Minggu, 30 Desember 2012


Bismillahirrahmanirrahim ,memulai menulis sebuah refleksi di akhir perjalanan 2012. Puji Sykur kepada Allah atas segala karunia yang begitu indah dan membuat tahun ini memiliki begitu banyak warna. Segudang kejutan manis, hikmah yang mendewasakan, dan proses belajar yang tiada henti. Teriring juga sebaris do'a untuk tahun depan, semoga ditahun depan dapat berkarya lebih, belajar dengan arif, dan memaknai setiap hikmah dengan bijak.

Terimakasih yang tak terkira untuk para inspirator tahun ini, Untuk Mamak Bapak dengan segala do'a dan peluh yang tak terputus, adik-adik,  serta keluarga besar yang sedang berproses menjadi semakin dewasa. Untuk teman-teman yang selalu ada di sisi dalam setiap cerita, Putri-Sam-Mb Didi-Mb Nisa-Hanif-Ratna-Mb Puji-Sherly-Pur-Mb Rini-Mb Puji-Mb Mega, terimaksih atas segala celoteh harian yang telah didengarkan. Untuk keluarga-keluarga kecil yang menginsirasi Pak Arif-Mb Ngesti-Fatimah juga Bang Hendri-Mei-Gege, dan tak lupa pula K Redi-Mb Lia-Azka-Faras. Sungguh kalian luar biasa banyak menginspirasi tahun ini. Untuk segala kehidupan volunteering di pesisir ataupun candi mas Esti-Evi-Ovin-Hetty-Priska-Novia, thanks guys ! Rahmat-Rio-Intan dan semua rekan kerja yang luar biasa. Juga Inpirasi besar dari keluarga Parlemen Muda Indonesia yang telah mengembalikan kepercayaan diri saya untuk berkarya. Banyak juga nama-nama besar yang tak bisa disebut satu per satu.. Mb Yuni-Mb Mida-Mb Sufi.. dan semuanyaaaaaaaaaaaaaaaa....! terimakasih atas warna tahun ini. semoga di tahun depan kita mampu mewarnai hidup ini dengan amal-amal nyata yang bisa diterima olehNya. Amin.

Dan inilah cerita perjalanan 2012... 


Imakipsi - Independenitas : Idealisme Muda yang Mahal


Perjalanan awal tahun menemani Jevri dan Ando ke negeri ampera, bumi mpek-mpek, amaziinnngg....! bertemu dengan teman-teman dari senatero negeri, melihat masa depan pendidikan. Banyak hal bisa dipetik, tentang sebuah pelajaran independensi, tentang persatuan generasi muda, dan pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa kami para pemuda memiliki satu semangat perbaikan yang sama. Namun ada kalanya kehadiran sosok ketiga merayu independenitas dan merusak kemesraan kami. Di bumi sriwijaya saya juga belajar profesionalisme dan standar baku, bagaimana sebuah tubuh yang berskala nasional memiliki kualitas dan kapasitas yang berskala nasional pula. Thanks for a great chance ! semoga kelak kita dipertemukan kembali untuk sebuah semangat yang sama dalam membangun pendidikan yang berkualitas, berkarakter, serta membebaskan. 


Parlemen Muda : Aku Kembali Percaya Diri !



Sebuah pengalaman baru di parlemen muda, melihat gerakan dari sudut pandang yang lain, berjumpa dengan orang-orang baru, berjumpa dengan ide-ide segar. Dari dulu saya bertanya-tanya bagaimana ashoka young changemaker menciptakan pembaharu muda, disini saya berjumpa langsung dengan beberapa orang mentornya.

Pada kesempatan ini pula saya bisa berdialog dengan sosok-sosok yang sangat menginspirasi, era gerakan sosial dalam hidup saya dimulai. Saya merasa benar-benar menjadi anak muda yang 
idenya dihargai dan memiliki kebebasan berkarya. Saya mengenal Kandank jurank doank, indonesia mengajar, dan banyak sekali yang tak dapat diceritakan satu per satu.

Saya tidak pernah bermimpi sebelumnya berkumpul dengan anak-anak muda cerdas dari seantero negeri, tidak hanya cerdas, namun juga peduli. Mahasiswa dari universitas ternama, dalam dan luar negeri. Satu hal yang begitu membedakan mereka dengan saya, mereka pekerja keras, jadi ketika mereka memiliki hasil yang lebih banyak itu adalah suatu konsekuaensi logis.

