teman yang memiliki kepedulian sosial, siapa sie yang ndk merindukan tatanan hidup yang lebih baik, anak-anak bisa belajar, saling tolong menolong, petani-petani terkelola, ibu-ibu rumah tangga, perekonomian di rumah-rumah membaik. Apakah salah punya keinginan supaya saya, teman-teman, kerabat, dan keluarga saya bisa hidup dengan lebih baik ditengah kondisi yang membodohkan dan memiskinkan ini ??? Apakah itu sesempit mencari konstituen untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif ? Jika iya, bisa jadi itu berlaku untuk diri anda sendiri.