Sabtu, 28 Desember 2013



Karena selama hidup kita belajar, maka tak ada alasan untuk kita merasa tertinggal ataupun terlanjur salah. Kelemahan terbesar kebanyakan orang adalah ketika ia jatuh maka ia akan merasa bahwa itu adalah akhir dari segalanya. Mereka lupa bahwa kehidupan ini dinamis, bukan mereka yang diatas yang pada akhirnya mendapat hadiah berupa garis finish yang indah, tapi sosok-sosok pembelajarlah yang tidak pernah tenggelam tergilas oleh zaman.

Melalui tahun ini yang nyaris dipenuhi oleh kesalahan dari hari ke hari, mulai dari konflik di Speak Up, BLCN, project sampah, kuliah, gerakan, dan sederet kisah-kisah kelam yang terus merongrong integritas. Rasa-rasanya apa yang dilakukan selalu berakhir dengan konflik dan kesan yang buruk. Perlahan tapi pasti waktu akan memberikan jawaban bagi insan yang mau berbenah untuk lebih baik lagi.

Dulu, pertama kali masuk SMP, sama sekali tak bisa bahasa inggris, berkeringat ketika guru masuk, dan langsung ambil ancang-ancang untuk mencontek. Dulu ketika SMA ingin sekali disebut debater, dan sekali lagi mantra ini berhasil ‘never say never’, di awal kelas tiga saya menjuarai turnamen debat pertama saya. Hal yang awalnya terlihat mustahil, tak tau satu kosa kata bahasa inggrispun pada akhirnya bisa membuahkan hasil yang manis ketika kita sabar melewati prosesnya.

Dikala kecil, menyenangkan rasanya mendengar cerita saudara yang kesana kemari, punya program ini dan itu. Saat itu rasanya mustahil bagi saya untuk memiliki peluang yang sama, teman yang terbatas, akses yang sulit, hingga pada akhirnya perlahan tapi pasti dari satu fase organisasi satu ke yang lainnya, perlahan semua itu terwujud.

Tak ada yang tidak mungkin ketika kita sabar untuk berproses, tak ada yang tidak bisa dibuktikan ketika kita berusaha sekuat tenaga. Dan sama seperti hari ini, tak menyangka akan mendapatkan kenangan manis di penghujung tahun, mendapat keluarga baru yang membuat segalanya menjadi mungkin. Sebuah ‘dream team’ yang tidak pernah saya ekspektasikan untuk dijumpai lagi dimasa kampus ini. Rasanya segala kesalahan-kesalahan yang lewat terlalu sulit membuka pintu perbaikan.

Ketika detik terus berdetak, maka waktu menawarkan kesempatan manis bernama pembelajaran, memetik hikmah dalam dimensi kesalahan atapun keberhasilan. Kini, semua lebih dari sebuah tahap yang saya ekspektasikan, kembali merangkul rasa percaya diri, mendapatkan keberanian, berkumpul bersama teman-teman yang mampu menjadi lilin penerang menuju mimpi yang hampir saja pudar. Project-project gerakan yang pada akhirnya ‘I make it happen !’ this is not only a fairy tale.

Pembelajaran tidak berhenti disini, luasnya dunia menanti untuk diarungi, satu mimpi selanjutnya, ‘never say never’, reach it ! try it ! Sebuah bingkisan manis diujung 2013. Rasa syukur kepada Zat Yang Maha Agung atas berlimpahnya rizki yang ia anugerahkan, terimakasih untuk kawan-kawan yang terus menjadi lilin-lilin kecil dalam hampanya kegelapan. Togather we learn, togather we grow, to reach a better place in the future. 


Kamis, 26 Desember 2013




Tempo waktu IFL mengadakan seminar penulisan essay dan motivation letter untuk apply beasiswa keluar negeri. Setelah jauh saya merenung, seminar ini tidak sedangkal judulnya. Mengapa ? mari kita mulai dari sebuah kalimat yang pernah diucapkan oleh teman saya "ternyata aktivis itu nggak bisa lepas dari aktivitas-aktivitas seperti itu ya ?" pernyataan itu terlontar kepada saya tepat setelah konsultasi regional Parlemen Muda, dan pada kesempatan ini saya jawab, "why ? siapa yang bangga disebut mantan aktivis ?".

Kebanyakan dari aktivis kampus sangat gahar ketika masih di Universitas, namun perlahan memudar ketika mengenal dunia nyata, mulai mengambang dalam mengenali siapa dirinya dan langkah kelajutan apa yang akan dia ambil, dari 100% pelaku, tidak lebih dari 30% yang konsisten dengan pilihannya. Bisa jadi karena tuntutan zaman atau tidak terfasilitasi untuk menjadi diri sendiri. 

Saya punya sekelompok saudara , 'yang sampai kapanpun akan tetap menjadi saudara', kami sama-sama bermimpi pada forum-forum yang hidup hingga pagi. Tentang masa depan, bukan masa depan sederhana, masa depan Lampung, masa depan Indonesia, dan masa depan Dunia. Bak pembuat kebijakan atau think thank Bank Dunia yang memiliki kendali besar kami semangat berdiskusi, belajar merumuskan hal-hal besar, bersama di masa muda, kami menari-nari di bumi impian.