Banyak hikmah yang bisa saya petik disini, tentang "unity in diversity" . Kami belajar banyak dari keberagaman, hingga pada akhirnya kami sepakat pada stu kata "perubahan". Tanpa diduga dan disangka saya diamanahi sebagai delegasi provinsi terbaik. Malam itu perasaan saya benar-benar campur aduk. Saya yang merasa kehilangan kepercayaan diri paska teman-teman seperjuangan saya di SMA banyak berpindah ke Jawa. Malam ini teman-teman yang luar biasa ini kembali menguatkan saya bahwa saya bisa dan betapa selama ini saya telah menyia-nyiakan setiap nikmat yang Allah berikan. 

Terimakasih untuk teman-teman yang memiliki ide sesegar ini, mepertemukan kami dari berbagai provinsi, memfasilitasi untuk sharing, memfasilitasi untuk bertemu sosok-sosok yang sangat menginspirasi, mengajarkan kami memikirkan membangun optimisme perubahan, meradiasikan ke daerah. Sungguh itu oleh-oleh yang tidak terlupakan. Sekali lagi "kalian adalah sosok cerdas !" .

Semoga kelak di tahun-tahun depan kita dapat berkumpul kembali pada dimensi yang berbeda. Jika hari ini kita berbicara rekomendasi kebijakan, semoga kelak kita menjadi pengambil dan pelaksana kebijakan tersebut. Semoga di tahun tahun mendatang negeri ini segera sembuh dari sakitnya. Semoga di tahun mendatang, saya yang di daerah mampu meradiasikan apa yang telah dibekalkan. Terimakasih banyak... dan dipenghujung tahun ini mari sekali lagi kita teriakkan "suara pemuda ! nurani bangsa !



Dari Musdalub Hingga Bukan Diplomasi Ping-Pong

"kami adalah tim, saya salah satu yang memilihnya menjadi pemimpin tim, jadi saya juga akan membantunya, bahkan ketika memutuskan mundur sekalipun..." 


Mencoba mempertanggungjawabkan perbuatan saya dalam memilih seseorang dan telah memutuskan bergabung dalam tim'nya membuat saya menjadi dilema. Saya harus tau alasannya, menyelesaikan permasalahan yang ada, baru bergabung dalam kabinet "pejabat sementara". Sangat menyakitkan apabila dulu saya ikut gadang-gadang memilih beliau namun pada akhirnya ketika ada permasalahan saya ikut menyalahkan. Itu juga pengaruh sejarah saya. 

Musdalub cukup membuat saya terpukul, apapun alasannya, bisa diceritakan atau tidak, namun semua itu sudah berlalu, bergabung di tim ekonomi yang kompaknya ekstra cukup menghibur dan menjadi pengobat rindu. Walau kamipun tidak melakukan apa-apa sampai pada akhirnya menyelenggarakan sebuah pelatihan yang sampai sekarang belum juga di follow up'i, semoga tahun depan bisa menjadi lebih baik. 


 
Sejuta alasan dikumandangkan atas tidak kemasivan yang ada, namun ruh yang sesungguhnya adalah "visi ini belum menyatu".  Bukan masalah fokus kedua sembari mengejar wisuda, bukan batu loncatan menjadi pejabat, bukan karena tidak memberikan penghidupan, dan bukan yang lain, bahkan terbersit sedikitpun menjadi pejabat juga tidak. Karena saya ingin "bergerak dalam porsi saya sebagai mahasiswa" itu saja. 

Sungguh hikmah pendewasaan dan kelapangan yang sangat besar, "seandainya saya laki-laki mungkin sudah duel satu lawan satu" sekali lagi mohon ma'af atas kesempitan hati yang saya miliki. Mungkin tahun baru ini bisa menjadi menjadi moment diantara kita untuk belajar lebih arif, berdiskusi dengan lebih dewasa, mengedepankan intelektualitas, dan memandang dengan pikiran terbuka. Sehingga visi ini bisa terakomodir dan tidak setengah hati lagi, semoga semua tetap lurus pada nilainya dan tidak bergeser begitu saja. 

Bukan diplomasi ping-pong cukup meredakan ketegangan yang ada, terimakasih untuk moment akhir tahun yang cukup manis. terimakasih untuk warna yang telah tergores tahun ini, rasa bak gado-gado yang menambah kelezatan perjalanan. Semoga hikmah ini bisa kita petik bersama untuk tahun depan. 


Kaumuda Pringsewu : Karya Awal Untuk Kampung Halaman

Terimaksih banyak untuk Fadhil, Hani, Nivia, juga Hamadin. Ide kalian keren banget ! memang anak daerah harus membangun daerahnya. Walau baru sampai pada tahap launching, dan satu kali tampil di TV, juga satu kali bazar, saya yakin ini adalah awal yang baik-untuk tahun-tahun depan.

