Ada satu sosok, yang ketika ia hadir kau akan memaksa dirimu untuk tertawa, selelah dan sepenat apapun itu. Walau kau sedang terburu-buru, penuh tekanan dari tempat kerja, dikejar tugas kuliah, membagi waktu setengah mati untuk mengembangkan diri dan mencintai keluargamu. Ada yang hadirnya tak mampu kau tolak walau hanya sekedar membahas topik tak jelas, kesana kemari. Ada sosok yang pada akhirnya sangat kau khawatirkan kala ia sakit. Ada sosok yang menjadi alasan utama mengapa engkau menangis. Ada sosok yang ketika kau melihatnya penuh pikiran, maka pikiranmu akan semakin penuh. Ada sosok yang lebih kau harapkan ridhonya dari apapun, adalah ia yang selalu kau sebut dalam do'a lima waktumu. Ada sosok yang telah mengorbankan segalanya untukku; dan itulah ibu.
Tampilkan postingan dengan label celoteh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label celoteh. Tampilkan semua postingan
Jumat, 04 September 2015
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Jumat, September 04, 2015
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Selasa, 18 Agustus 2015
Untuk sampai pada titik ini, bertahan sejauh ini, berusaha untuk tumbuh dengan sebaik mungkin, bukanlah perkara mudah dan sederhana. Satu hal yang pasti, aku tidaklah sendiri. Tanpa campur tangan sosok-sosok yang tulus nan baik hati, apalah daya, hari ini mungkin tidak akan ada, ya... mungkin ada, tapi tidak seperti ini. Hingga aku begitu yakin akan betapa Agungnya Sang Penguasa jagad raya. Selalu ada kejutan manis yang tertuduga, dan seringkali menjumpai shock terapi tanpa peduli diri ini siap atau tidak. Selamat datang dua lima, usia yang benar-benar dewasa untuk bergabung pada gelanggang dunia.
Untuk Orang Tua
Aku haru, bersyukur, bangga, lahir dari ayah dan ibu yang luar biasa. Semakin dewasa aku semakin menyadari bahwa hidup adalah pilihan, kaya atau miskin, baik atau jahat, tulus atau modus, semua kembali ke kita. Aku bangga punya ayah yang luar biasa, darinya aku melihat nilai kehidupan yang sesungguhnya, darinya aku melihat kebermanfaatan dan ruh pemberdayaan, darinya aku melihat keberanian dan perhitungan resiko, darinya aku melihat kemuliaan dan kesederhanaan, darinya aku melihat kecerdasan dan kelurusan. Aku bangga Utama Group pernah ada, aku belajar kala ia porak poranda, jiwa pemberdayaan itu mengalir pekat di darah ini hingga tanpa kusadari membawaku sampai ke Seattle. Entah kapan, tapi aku yakin saat itu pasti ada, saat semangat itu mampu kuterjemahkan dalam sebuah wahana nyata. Aku bangga akan ketulusanmu mengabdi pada yayasan, sungguh aku lebih memilih hidup seperti ini dibanding makmur namun hanya untuk keluarga sendiri.
Dari sosok seorang ibu aku melihat wujud rasa syukur yang paling nyata, aku melihat kasih sayang dan perjuangan. Aku mengerti beratnya menggadaikan cita-cita, aku mengerti rasanya tidur paling akhir dan terjaga paling awal, aku mengerti bahwa menterjemahkan hal yang menurut masyarakat biasa saja menjadi hal yang sangat istimewa itu tantangan. Tapi demi anak-anakmu kau memilih itu. Sebulan saja aku menjaga penuh Ibram, rasanya semua hal sudah porak-poranda. Kamu menjaga kami, menjagaku sampai usia dua puluh lima. Tak terbayang lagi rasa khawatir apa yag pernah memenuhi pikiranmu, debar-debar jantung yang pernah menghantui, keletihan yang menghinggapi, air mata yang kau sembunyikan. Semoga Allah berikan tempat terbaik, benar-benar tempat yang paling baik.
Untuk Adik-Adik
Bangganya aku menyaksikan kalian tumbuh. Mudah tumbuh pada lingkungan yang mudah, tapi kita bahu membahu, saling berbagi, saling mengalah, untuk maju bersama-sama. Keterbatasan takkan membuatku menyerah, apalagi menyaksikan kalian menyerah. Kita tak harus menyerah dan tak ada pilihan untuk menyerah. Impikan saja masa depan terbaik kita, melangkah saja, biarkan Tuhan yang mengatur sisanya.
Aku tahu rasanya pahit, aku tahu rasanya berbeda dari teman-teman seusia. Tapi aku yakin hukum sebab dan akibat itu berlaku. Hari ini kita belajar dan bekerja keras, kelak kita menuai manfaat dan keberkahan dari apa yang kita perjuangkan hari ini. Dengan cara kita, kesederhanaan tidak akan menjadikan kita hina, kita harus bisa bangkit dari keterinjakan. Yang terpenting kita harus ingat rasanya tertindas, sehingga tidak akan balik menindas.
Untuk Sahabat Sahabat Terbaik
Entah apa jadinya aku tanpa para pahlawan di jalan sunyi ini, yang tiba-tiba hadir disaat yang tepat, memberi semangat untuk sama-sama tumbuh dan belajar. Membangun impian akan masa depan. Tertawa, bertengkar, mengisi masa muda dengan cerita yang luar biasa. "Kalianlah malaikat tanpa sayap yang Tuhan kirimkan sebagai jawaban atas do'a-do'aku". Terimakasih untuk setiap dorongan moril dan materiil yang tak terhitung. Terimakasih telah menyisakan ruang dihati untuk kusinggahi. Semoga persahabatan kita sampai disurga, sulit untuk diuraikan satu per satu. Tanpa kalian aku hanya butiran debu.
Saatnya...
Saatnya masuk ke dunia profesional, bekerja lebih serius lagi, mengembangkan pendidikan, merintis firma dengan lebih giat...
Saatnya memimpikan kebermanfaatan yang lebih besar, menjadi seorang katalis, berjuang tanpa nama dan bergerak tanpa kata... aku bermimpi suatu hari nanti, Indonesia akan menggunakan ide yang keluar dari buah pikiran diri ini...
Saatnya memandang hidup dari sudut pandang nilai dan merdeka dari intervensi sosial yang belum tentu benar adanya. Berteman juga bentuk kecerdasan yang sebanding dengan piala olimpiade matematika atau omset 100 juta perbulan...
Saatnya tumbuh menjadi orang dewasa dan mengambil resiko sebagai orang dewasa, melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan...
Saatnya mengkohkan perjuangan meraih mimpi dan menerima kehadiran orang lain dalam hidup... be a patner in crime forever...
Selamat datang dua lima... "adakalanya kesederhanaan menjadi mewah dirasa, dan adakalanya kemewahaan menjadi hambar pada akhirnya... jadilah pribadi yang istimewa itu dan tundukkan hatimu, sesungguhnya yang ber hak untuk sombong adalah ia Yang Menciptakan Segalanya"
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Selasa, Agustus 18, 2015
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Kamis, 23 Juli 2015
Bagi anda yang mengawali dunia
kampus dengan aktif di berbagai organisasi, sudah barang tentu tidak akan asing
dengan istilah ‘setiap zaman melahirkan pemimpin’, karena kalimat tersebut
cenderung diulang, puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali di berbagai tempat. Yap
! Setiap zaman memang memiliki pemimpinnya sendiri. Sebut saja diera awal
pergerakan kemerdekaan Indonesia dimana kita punya Cokroaminoto, diera
perjuangan kemerdekaan yang melahirkan sosok Soekarno dan Hatta, diera
pembangunan dengan gagasan Soeharto dan Habibie, dan puluhan contoh lain.
Hal tersebut juga berlaku dalam
konstelasi sejarah dunia. Amerika serikat memiliki sosok George Washington yang
mendeklarasikan kemerdekaan negara luas yang hari ini menjadi adikuasa tersebut,
dari dunia islam hadir Muhammad Al Fatih yang memenangkan konstantinopel dan
membebaskan rakyat pada masa itu dari pemerintahan yang korup, masyarakat kulit
hitam punya Martin Luther King yang memperjuangkan kesetaraan ras hingga hari
ini Barack Obama bisa berdiri gagah di podium kepresidenan seraya berkata “kita
bisa !”.
Tempo hari ketika saya menyusun
materi untuk workshop kepemimpinan bagi exchange participant AIESEC Unila saya
mencoba mencari jawaban atas satu pertanyaan sederhana “hal terbesar apa yang
paling mendukung sosok-sosok luar biasa tersebut menjadi seorang pemimpin ?” apakah
latar belakang pendidikan ? keluarga ? teman sepergaulan ? dan jawabannya
sungguh mengagumkan, kondisi yang tidak normal lah yang menjadikan mereka
sebagai pemimpin yang besar di zamannya.