Kembali ke seminar essay IFL, setidaknya ketika kita menulis essay kita akan melalui beberapa tahap, 1. Mengenal diri kita dan eksplore lebih dalam lagi terkait hal-hal yang sudah kita lakukan, 2. Mengenal isu di daerah kita dan mencari isu-isu tertentu yang kita benar-benar tertarik di dalamnya, 3. Merencanakan masa depan tentang kita akan membawa diri kemana, sekolah pada bidang apa, dengan jurusan apa, riset apa, setelahnya akan berkarya bagaimana, memecahkan isu yang seperti apa, dan mengalurkannya lagi dengan aktivitas-aktivitas yang sudah kita lakukan sebelumnya.  

Rangkaian dari tiga poin itulah yang akan menjadi daya jual bagi pemberi beasiswa, semakin tajam dan impactfull diri kita, semakin berkualitas kampus yang akan kita dapat. Lebih dari itu, saya menyadari poin inilah yang hilang dari aktivis kampus. Kebanyakan dari mereka masih sekuler dengan pilihannya. Punya passion di bidang apa, kuliah dibidang apa, dan melakukan kegiatan aktivisme di bidang apa. Belum lagi isitilah kuliah dan aktivisme harus imbang, keduanya tidak perlu keseimbangan, namun keduanya adalah suatu kesatuan. Untuk yang sudah terlambat, jangan khawatir, ketika kita merenung atas apa yang kita lakukan, pasti akan juga ditemukan garis merah, selama sejauh ini kita jujur pada nurani.

Dari IFL saya belajar banyak, sebelum kami merancang program, kami bercerita tentang mimpi dan passion masing-masing, sehingga kedepannya, project yang berhubungan dengan pendidikan akan diserahkan ke yang berpassion pendidikan, ataupun lingkungan akan diserahkan ke yang berpassion linkungan, sehingga memiliki dua keuntungan, 1. Membuat individu berkembang sesuai dengan jati dirinya, menambah pengalaman dan link untuk bidang yang ia sukai, dan 2. Organisasi mendapatkan loyalitas yang lebih dari anggota karena anggota merasa banyak berkembang di dalamnya. Bekal-bekal ini juga yang dapat dipakai anggota untuk menapaki jenjang karier selanjutnya seperti study master atau kerja. Misal, kampus atau perusahaan mana yang menolak orang yang ekspert di bidangnya, tidak berhenti di tataran kampus, namun juga sudah mulai belajar merealisasikan di dunia nyata, sedikit demi sedikit mencoba menyelesaikan permasalahan yang ada disekitar. 

Lebih dari itu, di IFL segalanya jadi mungkin, batas negara menjadi lebih dekat, seperti Opin, Hetty, Desi yang terancam bolak-balik ke luar negeri, kami memiliki bekal yang tidak jauh beda, secara finansial, dll namun mereka mengajari saya untuk terus bekerja keras dan 'never say never'. 

Teringat saudara saya, "Candra sudah benar-benar move on dari........" , jawabannya tidak ! saya merindukan semuanya, sangat ! dua tahun ini IFL menjadi lilin untuk saya menemukan kembali puing-puing mimpi saya, memberi sedikit penerangan ditengah kegelapan. Saat-saat dimana saya dipaksa berenang dilautan bebas, nyaris tenggelam oleh konflik, nyaris bingung hendak kemana dan bagaimana. Hingga kini saya bersykur atas apa adanya diri saya. Menyusun kembali mimpi agar semua angan ini tidak pudar dihantam ombak. 

Tentang sebuah kerinduan akan mimpi yang kita semua pernah bicarakan hingga pagi, mungkin kini sebagian kita telah berserakan di dunia kerja, di dunia lain, namun kerinduan bernama ukhuwah tidak akan pernah bisa dikhianati. Mimpi-mimpi besar itu tak akan kita biarkan pudar begitu saja bukan ? kegalauan, ketakuatan, rintangan, itulah yang saya rasakan, namun bersama kita pernah menaklukkan rasa kantuk, mungkin bersama juga kita bisa melawan kejamnya dunia dan menjaga mimpi-mimpi ini tetap hidup.

Kita tak punya kekuatan untuk mengingkari takdir yang Maha Kuasa, tak punya sedikitpun bocoran bahwa saya, kamu dia, kita atau mereka akan konsisten, namun kita juga tidak punya alasan untuk tidak mencoba, mengeratkan kembali impian bersama, mengambil langkah, saling menguatkan dan memulai dengan sesuatu yang sederhana. Mulai untuk berenang mengarungi dunia nyata, mengenggam impian, terus berenang, berenang dan berenang, hingga kaki terasa mau patah ! break a leg !