Saya masih bermimpi rogram pringsewu young volunteer terlaksana dan diikuti oleh puluhan pelajar dan pemuda, sehingga mereka bisa berkarya kecil-kecilan untuk daerah sekitar mereka. tak mengapa kecil, jika kita lakukan bersama-sama pada akhirnya juga akan meberikan dampak besar. Ada yang mendidirkan taman baca, membuat kompos, mengemas kelanting, ohhh... indahnya masa depan pringsewuku. Banzai !



Volunteering : Make it happened !



Mimpi bisa berbuat sesuatu untuk masyarakat, mupeng liat indonesia mengajar, akhirnyaaaa.... terlibat juga di aktivitas volunteerism. Seru...! penuh haru. Haru liat anak-anak pesisir semangat belajar, haru bisa mengenalkan adik-adik tingkat sama dunia volunteerism lewat program charity. Thanks buat temen-temen volunteer atas hari-harinya. Bermimpi suatu hari di pesisir benar-benar ada sekolah apung. Bisa membuka kantung-kantung wirausaha untuk ibu-ibu, dan lambat laun taraf hidup mereka membaik.

Suatu kesempatan yang luar biasa pula bisa bantu Putri mewujudkan cita-cita Kapal (komunita peduli anak Lampung)'nya, thanks buat bunda iin yang sudah menunjukkan caranya berdongeng. Mas Andi dan Mb Tika yang mengagumkan ! Sungguh keterbatasan ekonomi tidak mengahambat mereka untuk berkarya, amazing...

Menjadi PR tersendiri untuk membuat kurikulum pendidikan informal yang menyenangkan, berkarakter dan membebaskan seperti itu. Semoga tahun ini diamanahi Laptop oleh Allah, sehingga saya bisa segera menyelesaikan kurkulumnya. amin..

Terima kasih atas rasa syukur yang tanpa lelah kalian ajarkan, terimakasih telah menjadi warna yang indah di tahun ini. 


BLCN : Terima Kasih Sudah Mampir dan Belajar Banyak 

Pengalaman yang luar biasa bisa mampir dan belajar banyak, membuka pikiran baru, ide-ide baru, komunitas baru, juga cerita baru. Sepertinya ilmu yang didapat akan sangat bermanfaat kelak.. Arigatou...

Semoga semakin semangat dalam menjadi garda depan industri kreatif di Lampung. Aminn...




MUN : pada akhirnyaaa........


Alhamdulillah akhirnya diberikan kesempatan untuk ikut sidang MUN di Jakarta, setelah tahun lalu tidak lolos, tahun ini bisa bergabung di committee Economy And Social Council, yahhh... walaupun belum bisa memberikan kontribusi banyak, namun saya banyak belajar bagaimana para diplomat itu membuat kebijakan yang memperjuangkan sekejahteraan masyarakat dunia. Luar biasa !! Luar biasa pening ! Semoga tahun 2013 diberi kesempatan untuk mengikuti MUN di luar Indonesia.

Sesampainya di Lampung, terlibat juga di launching Lampung MUN Club, dengan diahadiri murid-murid dari Aussie yang spesial sekali. Thank's for the moment... 


Global Youth Cultural Summit....

Dari kecil saya bermimpi menjadi anak yang terpilih untuk menjadi penjaga perdamaian dunia, ha ha ha itu dulu... Alhamdulillah tahun ini saya lolos seleksi Global Youth Cultural Summit bersama 400 pemuda dari seluruh dunia lainnya. dan insyaallah akan berangkat agustus 2013 nanti.

Speak Up ! : memulai sebuah wirausaha sosial...

Atas bantuan kak redi, mb indah, rahmat, dan mb lia, akhirnya saya memulai wirausaha sosial saya dibidang bahasa inggris. Pada resolusi 2013 saya, saya berharap banyak pada kewirausahaan sosial ini. Saya berharap ini bisa menjadi komunitas belajar masyarakat yang murah dan cepat. Memiliki kurikulum yang baku dan menjadi tempat katualisasi dan muara dari keilmuan saya. Bahkan saya bercita-cita ingin hidup dan membesarkan speak up saja. 

Dan yang paling menarik, bahasa itu masih menjadi sesuatu yang bebas nilai dan netral, sehingga kita masih bisa mengembangkan bahan ajarnya untuk pendidikan karakter, dll. coba bayangkan di seluruh lampung berdiri banyak titik speak up, dari komplek ke komplek, semoga suatu hari nanti bisa menjadi wisata edukasi. Amin ya Rabb...

saya juga berharap speak communitynnya bisa sebesar TEDx, menebar inspirasi, memfasilitasi perubahan, amiiinn.... semoga mimpi ini tidak tergerus oleh tuntutan hidup.  

 he he... brosur ini belum diedit lho... harga aslinya lebih merakyat, lima puluh ribu per bulan..!