Ketidakidealan kondisi yang
seseorang alami mampu memancing individu tersebut untuk tumbuh berbeda dan
menjadi solusi bagi zamannya, atau secara tidak langsung sebuah zaman telah
melahirkan pemimpinnya melalui sebuah proses yang alamiah. Sebut saja Martin
Luther King yang memperjuangkan kesetaraan bagi ras kulit hitam dan menghapuskan
perlakuan tidak manusiwi yang kelompok tersebut rasakan, Mark Zuckeberg menjadi
pemimpin inspiratif karena mencetuskan sebuah platform yang memudahkan setiap
individu dalam berkomunikasi pada era modern ini, juga Mahatma Gandhi di India,
Hellen Keller bagi kaum difable, dan Soekarno untuk Indonesia.
Namun jika anda kritis, sebuah
pertanyaan susulan akan muncul, ‘dari ratusan bahkan ribuan orang yang hidup di
era tersebut mengapa hanya segelintir orang yang kemudian muncul sebagai tokoh
pendobrak ?’. Menurut hemat pribadi saya ada dua hal yang membuat mereka
kemudian menjadi ‘anomali’ atau ‘berbeda’, yakni ‘kepekaan’ dan ‘ketulusan’.
Kepekaan dan ketulusanlah yang
membedakan mereka dari ribuan bahkan jutaan orang yang hidup pada masa itu.
Jika Martin Luther King bersikap biasa saja melihat fakta ketidakadilan yang
dialami oleh ras kulit hitam dan berhitung untung rugi dalam perjuangannya,
maka bisa jadi sejarah hari ini akan berbeda. Begitu juga Mark Zuckeberg yang
merintis facebook dengan penuh rintangan, jika ia tidak peka membaca kebutuhan
zaman dan berhitung dalam perintisan platform tersebut di awal waktu, maka ia
sudah akan menyerah dari jauh hari karena khawatir bangkrut dan segudang
ketakutan dari resiko lain.
Pendidikan
dan Pemimpin Sintetis
Pada akhirnya sayapun tergelitik
dengan jalan pikiran saya sendiri. Lalu bagaimana dengan saya hari ini ? bisa
dibilang saya hidup dalam kondisi yang nyaman dan tidak mengalami kondisi sulit
yang seekstrim mereka ? --atau bisa jadi karena ketidakpekaan saya menangkap
masalah-- karena diakui atau tidak, ketidak adaan tekanan tersebut seringkali
membuat kita terdiam di zona nyaman dan tidak berbuat apa-apa.
Biar bagaimanapun alam mendidik
dengan baik dan begitu alami. Namun seiring dengan perkembangan zaman, manusia
mencoba merubah proses tersebut menjadi produk sintesis bernama kurikulum,
merekayasa sebuah kondisi dimana seseorang bisa belajar dengan baik, mendekati
kondisi sempurna yag disediakan langsung oleh alam.
Pada akhirnya sekolah-sekolah
bersaing membuat sebuah kurikulum unggul, organisasi-oraganisasi hadir dengan
tawaran proses pengembangan diri yang beragam guna mendidik sekelompok pemimpin
bagi masa depan. Bukan pemimpin formal yang hanya duduk pada kursi
pemerintahan, bukan pemimpin dalam wujud kata benda, namun lebih pada pemimpin
dalam wujud kata sifat yang dimiliki oleh siapa saja; dokter, guru, arsitek,
dll. Sehingga pemimpin tersebut mampu menghadirkan solusi bagi permasalahan
zamannya melalui kepakaran masing-masing.
Pola
Pendidikan Indonesian Future Leaders dan Beberapa Organisasi Lain
Kembali melihat pada masa lalu,
dimana saya pernah belajar di beberapa tempat yang berbeda, baik sekolah,
pondok pesantren, komunitas, organisasi, dll, ada satu tempat dimana saya
merasakan sebuah proses pendekatan yang sedikit berbeda dalam mendidik saya
menjadi seorang pemimpin. Tempat ini juga mengemas sebuah workshop pembelajaran
dengan sederhana sehingga saya mudah memahami.
Tempat itu adalah Indonesian
Future Leaders, dimana saya bergabung pada tahun 2013, yakni saat saya menjadi
pendiri di salah satu chapternya. Disini, jauh sebelum saya berdiskusi tentang
teori kepemimpinan atau contoh pemimpin ideal saya justru dihadirkan pada
sebuah workshop online via youtube yang mengajak kita untuk keluar dan
menganalisa permasalahan apa yang ada di sekitar kita, dimana selanjutnya kita
diarahkan untuk membuat sebuah proyek sosial yang mampu menyelesaikan
permasalahan tersebut. Proses tersebut dimaksudkan untuk mengasah kepekaan, dan
selanjutnya secara tidak sengaja, dengan sendirinya saya belajar mengatur tim,
memaksimalkan sumber daya yang ada, juga memaknai ketulusan melalui konsep
kesukarelawanan di setiap proyek sosialnya.
Sebuah proses sintesis yang
mendekati alami sepanjang perjalanan saya belajar kepemimpinan di berbagai organisasi.
Walau saya akui ada beberapa organisasi yang juga berbicara keresahan
masyarakat, namun ia masih banyak berwacana pada sebuah ruang definisi yang
abstrak dan cenderung sulit diterjemahkan oleh anggotanya –atau bisa jadi saya
yang gagal paham--.
Lalu mana yang lebih unggul dari
keduanya ? saya tidak bisa memutuskan, Indonesian Future Leaders memiliki
kurikulum dengan pendekatan yang lebih alami, namun jika individu tidak
terpancing untuk berfikir dan mencari lebih dalam bisa jadi mereka tidak akan
sampai pada sebuah nilai yang berusaha disampaikan. Sebaliknya, organisasi yang
memulai pendekatan dari lokus teori dan memancing keresahan bisa jadi hanya
melahirkan sosok yang pandai berwacana melangit dan sulit menterjemahkan ide ke
bumi.
Pada akhirnya keputusan untuk
belajar secara utuh dan mengikuti sebuah proses hingga selesai menjadi pilihan
yang paling penting ketika kita belajar, dimanapun itu. Tidak perlu bingung untuk memilih belajar
dimana, tapi belajarlah dengan baik. Karena sejarah di zaman manapun tidak
pernanh mencatat orang yang setengah-setengah, dan sekali lagi, semua ini
hanyalah sebuah perenungan dari pemikiran premature saya pribadi, mohon ma’af
atas warna-warni keluguan disetiap detilnya.
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Kamis, Juli 23, 2015
- Discussion:
- 1 comment
- Categories:
- celoteh
gerakan mahasiswa
pendidikan
social empowerment
Kamis, 14 Mei 2015
Secangkir kopi
selalu memiliki kisahnya sendiri, seperti sore ini, ia memecah sunyi diantara
kita yang berbulan-bulan tak bersua karena benua tak lagi sama. Kini aku paham
mengapa starbuck bisa begitu mendunia, karena pada secangkir kopi itu tidak
hanya tersimpan rasa, tapi juga asa dan cerita. Sementara hujan, mengayun merdu
dengan melodi alam yang tak putus, seperti do’a yang selalu kupanjatkan untukmu
atas semua kebaikan dan kenangan. Aku bebas menjadi diri sendiri kala senang
dan marah, kala sedih dan pura-pura baik saja, pada Tuhanku aku jujur tentang
warna hati yang tak selamanya dihiasi gradasi warna-warna indah, tapi pekat
malam yang merindukan temaram cahaya lilin, dan kamu… mengajakku untuk
menyalakanya, jauh di dasar hatiku.
Tak banyak yang
mendengarkanku kala aku berkicau tentang Cordoba, Andalusia, juga celotahan
dengan bahasa berat dan setengah-setengah, tapi secangkir kopi selalu punya
tempat untuk siapa saja. Ia tidak pernah berkomentar tentang judul buku yang
aku baca, dari novel ringan karya Andrea Hirata hingga Muqaddimah Ibnu Khaldun,
dengan setia dia diam tapi ada, menemani dialektika baru yang tiba-tiba muncul
kala lembar demi lembar terbuka. Juga ketika aku tiba-tiba mengagumi Al-azhar,
Leiden, hingga Harvard, otakku tak dapat terbendung lagi untuk menumpahkan
deret kata hasil olah imaji tetang dapur intelektual pada zaman yang berbeda,
dia hanya tersenyum tenang dicangkirnya dan mengerdipkan mata pada gula pasir
yang manis.
Ada kalanya aku
penasaran pada Hunger Game, The Maze Runner, ataupun judul film lain yang tak
sepopulis Fast Furious 7, dia sama sekali tak keberatan akan itu. Hanya ada
jalan cerita dan aku di ruang teater, dan dia bercengkrama hangat di genggaman
tangan bersama coklat yang membuatnya dikenal orang dengan sebutan moccacino.