Ketika saya kecil ibu saya selalu berkata, "orang-orang yang memperhatikan hal kecil akan juga peduli dengan hal-hal besar dan sebaliknya, orang yang luput dengan hal-hal kecil, akan semakin lalai dengan sesuatu yang lebih besar". Sebuah pelajaran sederhana yang tentu sangat susah diambil hikmahnya. Sama dengan bagaimana kita mempola hidup dan membuat dampak yang jauh lebih besar.

Sebut saja Jepang, Singapura, dan beberapa negara maju di Asia. Sudah dipastikan semua dari mereka peduli dengan hal-hal sederhana seperti kedisiplinan buang sampah di tempatnya, budaya antri, hingga disiplin menepati waktu. Sederhana memang, namun memberikan dampak yang sangat besar, Singapura tidak perlu lagi bergelut dengan permasalahan banjir akibat saluran air tersumbat sampah, Jepang tak perlu bergelut dengan kemacetan karena setiap kendaraan dijadwal dengan rapi, atau dikeduanya juga tidak terdengar ada korban meninggal ditengah antrian sembako, pembagian daging kurban, atau pembelian tiket bola.

Sederhana memang, namun berdampak sangat besar. Hari ini, teman-teman IFL Lampung seperti biasa berangkat ke pesisir untuk mengajar anak-anak disana. Entah ada radiasi apa, walau langit menumpahkan airnya kami tetap melaju. Saya sempat berteduh di depan hotel kurnia dua hingga Opin datang dengan setumpuk kotak sampah plastik. Dengan muka sumringah dia berkata "nanti mereka jangan langsung dibagi alat tulis ya ? kita bagi-bagi kotak sampah dulu, suruh mungutin sampah, baru deh... ntar gw videoin, ky semacan disaster education gitu" . 

Sempat berhenti sejenak di DCC, jemput Emi, Desi dan temannya Emi, lalu melaju ke gudang garam jemput Hetty dan Priska. dibawah guyuran hujan kami melaju ke Umbul Asem, namun Opin dan Hetty yang bermantel tak tega jua melihat kami basah kuyup dan berteduh sejenak. Sempat ada pertanyaan "tetep lanjut nie ?" dan "yo'a ! kapan lagi maen ujan..!"

Gracias ! sampai di pesisir hujan reda dan situasi alam benar-benar mendukung dengan tema pembelajaran hari ini. Disaster education ! air menggenang dimana-mana, sebagian masuk rumah, sampah mengambang dan sebagian menyumbat aliran air. Priska dengan gesit langsung mengumpulkan anak-anak dan menjelaskan hari ini kita akan belajar untuk membuang sampah ditempatnya, ditimpali dengan Hetty yang flash back tentang dongeng penyebab terjadinya banjir. 

"jadi kenapa bisa banjiiiiir ?????" "karena sampah numpuk, aer nggak bisa lewaaat..." "jadi kemana kita harus buang sampaaahhh ????" "ke tempat sampaaahhh....." dan satu anak nyeletuk "ke aeeeeer !!!" sambil nunjuk laut. Hahaha... kami berjalan menelusuri pemukiman padat penduduk, anak-anak itu tak kenal rasa jijik, mereka berlomba-lomba memenuhi kotak sampah masing-masing, padahal kami para volunteer agak ragu, duuuhhh itu air udah mengandung apa ajaaa ??? woles aja lah...

Ada satu genangan ari yang menarik perhatian saya, seperti kolam dengan percampuran sampah, diatasnya ada kandang ayam, menggenang karena banjir setelah hujan. Namun anak-anak tetap tanpa ragu masuk kesana dan membersihkan sampahnya. Benar-benar diluar ekspektasi, dan ada anak usia 3-4 tahunan mungkin, dengan keberatan mengangkat kotak sampah yang hampir penuh. seketika Hetty bilang, "sini kak Hetty bantu..." dan dengan ngotonya dia bilang "nggak usah kak... aku ajaaaaa...!"

Setelah semua kotak sampah penuh, tepat dipemukiman yang diatas laut, Priska memberikan edukasi sekali lagi untuk ndak buang sampah sembarangan, eh iya.... ada tepuk buang sampah yang kita buat dengan seketika, kurnag lebih bunyinya seperti ini... "ada sampah ?" plok plok plok "kita ambil !" plok plok plok "jangan buang !" plok plok plok "sembarangan !" plok plok plok "karena nanti !" plok plok plok "jadi banjir !".

Setelah itu kembali sudah kami ke gardu tempat biasa belajar, dan ternyata teman-teman dari ESo Unila sudah menunggu dengan beberapa keresek susu cair yang siap dibagikan, sebelumnya Uli dan Hetty memberi nasehat tentang pentingnya minum susu. selesai acara minum susu kami membagikan bingkisan dari Sekolah darma Bangsa yang belum selesai kami bagikan minggu lalu. Pokoknya sore ini benar-benar menyenangkan ! :)

Malam ini ketika saya menulis cerita ini di blog, saya sadar bahwa perubahan itu sederhana. Sesederhana mengajari anak-anak untuk buang sampah di tempatnya, sesederhana anak-anak ESo yang menyisihkan sebagian uang saku untuk berbagi susu, dan sesederhana adik-adik dari Sekolah Internasional Darma Bangsa yang belajar bersyukur dengan cara berbagi untuk saudara mereka yang kurang beruntung. Semoga kesederhanaan-kesederhanaan ini terus menjamur dimasyarakat kita, hingga suatu hari nanti tata masyarakat kita serapi dan semodern Jepang atau Singapura hari ini.