Kejutan kecil dari Pramuka SMP 8

hmmmm... di penghujung tahun ada kejutan kecil dari Pramuka SMP 8... hal ini mengingatkan saya dengan hiruk pikuk masa SMA yang manies, bedanya jika dulu saya berada di posisi mereka, sekarang saya belajar pada situasi yang baru ^^, damailah lampungku....


 

Last But not Least....

Pagi ini saya mendapat SMS dari bapak yang bunyinya kurang lebih begini... "ma'afkan kami yang tidak memberikanmu terompet, karena itu adalah budaya yahudi. ma'afkan kami yang tidak memberikanmu lonceng-lonceng kecil, karena itu adalah budaya nasrani. ma'afkan kami yang tidak mengajakmu ke keramaian tahun baru, karena itu adalah budaya majusi. karena kami yakin engkau tidak akan tega melihat ayah bundamu dilempar ke neraka karena tak mampu mendidikmu dengan baik."...

sungguh mata ini berkaca-kaca, karena selama ini mereka tidak pernah bersedu-sedan seperti itu kepada saya... 

Terimakasih Allah, atas segala nikmat yang telah engkau limpahkan kepadaku, keluargaku, dan saudaraku, semoga tahun ini mampu menjadi pembelajaran yang berharga. Ya Allah... semoga kelak, ditahun mendatang, saya dapat berbuat lebih baik lagi... memberikan kemanfaatan yang banyak bagi keluarga dan agama... amin.
 


Kamis, 27 Desember 2012



Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati

Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa

Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa

Selasa, 25 Desember 2012



"hidup itu seperti permainan game, kita mengetahui awalnya, mengetahui peraturannya, dan ada dua kemungkina di akhir, menang atau kalah, dan satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah memperjuangkannya"

Beberapa bulan terakhir saya bagaikan menghilang ditelan bumi, entah sedang ingin berkonsentrasi atau apan, trus tiba-tiba janjian nonton dengan teman saya, saat itu kami menonton film 5 cm. kontan teman saya berkomentar "kok kita kaya 5 cm ya? setelah beberapa bulan berpisah dengan kehidpuan masih-masing trus ketemu lagi disini, cerita-cerita". 

Iya, memang nyaris sama, dan saya menemukan banyak hal baru dari cerita teman saya, masing-masing dari kami membawa perubahan tersendiri, ia bercerita banyak tentang pengalamannya menjadi konsultan finger print. dan saya menceritakan pengalaman seru akhir-akhir ini. 

Selesai menonton teman saya syok, karena menyangka bahwa ending akan berpihak ke Genta, namun ke Zafran, dan akhirnya ia menyimpulkan " yang kita tau dari hidup ini hanya berusaha ya? kita tidak pernah tau akhirnya bagaimana". seru nie film, ndak bisa ditebak. 

Akhir-akhir ini saya punya sebuah mimpi, namun tidak berani menyampaikan ke orang tua, karena khawatir dengan komentar orang tua yang bermacam-macam dengan alasan kemapanan dan lain sebagainya, mimpi saya ini sederhana, namun sangat berpengaruh untuk kehidupan saya kedepannya. Sebenarnya semuanya cukup simple, saya masih punya waktu satu tahun untuk membuktikan mimpi saya ke orang tua sehingga ia melihat hasilnya dan sepakat, karena saya yakin orang tua saya sebenarnya satu pemikiran dengan saya. 

Namun kebiasaan saya, khawatir, apa iya bisa ? kalau memperburuk keadaan bagaimana ? namun kemudian saya merenung,..

Ian bisa mengerjakan skripsi dalam 2 bulan...
Genta bisa punya ide EO yang gila suksenya...
Riani sebulan magang langsung diangkat kerja...

Dan beberapa bagian lagi, yang membuat saya berfikir, yahhh... hidup ini seperti video game, kita tau bagaimana kondisi kita sekarang... tau aturannya yaitu al-qur'an dan hadist... kita hanya bisa berikhtiar, dan pada akhirnya nanti cuma ada dua pilihan.. kita mengakhirinya dengan khusnul khatimah, atau su'ul khatimah... 

Terimakasih kawan, atas motivasi hari ini, letakkan ia 5 cm didepan keningmu, dan lakukan apa yang kau bisa untuk meraihnya.... cuma perlu kaki yg akan berjalan lebih jauh, tangan yg berbuat lebih banyak, mata yg menatap lebih lama, tekad yg seribu kali lebih keras, hati yg akan bkerja lebih keras, serta mulut yang akan selalu berdo'a...