Disebuah kota
bersejarah yang melahirkan industri-industri besar dunia aku mencium aroma di
setiap sudut kota, aroma yang akrab dengan keseharianku, dengan waktu-waktu
terbaik yang pernah aku nikmati. Kutabambahkan beberapa sendok krim berwarna
putih salju agar rasa pahit itu memudar, lalu aku duduk ditemani seacangkir
kopi seharga $2 pada sebuah kafe kecil
di lantai dasar sebuah bangunan yang kokoh, menunggu rekan kerja yang akan
bersama membunuh hari yang berat, jam demi jam yang terasa cepat karena harus
berjumpa dengan banyak kolega membicarakan bisnis dan juga kemanusiaan, hari
dimana aku hanya sempat makan siang dengan sepotong sandwich karena dunia begitu
cepat berputar dan menyisakan hanya dua pilihan, berhenti merajuk atau
tertinggal.
Ini begitu
sulit, dan aku ingin secangkir kopi saja yang menanyakannya, tapi ia tidak
lebih dari benda mati yang menjadi saksi sejarah perjalanan penuh warna. Bersediakah
kau menghabiskan cangkir demi cangkir kopimu bersamaku disepanjang hari yang
tersisa hingga ajal menjemput ? Kita bisa berdisusi apa saja, di sudut-sudut
Eropa hingga Asia, medengarkanku berkisah tentang jalan cerita di beberapa
novel, menghabiskan waktu menyaksikan pemutaran film, sampai saat dimana sesekali
kita berdebat panjang, saling diam, dan terpaksa mengalah. Aku yang terlalu sederhana,
tak tau tentang hari depan yang kau impikan, namun jika engkau bersedia, kau
bisa ceritakan padaku dan izinkan aku membantumu meraihnya, memastikan bahwa
penerusmu akan tumbuh dengan baik-baik saja, dan saling menguatkan dalam
merajut keabadian di JannahNya. Jangan tertawa, karena aku tidak sedang
bercanda.
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Kamis, Mei 14, 2015
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
To whom it may concern;
I am writing
this letter regarding Deni Burhasan application is sending your institutions. Absolutely,
I understand your strange feeling on the first time you hear his name, but you
will be more surprised after you start a conversation with him and discuss
something. When this world is full of
narrow minded people who live in their own perspective and point of view or
even love to put their self in their own box, Deni tries to hear other people
arguments, thoughts, and jokes. That is showing clearly in my memories theater
a moment at a night before Parlemen Muda Roadshow in Lampung. I laid down in Hetty’s room to kill my fatigue
after had three hours journey from my campus internship when suddenly Aris is
calling me to join in a great discussion about democracy, government,
prosperity, and youth movement. That was the first time i share idea with Deni
and finally we entered in a long analytical discussion which successfully made
us sleep at 3 am with a bunch of inspiration from each of us, I mean Deni,
other friends, and me.
Entering a
global community is a big problem for Indonesian youth, at least because of three
reasons; (1) They cannot speak English which caused a big burden for them to
communicate with foreigner, (2) They do not have enough background knowledge to
talk about; it makes most of them insecure to have international friendship,
and (3) They do not know any platform to go. Deni broke the limit by registered
himself as a part of AIESEC although he knew clearly that he cannot speak English.
Facilitate by google translate and supported by a strong eagerness, he started
to speak and… voila ! nowadays, he is successfully become AIESEC ambassador and
flight all over Indonesia to promote this exchange platform. Wait, do not stop
here, he has a bunch of international friends in all over the world. It proven when
he joined world international model united nations in Belgium and visited
several countries in Europe, he successfully fight for ‘zero euro’ life because
of friendship values (I am sorry to mention it). At least from this case you
may see that Deni has a strong believe on what he dream about and persistent on
the way how he fights to grab it.
Let me tell you
the next chapter sir or madam… GoGoCampus is our dream for start up. This
social enterprise aims to increase better access and better quality for higher
education in Indonesia. A long day before, it’s name is Bedah Kampus, we changed
the name for better branding because we wanted to propose $25K to the US
embassy and successfully rejected in final assessment. Keep up your mind, this
is not about how big GoGoCampus is, but a group of youth who want to turn on “hope
button” in privilege societies. Deni, a group of friends and I conducted a
school roadshow in East Lampung and Tanggamus, this is a long distance to go
for promoting higher education access for senior High school students. Ones, we
went by bus and the rest we went by motor cycle, we stayed for a night in a
village, and arranged our tight schedule. Everything we did unpaid, even he
should pay bus fee and others need by himself, Isn’t those voluntary activity
look easy ? Yes ! if in your perspective; Deni comes from a rich family or at
least middle income. But the fact is totally different (you may ask to him by
yourself, because it is totally his right to tell about). The strong point that
you should understand; he is the right candidate for the future leader. It is not
because he is a part of Indonesian Future Leaders youth-led NGO, but in the perspective
of helping other and creates an impact. We may find a big number of people who
difficult to share something even they are available, but Deni break the limit
and spare their time, energy, and money to help others. Can you imagine the
condition when he has a better resource than ? I can guarantee that he gives
bigger impact !
Warm regards
Candra
[ Have a good preparation for your 22nd
year Deni, may Allah gives your age full of barakah, because give a surprise on
the day or late after is too mainstream J so, keep humble, grow faster and be a better
person more than on what I write in this letter…. And as usual, sorry for a
messy grammar :P ]
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Kamis, Mei 14, 2015
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Rabu, 24 Desember 2014
Pejuang sejati boleh lelah, boleh lemah, tapi tidak dengan menyerah, kalaupun ia kalah, setidaknya menempuh cara yang terhormat, walau dia salah, setidaknya ada hikmah yang dipetik untuk masa depan. 2014 adalah tahun roller coaster, seketika berada dalam posisi paling bawah, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, menghitung rupiah demi rupiah, dan tak lama dari itu ada diantara world class leader. Seketika dihina dina dalam kesendirian, dan seketika dielu-elukan. This is the real world ! bahwa tidak semua individu putih dengan ketulusan hati, namun juga tidak semua hitam tanpa nurani. Inilah kenyataan, sebuah ujian keimanan dari Yang Maha Kuasa.
Teman datang dan pergi, materi datang dan hilang, tapi Ia tetap setia mendengar setiap keluhan dari hamba yang hina, setiap amarah yang membuncah, hingga perlahan Kau ajarkan aku membaca hikmah untuk sebuah kesyukuran yang mendalam, sungguh ditanganmu tiada yang tidak mungkin. Engkaulah satu-satunya alasan untuk berjuang.
1. Malam Solidaritas Berbagi
This is a new way to start a new year, petcaaah !! malam solidaritas berbagi, kampanye diet kantong plastik, kampanye sadar gizi, and give a high appreciation for Bandar Lampung social workers in one night !
thank u gengs :) This is the first time when my father allow me to go out in new year night, because he knows "how impactfull what we did !"
2. Sumatera Peace Summit
2. Sumatera Peace Summit
Do you remember when we start to discuss about this place ? Yap ! a long converciation accompany our journey from kak Rasim weeding's to Bandar Lampung. Finally we realize it, how we learn about conflict resolution and working in pluralism society. How to create diplomacy words and actions togather with 50 youth peace ambassadors from all around the nation. A great momment in Balinuraga with "Sumatera Peace Summit".
3. Dukung Jilbab untuk Pelajar Bali
Thank you for big family of Pelajar Islam Indonesia who allow me to take a part in this campaign. This is nice to work togather with u all and ur media circle.
see u later ! kagum dengan keberanian Anita :)
4. Bedah Kampus Goes to Lampung Timur
see u later ! kagum dengan keberanian Anita :)
4. Bedah Kampus Goes to Lampung Timur
Thanks a bunch for Deni and friends who help us create an amazing Bedah Kampus roadshow in East Lampung. This momment meke three of us have a strong commitment to run Bedah Kampus professionally. We are the founder !
5. A Long Journey Start From the First Step
5. A Long Journey Start From the First Step
At the very first time i come to English Club, i never imagine this day. A day when two English Clubs which improve me a lot got general winner togather. Speechless :) Proud of u !
6. The Momment When Youth Land Born !
6. The Momment When Youth Land Born !
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Rabu, Desember 24, 2014
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Minggu, 22 Juni 2014
Setiap manusia memiliki mimpi, tapi tidak semuanya benar-benar percaya pada apa yang diimpikannya. Setidaknya itulah kesimpulan sementara yang bisa saya simpulkan hari ini setelah 9 bulan perjalanan Bedah Kampus mendampingi adik - adik untuk memetakan hidup mereka. Betapa saya menyadari bahwa anak muda kita sangat membutuhkan pertolongan dari tsunami kegalauan menghadapi masa depan. Karena jika fenomena ini tidak segera diakhiri maka lambat laun generasi optimis akan punah dan bangsa ini kembali mengualang era sejarah masa lampau, kita akan kalah oleh bangsa lain dengan etos kerja yang jauh lebih baik !