Selasa, 24 Desember 2013


Sebentar lagi 2013 akan segera berlalu dan berganti dengan penomoran tahun yang baru. Biasanya setiap orang memiliki aktivitas yang beragam, seperti pesta kembang api, bakar-bakar, atau menyambuut detik-detik pergantian tahun di tempat-tempat tertentu seperti pantai atau dataran tinggi. Pernah terfikir ndak si ? kalau itu semua terlalu mainstream. apalagi bagi anak muda yang terbilang gaul dan anti mainstream. Ide kreatif apa ya yang berbeda dan penuh makna ?

Tentang Keberadaan Mereka

Ada beberapa orang di Bandar Lampung yang mungkin keberadaanya sangat dinanti, seperti Pak Walikota, Pemilik Mal, Pak Rektor, dan orang-orang besar lain. Pernah ndak si kita merenung sejenak dan berfikir, apa jadinya Bandar Lampung tanpa petugas kebersihan, penjaga perlintasan kereta api, tukang parkir, dll. Bakal semrawut banget kali ya ? dan sayangnya selama ini kita tidak peduli dengan kehadiran mereka, padahal punya peran yang besar banget untuk merawat Bandar Lampung kita ? perlu juga ya sepertinya berhenti sejenak dari rutinitas kita dan mengkhusukan waktu untuk sekedar mengucapkan terima kasih atas kinerja-kinerja mereka.

Tentang TPA Bakung yang Akan Segera Overload

Pernahkah kita peduli ? berapa jumlah sampah kita dalam satu hari ? ratusan ton pastinya ! dan itulah yang membuat TPA Bakung akan segera penuh dalam kurun waktu 2 hingga 3 tahun terakhir. Waduh gawat, kemana lagi ni kita buang sampah ? untuk sampah organik solusinya bisa dijadikan kompos atau biogas. Trus gimana dengan sampah plastik ? bakal makan waktu puluhan tahun untuk terurai. Inget ndak ? dulu zaman nenek-nenek kita kalau ke pasar bawa tas belanja, tapi sekarang, sekali ke mal, pasar, warung, kita tenteng banyak kantong kresek. Ide bagus ndak sie kalau kita diet kantong plastik dari sekarang ?

Tentang Angka Konsumsi Susu yang Rendah

Ada satu lagi ni fakta yang wow ! ternyata angka konsumsi susu di Indonesia ini terendah di Asia, apa kabar di Lampung yang merupakan provinsi termiskin kedua ? padahal nutrisi yang terkandung di susu itu sangat baik untuk pertumbuhan otak dan fisik. Mahal ndak sie harga susu ? sebenarnya ndak, apalagi sekarang ada susu kemasan ekonomis. Cukup dengan merogoh kocek beberapa rupiah saja sudah bisa mendapat sekotak susu berukuran 200 - 250 ml. Perlu edukasi ke masyarakat mungkin ya ? sepertinya iya !

IFL Lampung feat Gen BI

Naaaaah..... merangkum semua isu-isu diatas tadi, Generasi muda Bank Indonesia featuring IFL Lampung punya project yang keren punya, dimana kita akan kampanye #dietkantongplastik dan #gerakansadargizi dengan cara bagi-bagi tas ramah lingkungan dan susu cair ke pekerja-pekerja sosial di Bandar Lampung. Ada tujuh titik kecamatan yang nantinya akan kami tuju, mulai dari Rajabasa, Sukarame, hingga Teluk Betung. Gimana ? punya ide kreatif juga dan mau kolaborasi ???? Keren daaaahhh.... Yuk kolaborasi sama kita !



Senin, 23 Desember 2013



Beberapa bulan yang lewat saya melalui sebuah priceless moment di dalam proses pembentukan diri menjadi seorang pendidik. Pengalaman magang di desa yang jauh tertinggal membuat saya berfikir betapa sederhananya sebagian orang memandang hidup. Sebatas tumbuh dewasa, sekolah hingga SMA, merawat kebon karet atau kerja keluar negeri, membangun rumah, punya kendaraan dan semuanya selesai.

Namun sayangnya dunia luar tidak berfikir sesederhana itu, sebut saja pola pergaulan anak muda sana, mungkin sama sekali tidak mereka sadari, namun ada segolongan yang memetik keuntungan dari keluguan dan kesederhanaan itu. Menjadi korban dari marketisasi “cinta” dan segala aksesoris pelengkapnya seperti alcohol, drug, freesex, dsb.