Hari ini saya ingin bercerita, sederhana saja, tentang sebuah perjalanan, sebut saja saya dan teman-teman, ya beberapa orang yang saya kenal. Bisa dibilang kami satu organisasi sebenarnya, namun tidak begitu mengenal satu sama lain. Ya itulah yang saya analisa, karena sejauh organisasi yang saya ikuti baru disini saya merasa tidak seperti di rumah, merasa asing dengan teman satu tim, tidak mengenal dan juga tentu tidak saling peduli ketika beberapa diantara kita sedang tertimpa masalah, kadang tau beritanya udah terlambat dan lain sebagainya. Begitu juga dengan saya, ketika tima-tima saya kehilangan waktu luang dan ada kewajiban lain saya juga sering langsung menghilang saja tanpa izin. 

Entah mengapa saya kurang merasa memiliki, beberapa kali kami mencoba merapatkan komitmen, semangat diwal dan kemudian hilang lagi. Tak jarang pimpinan tim mengeluh bekerja sendiri, tak jarang pula anggota tim merasa tidak pada track yang seharusnya, atau bingung harus bersikap seperti apa. Dibicarakan lagi dan kembali lagi, lagi dan lagi tidak juga diperbaiki. Pernah saya itu saya ingat ada pengokohan tim, saat itu long march, dan diakhiri dengan sharing, bahkan saat itu melibatkan senior, namun nyaris tidak ada perubahan juga.

Bahasa diplomasi ping-pong pertama kali saya dengar dari seorang teman yang saat itu menjadi pemateri di MUN seminar. Ketika Amerika dan China bersitegang, maka langkah yang diambil oleh Amerika bukanlah mengirimkan duta besar, perdana menteri, atau presidennya ke China untuk melakukan lobi-lobi, namun mengirimkan para atlet ping-pong ke China, karena Amerika sadar bahwa orang China menyukai ping-pong, dan hal ini berjalan cukup baik karena persitegangan menurun. peristiwa ini dikenal dengan sebutan akrab "diplomasi ping-pong".

Hari ini berlalu dengan cukup aneh sepertinya, pertama saya dateng pagi-pagi ke markas untuk kumpul dengan yang lain, dan ternyata belum pada kumpul, dan aneh sekali saya tidak telat hari ini. Yang kedua saya pikir saya hanya akan pergi dengan teman-teman yang perempuan saja, ternyata tidak ! dan yang paling aneh adalah kami hanya "main" ke rumah teman, makan-mankan, ngobrol, jalan-jalan di perbukitan, foto-foto, tertawa, bahagia, refreshing, dan sudah, tak ada pembicaraan apa-apa. 



Namun... jika saya boleh jujur, saya merasa hari ini lebih baik dari sekedar rapat evaluasi yang dimaksudkan untuk memperkuat tim kita. Hari ini kami punya cerita berkendara, hujan, bukit, foto, tawa, dan merasa pergi dengan bagian dari anggota tim. Malamnya, beberapa menjadi punya cerita di facebook, blog, foto-foto di hape, atau memori mereka. Akhir kata sebelum saya menutup cerita di blog ini, saya ingin menyimpulkan bahwa spirit yang ada di sini mirip dengan diplomasi ping pong, dan menjadi pembelajaran tersendiri untuk saya mengelola organisasi ke depan, bahwa ada hal-hal tidak tersurat yang sebenarnya efektif untuk mengokohkan tim dan membangun kekompakan. Cerita hari ini "bukan diplomasi ping pong", tapi "diplomasi rumah mb sufi" yang sukses menghadirkan cerita dan makna baru. Arigatou....

Minggu, 23 Desember 2012



Hi ! makin eksis saja kau disana, senyum terkembang karena satu persatu kerja kerasmu membuahkan sebua realisasi mimpi. makin mantap saja kau mendaki setiap tangga kehidupan. Sedikitpun tak terlihat rasa takut dalam guratan optimismemu. Setiap orangpun yakin tak lama lagi kau akan berkarya semakin besar. Sungguh luar biasa... selamat kawan !

Kadang aku membayangkan kau menyempatkan waktu bercengkrama dengan kami, dan semua bertanya tentang dirimu yang luar biasa. tapi aku ingin beranya satu hal yang sederhana "bagaimana kau yakin dengan semangatmu sendiri ?". Kau punya mimpi dan akupun punya, kau bekerja untuk itu dan akupun juga, kau mengalami pasang surut dan aku juga, kau punya teman yang luar biasa dan aku juga, tapi kau yakin dan aku khawatir.

Tanya kedua, "bagaimana kau meyakinkan orang sekitarmu ?" ahhh... tentu saja mereka yakin dengan idealismemu, karena kau mampu membuktikannya dan aku tidak.