Saya tidak ingin ikut-ikutan memberi motivasi dengan mengatakan 'ayolah..... semua itu mungkin.... toh perjalanan ke bulan juga berawal dari mimpi...' karena saya juga menyadari, bagi anak-anak yang tumbuh di lapisan masyarakat bawah, kata-kata itu sangat terdengar teoritis dan klise. Berikut adalah hasil pengamatan saya dari proses mentoring online dengan adik-adik SMA yang hendak ke PT, atau teman-taman yang sudah S1 yang berkeinginan untuk hendak S2 :
Peta langkah yang mengawang.
Impian adalah sesuatu yang sangat berbeda dengan khayalan buta. Impian memiliki target yang pasti dan terukur dalam menggapainya, sementara khayalan hanya angan-angan yang mengawang tanpa tindakan yang jelas. Bukan berarti mimpi yang realistis adalah sesuatu yang kecil. Misal bisa saja sekolah ke Harvard bagi seorang anak yang hidup di jalanan adalah hal yang realistis dan menjadi seorang pengusaha nasi goreng bagi lulusan Pasca Sarjana FE UI adalah khayalan. Setinggi apapun mimpi kita, ketika kita mampu memetakannya dengan jelas dan menurunkannya pada serentetan langkah nyata yang akan mengantarkan kita kesana itu realistis, dan sebaliknya, walau hal itu sederhana, jika tidak pernah direncanakan maka semua itu hanya sebuah khayalan besar.
Pertanyaan yang hadir adalah bagaimana merencanakannya ? Kenali dulu Passion dan Purpose kita. Passion adalah hal yang kita sukai dan membuat kita bersemangat ketika melakukannya, bahkan saking besarnya rasa suka dan energi kita untuk hal tersebut kita rela untuk tidak dibayar. Cara menemukan passion ini juga tidak sederhana, kita bisa kontemplasi terhadap kejadian-kejadian besar dan kecil dimasa lalu dan mengingat bagaimana perasaan kita kala itu.
Lalu apa itu purpose ? saya sedikit sulit menjelaskan hal abstrak yang juga baru saya pahami ini. Contoh sederhananya seperti ini, banyak orang mengenal komputer dan ahli dalam bidang tersebut, namun mengapa Bill Gates yang berjaya dengan microsoft ? atau Steve Jobs dengan Apple ?. Karena mereka tidak sekedar memandang komputer sebagai komputer, tapi komputer adalah alat elektronik luar biasa yang bisa dilakukan untuk melakukan perubahan besar, menolong banyak orang, memudahkan komunikasi, keamanan, mendorong kemajuan bisnis dan pertumbuhan ekonomi, bahka wajah dunia berubah 180 derajat dari era sebelum ada komputer. Itulah yang saya maksud dengan purpose. Memang sulit menentukannya, karena kita perlu energi yang besar dari dalam diri untuk menemukan hal tersebut. Itulah sebabnya ketika diawal saya menyarankan untuk menemukan passion terlebih dahulu, karena passion akan memudahkan kita untuk menemukan purpose yang realistis.
Lalu yang terakhir buatlah sebuah kerangka logika yang akan kita ta'ati dengan disiplin kedepannya. Apakah itu kerangka logika ? secara sederhana itu adalah tahapan langkah yang harus kita lakukan untuk mengembangkan passion yang kita miliki menuju perpose yang kita inginkan. Kita bisa menuliskan poin-poin utama, lalu diturunkan mejadi langkah tahunan, bulanan, hingga mingguan, kalau perlu buat juga target harian. Sehingga semuanya jelas dan terukur. Selain itu, keseharian kita juga akan dipadati dengan aktivitas untuk melakukan kerangka logika yang sudah kia buat, hal ini memiliki peranan besar dalam mengurangi kegalauan, karena menurut saya, salah satu penyebab galau adalah kita bingung hendak melangkah kemana.
Masuk ke dalam komunitas yang benar.
Di dalam islam, kita akan disarankan untuk berkumpul dengan orang-orang sholeh agar keimanan kita senantiasa terjaga. Begitu juga dalam menggapai impian, jika kita ingin menjadi pengusaha yang bergaul dengan pengusaha, jika kita ingin terjun ke dunia pendidikan yang bergabunglah dengan pakar di bidangnya. Hal ini akan menjaga motivasi kita sekaligus menjaga kefokusan langkah dan konsistensi terhadap kerangka logika yang sudah kita buat.
Suatu hal yang aneh menurut saya adalah ketika kita memiliki mimpi yang besar, namun kita bergaul dengan teman-teman yang memandang hidup hanya hari ini saja, yang penting nongkrong di mal, engga jomblo, dan punya BB untuk gaya-gaya'an. Menyesuaikan pergaulan menjadi sangat penting, jika kamu merasa tidak ada komunitas yang kamu inginkan di lingkungan tempat tinggalmu, jangan segan-segan mencari di dunia maya, karena sekarang banyak sekali komunitas yang mampu mengakomodir mimpi-mimpimu. Jangan pernah merasa takut untuk mengirimkan e-mail atau message ke seseorang atau komunitas yang kamu harapkan mampu menjadi lingkaran penjangan semangat juangmu. Takut ditolak ? kalau ditolak berterimakasihlan pada Allah, karen Ia menunjukkan bahwa orang atau komunitas yang ingin kamu jadikan sebagai lingkaran penjaga semangat adalah orang/komunitas yang salah. Saatnya mencari yang lain yang lebih tepat. Karena komunitas ini juga yang akan membukakan pintu link dan akses untuk langkah yang lebih baik dan maksimal kedepannya nanti.
Suatu hal yang aneh menurut saya adalah ketika kita memiliki mimpi yang besar, namun kita bergaul dengan teman-teman yang memandang hidup hanya hari ini saja, yang penting nongkrong di mal, engga jomblo, dan punya BB untuk gaya-gaya'an. Menyesuaikan pergaulan menjadi sangat penting, jika kamu merasa tidak ada komunitas yang kamu inginkan di lingkungan tempat tinggalmu, jangan segan-segan mencari di dunia maya, karena sekarang banyak sekali komunitas yang mampu mengakomodir mimpi-mimpimu. Jangan pernah merasa takut untuk mengirimkan e-mail atau message ke seseorang atau komunitas yang kamu harapkan mampu menjadi lingkaran penjangan semangat juangmu. Takut ditolak ? kalau ditolak berterimakasihlan pada Allah, karen Ia menunjukkan bahwa orang atau komunitas yang ingin kamu jadikan sebagai lingkaran penjaga semangat adalah orang/komunitas yang salah. Saatnya mencari yang lain yang lebih tepat. Karena komunitas ini juga yang akan membukakan pintu link dan akses untuk langkah yang lebih baik dan maksimal kedepannya nanti.
Budaya apresiasi dari pendidik.
Hal ini juga biasanya menjadi faktor penggugur semangat yang pertama, ketika kita sudah semangat empat lima, melakukan banyak hal, dan bermandikan peluh namun orang-orang disekitar kita seperti guru, orang tua, ataupun keluarga tidak pernah mengapresiasi apa yang kita kerjakan. Yang terjadi mereka justru memajokkan, memandang sebelah mata, memberikan tawaran yang menurut mereka realistis namun sama sekali bukan kita. Contohnya ketika kita merasa gerah dengan sistim pendidikan hari ini dan bercita-cita ingin merintis sekolah dengan kurikulum alternatif, kita memulainya dengan sesuatu yang sederhana dari merintis sebuah rumah belajar mungkin, namun orang tua kita bilang, sudahlah untuk apa repot-repot, kamu masih idealis sekarang... tapi bagaimana nanti... sudahlah PNS saja, dll.
Bukan masalah yang besar ketika PNS adalah kesadaran dari hati kamu, namun akan sangat bermasalah ketika hal itu menjadi alasan untuk kamu menyerah. Semua orang berani bermimpi, tapi hanya sedikit yang benar-benar yakin dengan apa yang diimpikannya. Pada akhirnya mereka yang jumlahnya sedikit itulah yang berhasil menorehkan tinta sejarah, sebut saja Alva Edison yang udah gagal ratusan kali. Yang kedua ini adalah hidupmu, kamu harus berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas keputusan tersebut, jika hal itu sudah di lalui, saat itulah kamu layak disebut dewasa.
Pada akhirnya semua keputusan kembali ke kita, ingin menyelesaikan hidup di dunia dengan cerita biasa atau sejarah yang mempesona. Karena sejatinya orang tua, guru, keluarga, teman-teman, bukan tidak mengapresiasi kita, namun mereka hanya tidak ingin melihat kita susah, percayalah ketika kita sudah berhasil mereka juga agar tersenyum dan berkata pada kita "kami bangga !"
Pada akhirnya semua keputusan kembali ke kita, ingin menyelesaikan hidup di dunia dengan cerita biasa atau sejarah yang mempesona. Karena sejatinya orang tua, guru, keluarga, teman-teman, bukan tidak mengapresiasi kita, namun mereka hanya tidak ingin melihat kita susah, percayalah ketika kita sudah berhasil mereka juga agar tersenyum dan berkata pada kita "kami bangga !"