Aneh memang, untuk mendapat kebutuhan hidup saja sulit, bahkan hanya ada satu mobil angkutan yang kerjanya setiap hari pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan hidup orang-orang sana. Namun bagaimana bisa barang-barang terlarang tersebut mendapat akses dengan sangat mudah.

Kegeraman ini memuncak setelah saya kembali ke Bandar Lampung dan memperhatikan pergaulan mereka di social media. Bahasan tidak jauh-jauh dari pacar, galau, patah hati, bahkan saya tak bisa menahan untuk berkomentar ketika mereka masuk ke dalam bahasan “virginity”, kontan saya langsung menulis komentar “lihatlah dunia luar, banyak hal menarik yang bisa kita jelajahi….”

Tetiba angan saya melayang ke kedua adik saya yang sedang menjalani usia remaja, setiap obrolan mereka tidak jauh-jauh dihiasi dengan angan masa depan, hal-hal yang mereka sukai, teknologi, aktivitas organisasi atau berita-berita baru. Berita paling menyakitkan yang saya dengar adalah mereka ingin meraih mimpi-mimpi namun harus menantang keterbatasan.

Kembali angan ini menari mengingat sederetan profil anak muda yang tergabung sebagai jawara lifeboy, nutrifood leadership award, ashoka young changemaker, global changemaker, AFS, sebagian dari mereka berfikir merubah dunia. Ada apa dengan anak-anak ini ? Mungkin mereka perlu melihat dunia luar agar pandangan hidupnya tidak seputar pacar, freesex, alcohol dan menjadi korban “pasar zaman”. Sebuah tempurung yang menutupi mereka harus dibuka, agar memiliki wawasan lebih luas dan melihat gemerlap dunia.

Namun sesaat saya tersadar, atas dasar apa saya mengklaim mereka terkungkung dalam sebuah kotak tempurung, bisa jadi justru saya yang sebenarnya terkungkung dalam tempurung dunia saya. Imajinasi langsung membuat visualisasi yang kreatif, bahwa ada banyak tempurung wawasan, pemikiran, dan sudut pandang di dunia ini, masing-masing dari tempurung itu memberi dunia bagi orang-orang yang hidup dibawahnya. Bisa saja ! kalau memang yang sebenarnya terjadi di dunia seperti itu, biarlah saya, keluarga, saudara, dan sahabat-sahabat saya hidup di tempurung kami.

Tempurung kami tidak mengajari kami tunduk pada “pasar zaman” yang menjajakan jajanan bernama cinta, walau kampanye besar-besaran telah dilakukan melalui film, lagu, stereotype, fashion. Namun di tempurung ini kami menyadari bahwa cinta tidak memilih, namun dipilih oleh Sang Pencipta untuk ditemukan dengan pasangannya, yang akan bersama melangkah untuk memperjuangkan dunia yang lebih baik. Mencoba membenahi dari berbagai aspek, ideology, pendidikan, teknologi, dll.


Di hari-hari lain mungkin kami perlu berwisata ke tempurung-tempurung lain guna melihat perkembangan mereka, membuka pikiran untuk hal-hal baru yang membawa kebaikan. Kami bisa membawakan oleh-oleh berupa pemikiran baru yang membawa kemaslahatan untuk penduduk tempurung kami, namun tidak sekali-kali untuk hal-hal yang lebih primitive. Disini, kami memiliki dasar yang pasti dan terukur, yang tak akan pernah lekang dimakan zaman, dan sebut itu …… “agama”.


Minggu, 22 Desember 2013


Rindu sekali rasanya diskusi apa saja, membahas apa saja, bertukar pikiran dari Utara hingga ke Selatan. Hari ini terbayar sudah, 2,5 jam non stop jadi fasilitator konsultasi regional Parlemen Muda untuk topik "Akses Terhadap Pendidikan Berkualitas". Tak hanya sekedar diskusi, anmun juga terarah dan mencetuskan inovasi-inovasi baru. 

Duluuuu..... duluuu... saya sempat menjadi instruktur dalam waktu yang singkat dan beberapa kali memandu diskusi, mencoba mengarahkan pemikiran yang liar dan kebanyakan kasus yang sama temui dari para peserta adalah mengungkapkan hal-hal yang sifatnya normatif. Masih dulu juga, duluuuu.... saya sering diskusi dengan teman-teman yang memang terkenal suka diskusi seperti HMI, HTI, KAMMI, IMM, IPM, PII, dan lain sebagainya.

Beberapa saat yang lalu saya juga berdiskusi dengan teman-teman IFL nyaris hampir subuh gegara meributkan pengawalan pilkada, bagaimana mengemasnya dengan branding semenarik mungkin agar masyarakt lebih cerdas dengan tipu-tipu politisi. 

