Desclaimer : tulisan ini dalam rangka menebus dosa kepada beberapa orang yang pernah satu perahu untuk belajar dan belum move on juga. I just want to show you "how i think" dan sama sekali tidak bermaksud meninggalkan teman-teman terbaik menuju dunia baru saya sendiri. 

Tempo hari saya berbincang dengan salah seorang teman terkait sebuah episode kehidupan dikampus yang menarik untuk dibahas karena meninggalkan banyak proses pembelajaran. Bisa dibilang saya sangat menikmati hari-hari itu dimana saya belajar banyak mengenai konflik, prinsip, taktik, dan juga kawahcandradimuka bagi mental yang harus terus dinamis dibawah tekanan. Bagi kami berdua, proses ini menjadi jumping stone untuk menjajagi dunia baru, namun tidak bagi seseorang yang mungkin memiliki manajemen cinta yang lain dalam memandang suatu komunitas. Bisa disebut ia mengalami post power syndrome.

Dalam kesempatan ini saya ingin mereka yang tenggelam dalam sebuah post power syndrome mampu mereformasinya menjadi sebuah post power time. Teringat pembicaraan terakhir dengan bapak saya terkait dinamika seorang pemimpin yang bertahan di kursinya selama bertahun-tahun, saat itu saya menyatakan bahwa tipe pemimpin seperti itu tidaklah baik, karena 1) Ia tidak memiliki visi yang bisa diwariskan kepada generasi penerus, ketika ia mati sudah semua berakhir. 2) Ia menutup pintu kaderisasi untuk orang lain berkembang. 3) Ia menutup kesempatan dirinya untuk berkembang dan memimpin sesuatu yang lebih besar, menyelesaikan hal-hal besar, dan memberi kebermanfaatan yang lebih besar pula. 

Post power time akan menjadi sebuah terminal untuk menuju final destination yang baru. Yang membuat sebagian orang sulit menghadapi kondisi ini adalah ia sulit menentukan final destination tersebut, Ia terus terbayang dengan sebuah kenangan indah dimasa lalu, sementara sebagian diantara mereka merumuskan final destination terbaik untuk dituju, menatap kedepan, membuka hati untuk orang-orang baru dan pembelajaran baru, or bahasa anak mudanya "move on". Outside there, so many place need to travel, so many lesson should we take, and so many friends are waiting for us. 

Bukan berarti juga tempat yang kita tinggalkkan berada di tangga yang lebih bawah, sometime someone need to travel to the other world untuk menemukan sebuah pembelajaran hidup yang baru. It is not a big problem, karena yang menjadi masalah adalah ketika kita diam dan berhenti belajar.  

Hari-hari ini saya tambah bersemangat mendengar kabar yang terus berdatangan, ada yang melanjutkan study, bekerja di beberapa tempat, dan menggenapkan separuh diennya. Subhanallah... sebuah tranformasi post power time yang bagus. Semoga dihari depan kita dapat berjumpa lagi dalam satu forum yang lebih cetar membahana.  Sebuah lahan pembelajaran baru yang lebih besar telah kau jajaki, kutunggu cerita-cerita perubahan dari masing-masing kita, semoga Allah senantiasa menjaga kita semua. Semoga teman-teman terbaik saya yang masih dalam masa post power syndromenya juga segera merubah way of thinking to post power time.