Ada Allah yang Maha Segalanya.
Terkadang lelah akan melanda dan membuat apa yang akan kita tuju menjadi semakin jauh. Tapi ingatkah kita, saat baru terlahir dari rahim seorang ibu, apa yang kita bisa ? dan sekarang kamu sudah berdiri kokoh, cerdas, potensial, penuh energi dan bisa melakukan banyak hal. Lalu apalagi selain kita harus tawaqal... bersabar atas apa yang kita perjuangkan, just do it ! jangan bayangkan bagian sulitnya, dan tanpa terasa semua itu akan tercapai.
Apa yang terjadi ketika seorang bayi sudah membayangkan ujian masuk perguruan tinggi negeri, lowongan pekerjaan, tata ekonomi, manajemen bisnis, rumusan masalah suatu penelitian, sudah pasti mereka akan stress, karena berkata lapar saja mereka tidak bisa. Namun Allah membimbing bayi-bayi mungil untuk tawaqal, belajar setahap demi tahap, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, berlari, hingga menjadi kamu yang sekarang. Sesuatu yang tidak pernah kamu bayangkan ketika bayi telah terjadi hari ini akibat kebesaran Allah.
Apa yang terjadi ketika seorang bayi sudah membayangkan ujian masuk perguruan tinggi negeri, lowongan pekerjaan, tata ekonomi, manajemen bisnis, rumusan masalah suatu penelitian, sudah pasti mereka akan stress, karena berkata lapar saja mereka tidak bisa. Namun Allah membimbing bayi-bayi mungil untuk tawaqal, belajar setahap demi tahap, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, berlari, hingga menjadi kamu yang sekarang. Sesuatu yang tidak pernah kamu bayangkan ketika bayi telah terjadi hari ini akibat kebesaran Allah.
Bagaimana dengan hari ini ketika kamu lelah ? akankah putus asa ? sebaiknya jangan ! karena putus asa adalah milik mereka yang tidak peduli dengan kebesaran Allah, mereka lupa bahwa Allah mampu menciptakanmu dari setetes mani dan sel telur menjadi kamu yang sekarang. Halangan untuk meraih mimpimu jauh lebih tidak mustahil untuk Allah, hanya saja masalah waktu, kapan kamu layak menerima amanah itu, seperti kapan kamu layak bisa berjalan. Karena apapun itu, akan Allah mintai pertanggungjawaban di kemudian hari. Just do it ! do it ! do it ! do the best ! n Allah will cover the rest. Bissmillah.
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Minggu, Juni 22, 2014
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Minggu, 23 Maret 2014
Memang benar jika ada yang mengatakan bahwa, apa yang kita katakan hari ini pada akhirnya akan diuji. Seperti diriku yang begitu menyukai rumput, sebuah tanaman kecil yang sering diinjak, seolah tanpa nama, ada dan tiada namun memiliki peranan yang besar. Setidaknya rumput bisa sangat membantu dalam meredam laju respirasi ataupu sangat merusak dan menjadi gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman-tanaman besar. Rumput yang akarnya kemana-manapun akan semakin susah dicabut.
Dua tahun yang lalu dengan gagahnya saya bilang, akan menjadi rumput yang tulus, akan berfikir seberapa besar kebermanfaatan, bersembunyi dan seolah tak ada untuk menjaga ketulusan itu. Hari ini aku benar-benar diuji.
Setelah proses pembelajaran kepemimpinan yang saya lalui, dengan imu yang secuil dan sering merasa paling tahu, saya sampai pada proses refleksi bahwa Allah telah melimpahkan rizki pada setiap jengkal bumi-Nya. saya sadar betul bahwa New York memiliki nilai, namun pedalaman Sendang juga memiliki nilai khasnya tersendiri, tentang kesederhanaan, kesabaran, ketabahan, kesyukuran, dll.
Namun dipungkiri atau tidak, New York dengan nilai'nya sebagai kota megapolitan yang sibuk, penuh tantangan, modern, mampu membranding dirinya dengan lebih baik. Saya khawatir sangat jika pada akhirnya harus terjebak pada arus itu. Saat prinsip itu semakin diuji, mata mulai melirik kemewahan dan ketenaran, dengan dalih akupun ingin hidup dengan nyaman bersama keluarga, bisa berbuat banyak, dll.
Ya Rabb.... ilmu dan skill yang engkau titipkan ini pada akhirnya juga akan engkau mintai pertanggungjawaban, jagalah tekad kuatku agar tak runtuh oleh ranjau-ranjau branding yang tak tau pada titik mana akan melumpuhkanku. Ajari aku agar tetap hidup dalam kesederhanaan dan kesabaran, mampu memandang sebuah nilai dengan lebih tulus, tapa kemasan manis bernama "branding".
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Minggu, Maret 23, 2014
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
#sebuah renungan kecil dari lingkaran proses kehidupan, bertemu dan berpisah, mengukir kisah.
Memiliki banyak teman memang sangat menyenangkan, bisa melakukan banyak hal bersama, bertukar pikiran dan hidup menjadi lebih hidup dan ramai. Pada awal memasuki dunia kampus, saya menjumpai sebuah pesan dari seorang teman saya "kamu benar-benar menemukan dunia yang kamu banget ya disana". Mungkin saat itu ia sedang merasa kesepian dan ternyata saya tidak kunjung mengerti bahwa ia sedang kehilangan.
Dulu di SMA kami memang begitu akrab, kemana-mana bersama, bercengkrama dengan enam orang lainnya, namun pada akhirnya pilihan membuat kami terpisah, ada yang merajut mimpi menjadi ahli pangan, pendidik, budaya, dll. terpisahlah kami sampai pada langkah itu, bukan karena tidak ingin bersama, namun nurani lebih jujur memanggil kemana jiwa harus melangkah.
Lalu bertemu teman-teman baru sesama pecinta bahasa inggris, sebuah komunitas yang tidak diragukan lagi kekeluargannya, lambat laun kami berpisah juga pada apa yang dicintai oleh setiap orang. Lagi-lagi alasan yang menyatukan masih terlalu general "sama-sama suka bahasa inggris", namun setiap orang masih memiliki alasan yang berbeda mengapa harus belajar bahasa inggris.
Menyatu lagi dengan sebuah keluarga yang sama-sama "rindu perubahan", hidup menjadi seperti utopis dan abadi dalam bingkai kebersamaan, mengukir perubahan hingga tua, berjuang pada jalan yang sama dan mati dalam keadaan yang baik. Namun "rindu perubahan" juga masih general, karena setiap individu punya difinisi perubahannya sendiri, dan memiliki cara yang berbeda. Lambat laun, nurani melangkahkan kaki, pada definisi kita masing-masing.
Dan terus memiliki pergaulan baru dengan persamaan yang semakin mengerucut, namun manusia adalah individu unik, yang memiliki irisan yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nurani kembali memanggil hati masing-masing.
Hari ini aku melihat teman-teman mulai berkembang, aku, semakin menyukai dunia sosial, pengembangan SDM, pendidikan, dll. Teman-temanpun mulai melangkah dengan panggilan hati masing-masing, ada yang merajut karier internasional, memilih menjadi akdemisi, menjadi politisi di beberapa partai, kerja di perusahaan, menjadi wirausaha, menjadi ibu rumah tangga, melalui FB aku menyaksikan bagaimana mereka berjalan mengikuti hati kecil yang memanggil.
Manusia memang makhluk yang unik, memiliki hati kecil yang berbeda dan tidak bisa tertukar. Bukan tidak memungkinkan mereka yang menjadi ibu rumah tangga meniti karier menjadi diplomat, atau mereka yang menjadi diplomat menjadi wirausaha. Namun dengan uniknya, hati kecil memanggil setiap individu secara perlahan, kemana pada akhirnya semua pilihan bermuara, pada apa yang sejatinya mereka inginkan.
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Minggu, Maret 23, 2014
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Selasa, 11 Maret 2014
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Selasa, Maret 11, 2014
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Sabtu, 28 Desember 2013
Karena selama hidup kita
belajar, maka tak ada alasan untuk kita merasa tertinggal ataupun terlanjur
salah. Kelemahan terbesar kebanyakan orang adalah ketika ia jatuh maka ia akan
merasa bahwa itu adalah akhir dari segalanya. Mereka lupa bahwa kehidupan ini
dinamis, bukan mereka yang diatas yang pada akhirnya mendapat hadiah berupa
garis finish yang indah, tapi sosok-sosok pembelajarlah yang tidak pernah
tenggelam tergilas oleh zaman.
Melalui tahun ini yang
nyaris dipenuhi oleh kesalahan dari hari ke hari, mulai dari konflik di Speak
Up, BLCN, project sampah, kuliah, gerakan, dan sederet kisah-kisah kelam yang
terus merongrong integritas. Rasa-rasanya apa yang dilakukan selalu berakhir
dengan konflik dan kesan yang buruk. Perlahan tapi pasti waktu akan memberikan jawaban
bagi insan yang mau berbenah untuk lebih baik lagi.