Semua itu wajar.... ! karena sebagian besar, bisa dibilang semua dari mereka adalah aktivis yang memang memiliki kepedulian khusus dengan hal-hal semacam itu. Namun hari ini benar-benar luar biasa, luar biasa, bertemu dengan teman-teman baru yang mungkin belum pernah terlibat dengan aktivitas seperti ini dan membicarakan 5 isu pentingg di Indonesia. What a surprise ! tidak berhenti pada ruang pengamatan masalah, namun mereka memiliki ide-ide penyelesaian yang inovatif, kreatif dan aplikatif. 

Selanjutnya saya semakin menyadari bahwa mereka juga benar-benar menggunakan basic keilmuan yang mereka miliki dalam diskusi tadi, mulai dari hukum, ekonomi, pendidikan, sehingga diskusi menjadi lebih tajam, menyeluruh, penuh pertimbangan dan ide. 

Hingga malam ini dan menulis posting di blog ini saya masih menari-nari di ruang ide yang mereka suguhkan, sungguh selama ini saya sudah termakan branding bahwa diskusi yang luar biasa itu hanya milik golongan tertentu, namun hari ini saya menyadari ada "Intangible Asset" yang tidak banyak orang tau.

Terkadang branding atau pencitraan membuat karakter seseorang menjadi lebih kuat walau sebenarnya ada orang lain dengan kompetensi lebih namun hanya diam saja. Banyak orang pintar yang tidak didengar masyarakat karena citra intelektualitasnya lebih rendah dari orang lain yang sebenarnya tidak lebih pintar darinya. 

Namun lebih dari itu semua, hari ini saya menyadari bahwa aset bangsa ini masih begitu besar, masih banyak hal-hal yang belum kita eksplore. Dilain pihak saya juga merasa tertohok untuk lebih open minded dalam menilai orang, don't judge the book from the cover karena bisa saja orang tersebut adalah "Intengible Asset" yang memiliki potensi sangat besar. 

Sabtu, 21 Desember 2013

doc : kaskus.co.id


Perhelatan bulan Desember tidak lepas dari pemaknaan sebuah hari dengan angka kembar "22" sebagai simbolitas sehari akan keagungan jasa kaum hawa sebagai pahlawan rumah tangga yang tidak memiliki bintang jasa, bukan karena tidak bernilai, tapi tak ternilai !

Peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini banyak membuat saya merenung dan bertransformasi kedalam sebuah pola pikir yang baru akan pemaknaan kehadiran seorang ibu dalam hidup seseorang. Mulai dari kenal dengan sosok ibu Septipeni dengan gagasan homeschooling dan ibu profesionalnya hingga pengalaman pribadi yang terjadi di lingkungan keluarga. 

Mimpi Jangka Pendek vs Mimpi Jangka Panjang

Sekilas kita akan berfikir bahwa duduk menjadi seorang wakil rakyat di parlemen, atau menggerakkan sebuah komunitas sosial adalah sebuah pekerjaan yang berdampak besar bagi lingkungan sekitar, sehingga wajar jika banyak dari kaum hawa mengejar untuk berkarya sebaik-baiknya. Bahkan mungkin sebagian dari mereka merasa tidak menikmati masa-masa merawat bayi yang melelahkan, atau tak banyak dari mereka yang berani menggadaikan sebuah mimpi pribadi dengan aktivitas ini.

Dalam sebuah ritme zaman yang terus berputar, dunia memerlukan generasi penerus guna menjaga dan merawat kesetabilan kondisi. Sekilas, peran seorang ibu tidak lebih dari seorang perempuan yang tinggal dirumah, mengisi kolom pekerjaan di beberapa biodata dengan sebuatan "ibu rumah tangga" untuk menutupi betapa peganggurannya mereka, dll.

Percayalaah, menjadi seorang ibu adalah pekerjaan yang jauh lebih abadi dari hal-hal besar yang kita pandang sekarang. Kaki-kaki kecil yang tidak henti membuat keributan, ataupun celoteh-celoteh yang akan menghiasi hari, itu milik seseorang yang akan menjadi penerus zaman, ketika kita mampu mengambil peran ini dengan sebaik-baiknya maka di tangan kitalah masa depan dunia. Seperti sebuah pepatah yang mengatakan "mendidik satu orang laki-laki adalah untuk satu orang tersebut, namun mendidik satu orang perempuan sama saja dengan mendidik satu negara"

Ibulah Menteri Pendidikannya !

Kala waktu itu memanggil, saat itulah peran ideologis seorang ibu dimulai. Kapan kiranya kita memulai ? bukan berawal dari waktu dimana bayi itu lahir, namun dari saat kita benar-benar menyadari bahwa kita ini akan menjadi seorang ibu maka sesungguhnya saat itulah kesadaran akan sebuah pendidikan pranatal (baca:pendidikan anak sebelum dilahirkan) dimulai. 