Aku tau Tuhan itu Maha Adil, menciptakan manusia dalam kapasitasnya sendiri. Ia menciptakanmu dan menciptakanku dengan ruang yang berbeda. Dan entah ini pesimisme atau apa, aku sadar aku adalah aku, dengan puluhan orang yang mencibir apa yang aku impikan. Aku bukan engkau yang mendapat dukungan dari banyak pihak, "Ah, sepertinya kau menjadi buta akan kerja kerasmu siang malam, aku pura-pura lupa dengan itu...". Aku juga bukan kamu yang memiliki fasilitas berlebih.... "Ah... sepertinya aku lupa juga kalau mimpiku tak sebesar mimpimu, dan aku berharap lupa kalau fasilitasku cukup untukku.."


Kalau kau ingin tau, setiap hari aku selalu terbakar semangatnya melihatmu tersenyum pada beberapa media, kalau kau ingin tau, mengapa aku tak sepertimu, jawabannya hanya satu, "ketika kau bekerja siang dan malam untuk memperjuangkan keyakinanmu, aku termenung siang dan malam bercengkrama dengan rasa khawatirku".

Bisakah suatu hari kita duduk bersama, for a better life ?, jawabnya bisa ! "kalau kau bisa mengatasi rasa khawatirmu !"



Hi, apa kabar disana ? masihkah berlari ceria dengan mimpimu ? masihkah yakin dengan angan dan setiap papan mimpi yang dulu pernah kita rumuskan bersama ?

Aku tak ingin masa muda ini cepat berlalu, karena aku khawatir ketika aku dewasa nanti semua mimpi ini akan hilang, tak lagi aku memiliki angan untuk banyak orang, tapi sibuk dengan diriku dan kebutuhan hidup. Kau akan sibuk dengan keluarga barumu, dan aku akan sibuk dengan keluarga baruku. Kita lupa betapa bahagianya ketika kita bersama menjejak daerah pinggir pantai, berlari diatas sampah, atau sekedar mendongeng untuk anak-anak, menemani mereka bermain tanah. Rumah tangga akan menuntut banyak hal dari kita, kebutuhan hidup, makan, tinggal, pendidikan, semuanya membutuhkan rupiah yang sangat banyak. Masih adakah kita memiliki sisa energi untuk berbagi seperti masa muda dulu ? atau kita menjadi orang tua yang berebeda dan sengaja menyisihkan waktu untuk berbagi, tak peduli kita kurang atau lebih, karena menanggap sudah selesai dengan diri ?

Bagaimana kabar kampusmu ? kapankah engkau diwisuda ? sudahkah engaku menyandang gelar sarjana ? sungguh jika aku boleh jujur, aku sedih mendengar itu semua. Karena itu adalah saat dimana kita keluar dari sangkar emas yang terhampar idealis dengan bunga-bunga mimpi, akankah realitas hidup menghapus segalanya ? apakah kita kan menjadi pegawai negeri dan berpura-pura tidak tahu kalau sistim pendidikan kita bermasalah, merelakan diri masuk kedalam sistim lingkaran setan yang mengharuskan kita diam ? atau kita akan menjadi sosok pengabdi setia pada korporat asing? dan lupa bahwa negeri ini sedang menuju kebinasaan ? apakah kita akan masuk kesana demi sebuah tuntutan kesejahteraan ? aku begitu khawatir akan masa itu.

Kawan, sungguh aku ingin menangis dan tak ingin melepas hari ini, hari dimana kita bermimpi suatu hari nanti akan membuat ruang-ruang belajar informal dengan kurikulum yang tak lagi sekuler, anak-anak berkembang sesuai kebutuhan individu, kawan, aku rindu akan hari dimana kau berteriak lantang mengkampanyekan BMT, dari satu desa ke desa yang lain. Kawan aku rindu mimpi besar kita akan tetap hidup dan tidak tergerus oleh arus kehidupan. Aku tidakklah anti kemapanan, tapi aku sungguh khawatir kita tidak dapat melalui ini dengan baik. Aku bukan sosialis, tapi aku juga bukan kapitalis.

Kita harus bersiap dengan badai kehidupan yang maha dasyat itu, menguatkan iman dan terus berjalan, meningkatkan kapasitas diri dan keahlian agar tak kelaparan selagi berbagi. Aku tau hidup ini sebuah pilihan, tapi aku juga sadar hidup ini bukan homo homini lupus.

Hari ini aku mendengar perdebatan dua sudut pandang kawan, dimana phak yang pertama bersikukuh selesaikan dulu dirimu baru ketika ada energi sisa berbuatlah untuk orang lain, dan pihak kedua berpendapat, kita bisa berbagi selagi berjalan, aku tak berna berpendapat dan hanya diam menyaksikan, kelak aku akan menjadi yang mana ? akakah logika insan manusia mampu menerima pilihan saya ?