Dulu, pertama kali masuk
SMP, sama sekali tak bisa bahasa inggris, berkeringat ketika guru masuk, dan
langsung ambil ancang-ancang untuk mencontek. Dulu ketika SMA ingin sekali
disebut debater, dan sekali lagi mantra ini berhasil ‘never say never’, di awal
kelas tiga saya menjuarai turnamen debat pertama saya. Hal yang awalnya
terlihat mustahil, tak tau satu kosa kata bahasa inggrispun pada akhirnya bisa
membuahkan hasil yang manis ketika kita sabar melewati prosesnya.
Dikala kecil, menyenangkan
rasanya mendengar cerita saudara yang kesana kemari, punya program ini dan itu.
Saat itu rasanya mustahil bagi saya untuk memiliki peluang yang sama, teman
yang terbatas, akses yang sulit, hingga pada akhirnya perlahan tapi pasti dari
satu fase organisasi satu ke yang lainnya, perlahan semua itu terwujud.
Tak ada yang tidak mungkin
ketika kita sabar untuk berproses, tak ada yang tidak bisa dibuktikan ketika kita
berusaha sekuat tenaga. Dan sama seperti hari ini, tak menyangka akan
mendapatkan kenangan manis di penghujung tahun, mendapat keluarga baru yang
membuat segalanya menjadi mungkin. Sebuah ‘dream team’ yang tidak pernah saya
ekspektasikan untuk dijumpai lagi dimasa kampus ini. Rasanya segala
kesalahan-kesalahan yang lewat terlalu sulit membuka pintu perbaikan.
Ketika detik terus
berdetak, maka waktu menawarkan kesempatan manis bernama pembelajaran, memetik
hikmah dalam dimensi kesalahan atapun keberhasilan. Kini, semua lebih dari
sebuah tahap yang saya ekspektasikan, kembali merangkul rasa percaya diri,
mendapatkan keberanian, berkumpul bersama teman-teman yang mampu menjadi lilin
penerang menuju mimpi yang hampir saja pudar. Project-project gerakan yang pada
akhirnya ‘I make it happen !’ this is not only a fairy tale.
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Sabtu, Desember 28, 2013
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Kamis, 26 Desember 2013
Tempo waktu IFL mengadakan seminar penulisan essay dan motivation letter untuk apply beasiswa keluar negeri. Setelah jauh saya merenung, seminar ini tidak sedangkal judulnya. Mengapa ? mari kita mulai dari sebuah kalimat yang pernah diucapkan oleh teman saya "ternyata aktivis itu nggak bisa lepas dari aktivitas-aktivitas seperti itu ya ?" pernyataan itu terlontar kepada saya tepat setelah konsultasi regional Parlemen Muda, dan pada kesempatan ini saya jawab, "why ? siapa yang bangga disebut mantan aktivis ?".
Kebanyakan dari aktivis kampus sangat gahar ketika masih di Universitas, namun perlahan memudar ketika mengenal dunia nyata, mulai mengambang dalam mengenali siapa dirinya dan langkah kelajutan apa yang akan dia ambil, dari 100% pelaku, tidak lebih dari 30% yang konsisten dengan pilihannya. Bisa jadi karena tuntutan zaman atau tidak terfasilitasi untuk menjadi diri sendiri.
Saya punya sekelompok saudara , 'yang sampai kapanpun akan tetap menjadi saudara', kami sama-sama bermimpi pada forum-forum yang hidup hingga pagi. Tentang masa depan, bukan masa depan sederhana, masa depan Lampung, masa depan Indonesia, dan masa depan Dunia. Bak pembuat kebijakan atau think thank Bank Dunia yang memiliki kendali besar kami semangat berdiskusi, belajar merumuskan hal-hal besar, bersama di masa muda, kami menari-nari di bumi impian.
Kembali ke seminar essay IFL, setidaknya ketika kita menulis essay kita akan melalui beberapa tahap, 1. Mengenal diri kita dan eksplore lebih dalam lagi terkait hal-hal yang sudah kita lakukan, 2. Mengenal isu di daerah kita dan mencari isu-isu tertentu yang kita benar-benar tertarik di dalamnya, 3. Merencanakan masa depan tentang kita akan membawa diri kemana, sekolah pada bidang apa, dengan jurusan apa, riset apa, setelahnya akan berkarya bagaimana, memecahkan isu yang seperti apa, dan mengalurkannya lagi dengan aktivitas-aktivitas yang sudah kita lakukan sebelumnya.
Rangkaian dari tiga poin itulah yang akan menjadi daya jual bagi pemberi beasiswa, semakin tajam dan impactfull diri kita, semakin berkualitas kampus yang akan kita dapat. Lebih dari itu, saya menyadari poin inilah yang hilang dari aktivis kampus. Kebanyakan dari mereka masih sekuler dengan pilihannya. Punya passion di bidang apa, kuliah dibidang apa, dan melakukan kegiatan aktivisme di bidang apa. Belum lagi isitilah kuliah dan aktivisme harus imbang, keduanya tidak perlu keseimbangan, namun keduanya adalah suatu kesatuan. Untuk yang sudah terlambat, jangan khawatir, ketika kita merenung atas apa yang kita lakukan, pasti akan juga ditemukan garis merah, selama sejauh ini kita jujur pada nurani.
Dari IFL saya belajar banyak, sebelum kami merancang program, kami bercerita tentang mimpi dan passion masing-masing, sehingga kedepannya, project yang berhubungan dengan pendidikan akan diserahkan ke yang berpassion pendidikan, ataupun lingkungan akan diserahkan ke yang berpassion linkungan, sehingga memiliki dua keuntungan, 1. Membuat individu berkembang sesuai dengan jati dirinya, menambah pengalaman dan link untuk bidang yang ia sukai, dan 2. Organisasi mendapatkan loyalitas yang lebih dari anggota karena anggota merasa banyak berkembang di dalamnya. Bekal-bekal ini juga yang dapat dipakai anggota untuk menapaki jenjang karier selanjutnya seperti study master atau kerja. Misal, kampus atau perusahaan mana yang menolak orang yang ekspert di bidangnya, tidak berhenti di tataran kampus, namun juga sudah mulai belajar merealisasikan di dunia nyata, sedikit demi sedikit mencoba menyelesaikan permasalahan yang ada disekitar.
Lebih dari itu, di IFL segalanya jadi mungkin, batas negara menjadi lebih dekat, seperti Opin, Hetty, Desi yang terancam bolak-balik ke luar negeri, kami memiliki bekal yang tidak jauh beda, secara finansial, dll namun mereka mengajari saya untuk terus bekerja keras dan 'never say never'.
Teringat saudara saya, "Candra sudah benar-benar move on dari........" , jawabannya tidak ! saya merindukan semuanya, sangat ! dua tahun ini IFL menjadi lilin untuk saya menemukan kembali puing-puing mimpi saya, memberi sedikit penerangan ditengah kegelapan. Saat-saat dimana saya dipaksa berenang dilautan bebas, nyaris tenggelam oleh konflik, nyaris bingung hendak kemana dan bagaimana. Hingga kini saya bersykur atas apa adanya diri saya. Menyusun kembali mimpi agar semua angan ini tidak pudar dihantam ombak.
Tentang sebuah kerinduan akan mimpi yang kita semua pernah bicarakan hingga pagi, mungkin kini sebagian kita telah berserakan di dunia kerja, di dunia lain, namun kerinduan bernama ukhuwah tidak akan pernah bisa dikhianati. Mimpi-mimpi besar itu tak akan kita biarkan pudar begitu saja bukan ? kegalauan, ketakuatan, rintangan, itulah yang saya rasakan, namun bersama kita pernah menaklukkan rasa kantuk, mungkin bersama juga kita bisa melawan kejamnya dunia dan menjaga mimpi-mimpi ini tetap hidup.
Kita tak punya kekuatan untuk mengingkari takdir yang Maha Kuasa, tak punya sedikitpun bocoran bahwa saya, kamu dia, kita atau mereka akan konsisten, namun kita juga tidak punya alasan untuk tidak mencoba, mengeratkan kembali impian bersama, mengambil langkah, saling menguatkan dan memulai dengan sesuatu yang sederhana. Mulai untuk berenang mengarungi dunia nyata, mengenggam impian, terus berenang, berenang dan berenang, hingga kaki terasa mau patah ! break a leg !
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Kamis, Desember 26, 2013
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Ketika saya kecil ibu saya selalu berkata, "orang-orang yang memperhatikan hal kecil akan juga peduli dengan hal-hal besar dan sebaliknya, orang yang luput dengan hal-hal kecil, akan semakin lalai dengan sesuatu yang lebih besar". Sebuah pelajaran sederhana yang tentu sangat susah diambil hikmahnya. Sama dengan bagaimana kita mempola hidup dan membuat dampak yang jauh lebih besar.