Setiap perempuan menyadari bahwa dalam perkembangan buah hati merekalah ideolognya, bukan Muhammad Nuh atau siapapun. Kesadaran untuk memperbaiki diri hingga bayi lahir dan ia memulai menjadi menjalani hari sebagai pendidik terbaik yang lebih paripurna dari guru terbaik dari sekolah terbaik sekalipun. Memulai dengan mengajarkan mengeja kata, menanamkan sifat-sifat sederhana hingga menentukan kesiapan mereka menghadapi kehidupan. Ibu berkuasa penuh dalam mengawal penemuan jati diri seorang manusia hingga ia berkarya di dunia yang Global.

Memasak itu... Isu Keamanan Paling Sederhana 

Dalam dunia 'defens strategi' manusia mengolah banyak hal agar manusia dapat tumbuh dibawah naungan kesejahteraan dan kedamaian. Berbagai upaya tidak hanya ditempuh melalui perang ataupun perjanjian damai, namun bisa melalui berbagai program seperti olahraga, seni-budaya, penanaman nilai-nilai bagi para public opinion, dan sebagainya.

Tumbuh kembang seorang anak tidak hanya memperhatikan pola pikir dan mentalnya saja, namun juga pertumbuhan fisik, oleh karena itu asupan gizi dan menjamin masuknya makanan baik ke dalam perut anak-anak juga memberikan peluang masa depan yang lebih gemilang, dengan tubuh sehat maka mimpi besar generasi penerus ini untuk kehidupan dunia yang lebih baik juga lebih mudah terwujud.

Sederhana memang, namun memiliki dampak yang lebih besar, sebuah apresiasi besar harus kita berikan kepada para ibu yang menyiapkan bahan makanan dan mengolahnya dengan baik setiap hari demi panglima-panglima kecil mereka, sederhana memang, kita bisa saja beli atau memasak makanan instan dengan alasan hemat waktu, namun tanpa ia sadari mereka sedang menuju ke kerugian yang lebih besar. 

Tentang Isu Kaum Feminis

Dewasa ini kaum feminis menyuarakan hak antara kaum adam dan hawa. Setali tiga uang dengan pernyataan bahwa adil itu tidaklah harus sama, begitu juga persamaan hak, laki-laki dan perempuan memilik peran besarnya masing-masing dan keduanya sudah disiapkan demi dunia yang lebih seimbang.

Keberadaan isu tersebut membuat perempuan berlomba-lomba merebut karier mereka dan sedikit menomonr duakan rumah. Sedikit memang, mereka menyewa babysitter, menitipkan anak ke playgroup, memiliki pembantu yang bisa mmemasak, dll. Tapi ingatlah saudaraku, value menjadi seorang ibu tidak sebatas aktivitas-aktivitas itu, jauh lebih besar dan hanya bisa dirasakan ketika kita menikmatinya dan dengan sepenuh hati menjalani peran kita sebagai perempuan.

Lihatlah hari ini, anak-anak bebas berkeliaran jajan disana dan disini, mengkonsumsi zat aditif yang mengganggu pertumbuhan dan membahayakan tubuh, sebagian dari mereka menuntut kasih sayang dan terjerumus ke dalam dunia narkoba, seks bebas, tentu ! keseimbangan ini terus terganggu dan semakin rusak. Ibu-ibu mereka pasrah begitu saja dengan kurikulum sekolah, padahal tidak lain semua kurikulum itu mempersiapkan kita menjadi kuli-kuli terdidik bukan manusia yang sesungguhnya. 

Akhir kata, adil tidak harus sama, kerja besar tidak harus rumit, dan keseimbangan dunia sudah diatur dengan sedemikian baik oleh yang menciptakan, mari kita syukuri dan mulai menyadari sebuah peran besar yang ditakdirkan, perbaiki diri dan mulai ambil bagian. Selamat Hari Ibu !




Jauh berbeda dengan tahun 2012 yang penuh dengan petualangan, tahun ini dihiasi dengan refleksi belajar atas kesalahan-kesalahan yang Insyaallah menjadi sebuah pembelajaran untuk masa yang akan datang.

Speak Up, Sebuah Pembelajaran Besar

Awal tahun yang penuh dengan kejutan, seketika speak up hendak berkembang menjadi 3 cabang, namun seketika itu juga ada kesalahpahaman dengan klien dan dengan sesama pengelola, lagi-lagi sifat pekeuwuh ini merugikan diri sendiri, mencoba menyimpan semua sendiri benar-benar sebuah kesalahan besar di dalam sebuah manajemen. Mohon maaf atas semua pihak yang dirugikan.

Kekuatan Media Sosial

Akhirnya buku pertama saya diterbitkan, kumpulan essay natural terkait media social. Sebuah essay berjudul “Revolusi Galau” bertengger di posisi 8, dengan gaya penulisan yag humanis. Bercerita tentang apa ? sudahlah… aku malu jika harus mengingatnya.

JOIN MUN : Ketakutan yang Merugikan

Sebenarnya lolos menjadi delegasi Jogja International Model United Nation, namun karena aku tak memiliki keberanian untuk berjuang lebih, akhirnya aku menyerah pada keadaan bahwa tak benar-benar memiliki akomodasi dan segala tetek bengek untuk kesana.