Tapi kawan, mari kita lihat gelanggang besar bernama kehidupan besar dari sudut lain, disana ada srena yang lebih besar dan lebih jahat dari kampus ? disana ada mimpi yang lebih besar, kegagalan yang lebih besar, dan juga tekanan yang lebih besar, bayangkan kawan ketika kita mampu menghadapinya dengan baik, kita akan berkarya lebih besar dan melakukan perubahan yang lebih besar.

Aku percaya kawan, Tuhan akan mengabulkan setiap do'a hambanya. "Ya Allah, aku ingin menjadi mereka yang bisa masuk dan mengambil peran dalam gelanggang kehidupan, bukan mereka yang tergerus oleh hidup."


Angin muson bertiup kencang menandakan perubahan musim, dua era yang begitu berbeda yang juga memberikan kesibukan berbeda bagi para petani, khususnya para transmigran yang sebagian besar menanam kopi, lada, juga kakau. Para petani akan sibuk menjaga ladang kala musim kemarau tiba, khawatir kalau-kalau gesekan antar dahan menghasilkan api yang dapat membakar ladang-ladang mereka, tidak sekali dua kali hal itu terjadi, sampai-sampai pemerintah menurunkan puluhan pesawat pemadam kebakaran. Lain cerita ketika musim penghujan datang, petani sawah terancam gagal panen karena banjir bandang di persawahan. Dua buah kisah yang membutuhkan antisipasi dari jauh-jauh hari.  

Perubahan musim itu mengisyaratkan pula perubahan warna hidup di keluarga Melda, bak guci yang jatuh dari meja, hatinya hancur berantakan paska ayahnya melarang Melda berhubungan dengan Dedi. Terkadang Melda bisa mengerti ayahnya, tapi terkadang ia teringat bagaimana ia telah menunggu Dedi selama empat tahun, dan itu bukan waktu yang bisa dibilang sebentar.

***

Dengan perlahan hubungan Nandita dan Bambang membaik, komunikasi diantara mereka sudah mulai terbuka, Nandita sepakat untuk membantu Bambang menceritakan yang sebenarnya ke Melda secara perlahan. Karena sampai sekarang Melda masih benar-benar  tidak bisa menerima, apa yang salah dengan Dedi ? dia santun, baik, pintar, sholeh, ya.. paket lengkap yang jarang didapatkan. Pernah suatu hari Melda membuka percakapan dengan Bambang.

“Yah, seberapa sulitkah membina perbedaan dalam suatu rumah tangga ?” tanya Melda

“Itu hal yang cukup berat.” Jawab Bambang dengan dingin.

“Tapi bukankah ayah dan ibu bisa mealuinya ? kenapa ayah tidak percaya dengan saya ?” selidik Melda.
“Sudahlah, masih banyak laki-laki lain di luar sana” nada menjawab dengan nada tinggi.

“Tapi......” sanggah Melda.



“ Piil pesenggiri itu tak lain adalah lambang kehormatan masyarakat adat Lampung yang harus dijiwai, dan dipertahankan sesuai dengan gelar yang disandang, Piil Pesenggiri itu ada empat dan merupakan keutuhan dari unsur Juluk Adek (Gelar adat), Nemui Nyimah (Menjaga Hubungan Kekeluargaan/Silaturahmi), Negah Nyappur (Suka bergaul), dan Sakai Sambaiyan (Tolong Menolong dan Gototng Royong). Orang Lampung akan disebut memiliki Piil apabila mereka sudah memenuhi keempat unsur ini, karena keempat unsur tersebut merupakan satu kesatuan/ pedoman bermasyarakat.” Terang Nandita

“Jadilah orang jawa yang njawani, falsafah jawa itu banyak benarnya, diantaranya “urip iku urup” hidup itu nyala, bias kasih manfaat untuk orang disekitar kita, “memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara” hidup di dunia ini harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, bias berantas sifat angkara murka, serakah dan tamak, “ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngarasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha” berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan, keturunan dan kaya tanpa didasari kebendaan. “datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan” jangan gampang sakit hati manakala musibah menempa diri, jangan sedih manakala kehilangan sesuatu. “aja  kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka” jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka. “aja milik barang kang melok, aja mangro munda kendo” jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah, jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan semangat.” Terang Bambang.

Begitulah Bambang dan Nandita mendidik Melda, mereka menyatukan dua unsur yang baik menjadi sesuatu yang lebih baik. Melda tumbuh menjadi gadis cantik yang pintar dan santun, Bambang dan Nandita sangat menyayanginya, terlebih karena Melda adalah satu-satunya anak mereka.