Sebut saja Jepang, Singapura, dan beberapa negara maju di Asia. Sudah dipastikan semua dari mereka peduli dengan hal-hal sederhana seperti kedisiplinan buang sampah di tempatnya, budaya antri, hingga disiplin menepati waktu. Sederhana memang, namun memberikan dampak yang sangat besar, Singapura tidak perlu lagi bergelut dengan permasalahan banjir akibat saluran air tersumbat sampah, Jepang tak perlu bergelut dengan kemacetan karena setiap kendaraan dijadwal dengan rapi, atau dikeduanya juga tidak terdengar ada korban meninggal ditengah antrian sembako, pembagian daging kurban, atau pembelian tiket bola.
Sederhana memang, namun berdampak sangat besar. Hari ini, teman-teman IFL Lampung seperti biasa berangkat ke pesisir untuk mengajar anak-anak disana. Entah ada radiasi apa, walau langit menumpahkan airnya kami tetap melaju. Saya sempat berteduh di depan hotel kurnia dua hingga Opin datang dengan setumpuk kotak sampah plastik. Dengan muka sumringah dia berkata "nanti mereka jangan langsung dibagi alat tulis ya ? kita bagi-bagi kotak sampah dulu, suruh mungutin sampah, baru deh... ntar gw videoin, ky semacan disaster education gitu" .
Sempat berhenti sejenak di DCC, jemput Emi, Desi dan temannya Emi, lalu melaju ke gudang garam jemput Hetty dan Priska. dibawah guyuran hujan kami melaju ke Umbul Asem, namun Opin dan Hetty yang bermantel tak tega jua melihat kami basah kuyup dan berteduh sejenak. Sempat ada pertanyaan "tetep lanjut nie ?" dan "yo'a ! kapan lagi maen ujan..!"
Gracias ! sampai di pesisir hujan reda dan situasi alam benar-benar mendukung dengan tema pembelajaran hari ini. Disaster education ! air menggenang dimana-mana, sebagian masuk rumah, sampah mengambang dan sebagian menyumbat aliran air. Priska dengan gesit langsung mengumpulkan anak-anak dan menjelaskan hari ini kita akan belajar untuk membuang sampah ditempatnya, ditimpali dengan Hetty yang flash back tentang dongeng penyebab terjadinya banjir.
"jadi kenapa bisa banjiiiiir ?????" "karena sampah numpuk, aer nggak bisa lewaaat..." "jadi kemana kita harus buang sampaaahhh ????" "ke tempat sampaaahhh....." dan satu anak nyeletuk "ke aeeeeer !!!" sambil nunjuk laut. Hahaha... kami berjalan menelusuri pemukiman padat penduduk, anak-anak itu tak kenal rasa jijik, mereka berlomba-lomba memenuhi kotak sampah masing-masing, padahal kami para volunteer agak ragu, duuuhhh itu air udah mengandung apa ajaaa ??? woles aja lah...
Ada satu genangan ari yang menarik perhatian saya, seperti kolam dengan percampuran sampah, diatasnya ada kandang ayam, menggenang karena banjir setelah hujan. Namun anak-anak tetap tanpa ragu masuk kesana dan membersihkan sampahnya. Benar-benar diluar ekspektasi, dan ada anak usia 3-4 tahunan mungkin, dengan keberatan mengangkat kotak sampah yang hampir penuh. seketika Hetty bilang, "sini kak Hetty bantu..." dan dengan ngotonya dia bilang "nggak usah kak... aku ajaaaaa...!"
Setelah semua kotak sampah penuh, tepat dipemukiman yang diatas laut, Priska memberikan edukasi sekali lagi untuk ndak buang sampah sembarangan, eh iya.... ada tepuk buang sampah yang kita buat dengan seketika, kurnag lebih bunyinya seperti ini... "ada sampah ?" plok plok plok "kita ambil !" plok plok plok "jangan buang !" plok plok plok "sembarangan !" plok plok plok "karena nanti !" plok plok plok "jadi banjir !".
Setelah itu kembali sudah kami ke gardu tempat biasa belajar, dan ternyata teman-teman dari ESo Unila sudah menunggu dengan beberapa keresek susu cair yang siap dibagikan, sebelumnya Uli dan Hetty memberi nasehat tentang pentingnya minum susu. selesai acara minum susu kami membagikan bingkisan dari Sekolah darma Bangsa yang belum selesai kami bagikan minggu lalu. Pokoknya sore ini benar-benar menyenangkan ! :)
Malam ini ketika saya menulis cerita ini di blog, saya sadar bahwa perubahan itu sederhana. Sesederhana mengajari anak-anak untuk buang sampah di tempatnya, sesederhana anak-anak ESo yang menyisihkan sebagian uang saku untuk berbagi susu, dan sesederhana adik-adik dari Sekolah Internasional Darma Bangsa yang belajar bersyukur dengan cara berbagi untuk saudara mereka yang kurang beruntung. Semoga kesederhanaan-kesederhanaan ini terus menjamur dimasyarakat kita, hingga suatu hari nanti tata masyarakat kita serapi dan semodern Jepang atau Singapura hari ini.
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Kamis, Desember 26, 2013
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Senin, 23 Desember 2013
Beberapa bulan yang lewat
saya melalui sebuah priceless moment di dalam proses pembentukan diri menjadi
seorang pendidik. Pengalaman magang di desa yang jauh tertinggal membuat saya
berfikir betapa sederhananya sebagian orang memandang hidup. Sebatas tumbuh
dewasa, sekolah hingga SMA, merawat kebon karet atau kerja keluar negeri,
membangun rumah, punya kendaraan dan semuanya selesai.
Namun sayangnya dunia luar
tidak berfikir sesederhana itu, sebut saja pola pergaulan anak muda sana,
mungkin sama sekali tidak mereka sadari, namun ada segolongan yang memetik
keuntungan dari keluguan dan kesederhanaan itu. Menjadi korban dari marketisasi
“cinta” dan segala aksesoris pelengkapnya seperti alcohol, drug, freesex, dsb.
Aneh memang, untuk
mendapat kebutuhan hidup saja sulit, bahkan hanya ada satu mobil angkutan yang
kerjanya setiap hari pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan hidup orang-orang
sana. Namun bagaimana bisa barang-barang terlarang tersebut mendapat akses
dengan sangat mudah.
Kegeraman ini memuncak
setelah saya kembali ke Bandar Lampung dan memperhatikan pergaulan mereka di social
media. Bahasan tidak jauh-jauh dari pacar, galau, patah hati, bahkan saya tak
bisa menahan untuk berkomentar ketika mereka masuk ke dalam bahasan “virginity”,
kontan saya langsung menulis komentar “lihatlah dunia luar, banyak hal menarik
yang bisa kita jelajahi….”
Tetiba angan saya melayang
ke kedua adik saya yang sedang menjalani usia remaja, setiap obrolan mereka
tidak jauh-jauh dihiasi dengan angan masa depan, hal-hal yang mereka sukai,
teknologi, aktivitas organisasi atau berita-berita baru. Berita paling
menyakitkan yang saya dengar adalah mereka ingin meraih mimpi-mimpi namun harus
menantang keterbatasan.
Kembali angan ini menari
mengingat sederetan profil anak muda yang tergabung sebagai jawara lifeboy,
nutrifood leadership award, ashoka young changemaker, global changemaker, AFS, sebagian
dari mereka berfikir merubah dunia. Ada apa dengan anak-anak ini ? Mungkin
mereka perlu melihat dunia luar agar pandangan hidupnya tidak seputar pacar,
freesex, alcohol dan menjadi korban “pasar zaman”. Sebuah tempurung yang
menutupi mereka harus dibuka, agar memiliki wawasan lebih luas dan melihat
gemerlap dunia.
Namun sesaat saya
tersadar, atas dasar apa saya mengklaim mereka terkungkung dalam sebuah kotak
tempurung, bisa jadi justru saya yang sebenarnya terkungkung dalam tempurung
dunia saya. Imajinasi langsung membuat visualisasi yang kreatif, bahwa ada
banyak tempurung wawasan, pemikiran, dan sudut pandang di dunia ini,
masing-masing dari tempurung itu memberi dunia bagi orang-orang yang hidup
dibawahnya. Bisa saja ! kalau memang yang sebenarnya terjadi di dunia seperti
itu, biarlah saya, keluarga, saudara, dan sahabat-sahabat saya hidup di
tempurung kami.
Tempurung kami tidak
mengajari kami tunduk pada “pasar zaman” yang menjajakan jajanan bernama cinta,
walau kampanye besar-besaran telah dilakukan melalui film, lagu, stereotype, fashion.
Namun di tempurung ini kami menyadari bahwa cinta tidak memilih, namun dipilih
oleh Sang Pencipta untuk ditemukan dengan pasangannya, yang akan bersama
melangkah untuk memperjuangkan dunia yang lebih baik. Mencoba membenahi dari
berbagai aspek, ideology, pendidikan, teknologi, dll.