Rabu, 19 Desember 2012



Suasana pasar Bringharjo masih melekat kuat dibenak, ada kerinduan besar akan sebuah tanah kelahiran. Ibu-ibu yang ramah, batik-batik melambai, logat jawa bak nyanyian merdu di pagi hari. Benar kata orang, seindah-indahnya di negeri orang masih lebih indah di negeri sendiri. Jogja dengan segala pesonanya, alunan gamelan nan ramai, becak-becak bak simbol perlawanan ‘kawula alit’  terhadap ‘kawula elit’ yang bisa dibilang jauh dari peduli. Ketidakpedulian itulah yang menghantarkanku menjadi pesakitan, membuat Endang melakukan perlawanan terhadap diriku, pergi kembali ke pangkuan orang tuanya, dan aku sungguh tak berdaya mencegah perpisahan itu. Tak sanggup aku, setiap sisi kota Jogja bak prasasti perjuangan hidupku bersamanya. Sungguh, saat itu aku begitu yakin sama sekali tak akan merindukan kota tua ini. Tapi salah, anak rantau tetaplah rantau. Namun pepatah jawa tetaplah menjadi filosofi yang harus saya junjung tinggi. Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung.

Inilah lukisan hidupku, antara gradasi warna-warni cita, cinta dan asa dibawah kanvas langit. Bersamanya terhampar dua pulau yang bertetangga, Jawa dan Sumatra, yang kalau orang-orang tua sering menyebutnya sebagai Sumantera. Terhampar pula sebuah selat yang proses pembentukannya cukup fenomenal, gunung api krakatau yang debunya pernah menghujani dunia. Dongeng-dongeng inilah yang kelak semakin mengakrabkan anak cucu kita dengan masa lalu. Mesin waktu yang mampu mengejawantahkan imajinasi masa lalu nenek moyang mereka. Dongeng lintas pulau, dari Jawa hingga Sumatera, Kisah cinta dua kota, Jogja adalah masa laluku dan Lampung adalah masa kiniku.

Merekahlah mawar baru dalam episode drama kehidupan seorang Bambang, Endang telah menjadi mawar yang pot’nya telah kukembalikan pada yang menanam, ia akan terus merekah bersama kiriman air hujan dari langit. Dan kini mawar baru harus kujaga. Sepanjang waktu, dengan segenap hatiku. Walau perbedaan warna dirinya dan diriku lebih kontras dari merah dan putih, namun aku yakin, bibit primordialisme itu mampu kuredam dengan cinta dan do’a. Dengan ikatan suci yang diajarkan oleh manusia suci bernama “Muhammad”. Ikatan suci ini akan menyatukan merah dan putih menjadi “merah-putih” yang merdeka, merdeka bersama menghadapi masa depannya.

Kelak aku dan Nandita akan menjadi symbol perlawanan terhadap primordialisme, Mengeja resah bersua rindu, menanti api membakar dahsyat. Suara resah tanda rindu, menanti ide membakar semangat. Kisah cinta multicultural seharusnya bias lebih fenomenal dibanding Romeo dan Juliet. Asli Indonesia, produk masalah negeri sendiri, Lutan kisah… menuai rindu. Inilah kisah cintaku, dan biduk perahu siap berlayar.
“Mas…” suara Nandita membuyarkan lamunanku terkait masa lalu.

“makan dulu, saya sudah buatkan masakan kesukaanmu, sayur asem, ikan asin, dan sambel terasi… ada gudeg juga, sesekali aku ingin mengobati rindumu dengan kampung halaman…” terangnya.

Sungguh aku bersyukur memiliki mawar seanggun Nandita.

“mas.. tadi ada surat dari adikmu di jogja...” ucap Nandita

“oh ya ? apa kabar Jogja, nanti setelah makan aku baca” jawabku.

“mas, kapan aku dikenalkan dengan keluarga Jogja ? baru sekali aku bertemu mereka, pas pernikahan kita saja, aku tak ingin anak kita nanti tak mengenal keluarga ayahnya.” Jelas Nandita.

Aku bingung menjawab pertanyaan Nandita, bukan aku tak mengijinkannya pulang ke Jogja, namun luka masa laluku masih belum lekang oleh waktu. Aku juga tak mampu membayangkan bagaimana mengenalkan Nandita dengan anakku disana. Bagaimana reaksinya ? aku tak rela jika  masa-masa indah ini harus diusik lagi.

“suatu hari aku asti menunjukkanmu betapa indahnya Jogja, sabar ya..” jawabku sekenanya. Segera kuselesaikan makanku dan meraih sepucuk surat di meja tamu. Setidaknya u akan sedikit mengobati rinduku dengan keluarga disana.