Di hari-hari lain mungkin
kami perlu berwisata ke tempurung-tempurung lain guna melihat perkembangan
mereka, membuka pikiran untuk hal-hal baru yang membawa kebaikan. Kami bisa
membawakan oleh-oleh berupa pemikiran baru yang membawa kemaslahatan untuk
penduduk tempurung kami, namun tidak sekali-kali untuk hal-hal yang lebih primitive.
Disini, kami memiliki dasar yang pasti dan terukur, yang tak akan pernah lekang
dimakan zaman, dan sebut itu …… “agama”.
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Senin, Desember 23, 2013
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh
Sabtu, 21 Desember 2013
Jauh
berbeda dengan tahun 2012 yang penuh dengan petualangan, tahun ini dihiasi
dengan refleksi belajar atas kesalahan-kesalahan yang Insyaallah menjadi sebuah
pembelajaran untuk masa yang akan datang.
Speak Up, Sebuah Pembelajaran
Besar
Awal
tahun yang penuh dengan kejutan, seketika speak up hendak berkembang menjadi 3
cabang, namun seketika itu juga ada kesalahpahaman dengan klien dan dengan sesama
pengelola, lagi-lagi sifat pekeuwuh ini merugikan diri sendiri, mencoba
menyimpan semua sendiri benar-benar sebuah kesalahan besar di dalam sebuah
manajemen. Mohon maaf atas semua pihak yang dirugikan.
Kekuatan Media Sosial
Akhirnya
buku pertama saya diterbitkan, kumpulan essay natural terkait media social.
Sebuah essay berjudul “Revolusi Galau” bertengger di posisi 8, dengan gaya
penulisan yag humanis. Bercerita tentang apa ? sudahlah… aku malu jika harus
mengingatnya.
JOIN MUN : Ketakutan
yang Merugikan
Sebenarnya
lolos menjadi delegasi Jogja International Model United Nation, namun karena
aku tak memiliki keberanian untuk berjuang lebih, akhirnya aku menyerah pada
keadaan bahwa tak benar-benar memiliki akomodasi dan segala tetek bengek untuk
kesana.
ACE : work with
foreign people
Akhirnya
setelah magang selama tiga bulan resmi juga jadi teacher di Aussie central
English, nice bisa mengenal orang-orang di dalamnya, kali kedua saya bekerja
bersama orang asing setelah mejadi interpreter untuk Verullam beberapa tahun
sebelumnya. Nice class, nice moment !
GYCS : gagal mencicip
udara negeri orang
Moment
yang paling ditunggu tahun ini adalah menjadi salah satu delegasi di Global
Youth Cultural Summit, ingin rasanya meginjakkan kaki di negeri orang, memiliki
global perspektif dan berjumpa dengan teman-teman dari seluruh dunia. Namun karena
beberapa hal akhirnya gagal.
Family is family
Biar
bagaimanapun keluarga tetaplah keluarga, sepahit apapun kita kan berusaha
melakukan hal yang terbaik untuknya tanpa keluh kesah dan mencoba sekuat tenaga
untuk menjaga keharmonisannya. Semoga kelak keluarga ini mendapatkan
RidhoNya. Sebuah berita baik, akhirnya
Ridho dan Ibram bergabung di kawah candradimuka bernama Bandar Lampung, bukan
hal yang mudah, namun mimpi bukan sesuatu yang harus disimpan dalam hati,
sepahit apapun nanti, semoga Allah memudahkan jalan.
KKN : sebuah
perjalanan memaknai dedikasi
Program
KKN-KT dari kampus memberikan sebuah kisah baru dalam perjalanan hidup, kenal
realitas masyarakat, anak muda dan kondisi yang begitu miris. Akhirnya aku
menyadari bahwa tidak dari semua anak yang lahir diizinkan untuk bermimpi,
tidak dari setiap usaha keras mendapatkan hasil yang memadai. Benar-benar orang
yang tidak berperasaan ketika harus merampas apa yang seharusnya menjadi milik
mereka. Sebuah nama bernama “Bu Meti” mengajarkan banyak tentang dedikasi,
sebuah jargon “nakal bermerek” menjadi sebuah paradox yang menohok batin, I
should do more… Priceless moment … gk sia-sia menggadaikan banyak hal.
Pemuda Bangun Desa
Saya
sadar betul bahwa anak muda memiliki kekuatan yang luar biasa, dan terusik
sangat melihat kenyataan bahwa anak-anak muda islam hanya bergerak pada
agenda-agenda normative dan one day event. What a pleasure ! bisa pulang ke
rumah yang mengajariku banyak hal, tergabung untuk sebuah project pemuda bangun
desa, mempersiapkan segala konsep dan perbekalan untuk menjalankan, namun
seperti apa yang kukatakan pada ideolog gerakan #untuk Indonesia hari ini di
status facebook, itu juga hikmah yang kupetik dari gerakan ini. “Dengan menggunakan skemata yang saya dapat
sepanjang perjalanan 2012, itu benar-benar sebuah ide yang brilian menjawab
tuntutan zaman, namun kita harus terus bersabar untuk memberikan pre-reading
yang lebih sebagaimana V bersabar untuk sebuah Vendetta.”
Bedah Kampus
Tidak
semua anak di negeri ini bebas bermimpi, setidaknya itu pengalaman di KKN,
sebuah ide sekilas yang terinspirasi dari senior di SMA dulu, program bedah
kampus bertengger menjadi salah satu progja KKN KT, walau bingung dengan ruang
antara program desa atau sekolah, walau lupa dijelaskan saat pendadaran, namun
saya yakin hal ini akan sangat bermanfaat jika dikelola secara berkelanjutan.
Bismillahirrahmanirrahim… semoga dimudahkan dan diistiqomahkan…
See U Next Time
Jakarta !
Setelah
melalui konflik batin dan konflik-konflik yang lain akhirnya memutuskan untuk
tidak berkarya dulu di Jakarta, karena akhirnya aku menyadari bahwa sama sekali
tidak menyenangkan dan menguras energy lebih jika harus bekerja ditengah
konflik dan sebagainya. Namun dibumi Lampung ini aku siap menyahut sebuah
cita-cita perjuangan yang hakiki.
IFL Chapter Lampung
IFL
chapter lampung resmi mendapat SK dari pusat, proud to be one of d founder,
semoga semakin bermanfaat dengan project-project sosialnya, tinggal bagaimana
memberikan sedikit sentuhan asset based community development agar lebih
sustainable dan dilanjutkan oleh masyarakat. Sehingga kelak ketika para
pengurus ini sudah di antah beramtah kebermanfaatannya masih terasa.
Finger Print :
Interpersonal oh interpersonal…
Berkat
bantuan putri akhirnya bisa ikut finger print di tempat kerjanya. Thanks a
bunch for those special prize. Dan benar-benar di luar dugaan bahwa menurut
analisa sidik jari kecerdasan saya yang paling menonjol adalah interpersonal,
dan sudah benar saya ada di jalan pendidikan ini… haya perlu menambahkan sedikit
keberanian untuk memulai sesuatu…
Roadshow Parlemen Muda
Walau
hanya bisa hadir di hari H. Proud being a part of this, mengingat bahwa acara
inilah yang mengembalikan rasa percaya diri saya setelah sempat runtuh. Benar-benar
seperti sebuah mimpi tahun ini Parlemen Muda bisa singgah di Lampung.
Writing Essay for
Scholarship Program
Salah
satu program IFL, namun saya menulis space khusus disini karena saya menemukan
rangkaian dari apa yang telah saya lalui, pengalaman belajar di tempat biasa di
Negara dunia ketiga, kemampuan interpersonal, sempat berkecimpung di student
government, suka isu pendidikan, pernah ikut beberapa event advokasi, geram
dengan realitas kampus, punya project bedah kampus, bercita-cita membangun
lembaga pendidikan yang membebaskan, both individu yang belajar maupun membantu
penyelesaian masalah di masyarakat. Dan akhirnya pilihan ini jatuh pada sebuah
program master degree bernama “Higher Education” bismillah… semoga dari sini
saya bisa memulai Gani Collage dan Gani School… semoga juga bisa membawa
keluarga ini ke level kehidupan yang lebih baik.
Akhir
dari refleksi perjalanan ini, saya mohon maaf kepada pihak yang saya dzolimi,
dan terimakasih banyak for those who stand up beside me di masa-masa pahit
sebuah quote penutup dari seorang teman untuk mengikhlaskan apa yang akan
terjadi di tahun depan, tercapai atau tidak mimpi-mimpi ini, saya hanya mampu
mengusahakannya sekuat tenaga “kemenangan
itu bukan saat kamu mampu menaklukkan dunia dengan kebesaranmu, tapi saat
berada pada satu titik dimana kamu mampu menaklukkan dirimu sendiri, itulah
dunia terbesarmu.”
- Author name:
- Candra Cahyani Gani
- Publish date:
- Sabtu, Desember 21, 2013
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- celoteh