ACE : work with foreign people

Akhirnya setelah magang selama tiga bulan resmi juga jadi teacher di Aussie central English, nice bisa mengenal orang-orang di dalamnya, kali kedua saya bekerja bersama orang asing setelah mejadi interpreter untuk Verullam beberapa tahun sebelumnya. Nice class, nice moment !

GYCS : gagal mencicip udara negeri orang

Moment yang paling ditunggu tahun ini adalah menjadi salah satu delegasi di Global Youth Cultural Summit, ingin rasanya meginjakkan kaki di negeri orang, memiliki global perspektif dan berjumpa dengan teman-teman dari seluruh dunia. Namun karena beberapa hal akhirnya gagal.

Family is family

Biar bagaimanapun keluarga tetaplah keluarga, sepahit apapun kita kan berusaha melakukan hal yang terbaik untuknya tanpa keluh kesah dan mencoba sekuat tenaga untuk menjaga keharmonisannya. Semoga kelak keluarga ini mendapatkan RidhoNya.  Sebuah berita baik, akhirnya Ridho dan Ibram bergabung di kawah candradimuka bernama Bandar Lampung, bukan hal yang mudah, namun mimpi bukan sesuatu yang harus disimpan dalam hati, sepahit apapun nanti, semoga Allah memudahkan jalan.

KKN : sebuah perjalanan memaknai dedikasi

Program KKN-KT dari kampus memberikan sebuah kisah baru dalam perjalanan hidup, kenal realitas masyarakat, anak muda dan kondisi yang begitu miris. Akhirnya aku menyadari bahwa tidak dari semua anak yang lahir diizinkan untuk bermimpi, tidak dari setiap usaha keras mendapatkan hasil yang memadai. Benar-benar orang yang tidak berperasaan ketika harus merampas apa yang seharusnya menjadi milik mereka. Sebuah nama bernama “Bu Meti” mengajarkan banyak tentang dedikasi, sebuah jargon “nakal bermerek” menjadi sebuah paradox yang menohok batin, I should do more… Priceless moment … gk sia-sia menggadaikan banyak hal.

Pemuda Bangun Desa

Saya sadar betul bahwa anak muda memiliki kekuatan yang luar biasa, dan terusik sangat melihat kenyataan bahwa anak-anak muda islam hanya bergerak pada agenda-agenda normative dan one day event. What a pleasure ! bisa pulang ke rumah yang mengajariku banyak hal, tergabung untuk sebuah project pemuda bangun desa, mempersiapkan segala konsep dan perbekalan untuk menjalankan, namun seperti apa yang kukatakan pada ideolog gerakan #untuk Indonesia hari ini di status facebook, itu juga hikmah yang kupetik dari gerakan ini. “Dengan menggunakan skemata yang saya dapat sepanjang perjalanan 2012, itu benar-benar sebuah ide yang brilian menjawab tuntutan zaman, namun kita harus terus bersabar untuk memberikan pre-reading yang lebih sebagaimana V bersabar untuk sebuah Vendetta.”

Bedah Kampus

Tidak semua anak di negeri ini bebas bermimpi, setidaknya itu pengalaman di KKN, sebuah ide sekilas yang terinspirasi dari senior di SMA dulu, program bedah kampus bertengger menjadi salah satu progja KKN KT, walau bingung dengan ruang antara program desa atau sekolah, walau lupa dijelaskan saat pendadaran, namun saya yakin hal ini akan sangat bermanfaat jika dikelola secara berkelanjutan. Bismillahirrahmanirrahim… semoga dimudahkan dan diistiqomahkan…

See U Next Time Jakarta !

Setelah melalui konflik batin dan konflik-konflik yang lain akhirnya memutuskan untuk tidak berkarya dulu di Jakarta, karena akhirnya aku menyadari bahwa sama sekali tidak menyenangkan dan menguras energy lebih jika harus bekerja ditengah konflik dan sebagainya. Namun dibumi Lampung ini aku siap menyahut sebuah cita-cita perjuangan yang hakiki.

IFL Chapter Lampung

IFL chapter lampung resmi mendapat SK dari pusat, proud to be one of d founder, semoga semakin bermanfaat dengan project-project sosialnya, tinggal bagaimana memberikan sedikit sentuhan asset based community development agar lebih sustainable dan dilanjutkan oleh masyarakat. Sehingga kelak ketika para pengurus ini sudah di antah beramtah kebermanfaatannya masih terasa.

Finger Print : Interpersonal oh interpersonal…

Berkat bantuan putri akhirnya bisa ikut finger print di tempat kerjanya. Thanks a bunch for those special prize. Dan benar-benar di luar dugaan bahwa menurut analisa sidik jari kecerdasan saya yang paling menonjol adalah interpersonal, dan sudah benar saya ada di jalan pendidikan ini… haya perlu menambahkan sedikit keberanian untuk memulai sesuatu…

Roadshow Parlemen Muda

Walau hanya bisa hadir di hari H. Proud being a part of this, mengingat bahwa acara inilah yang mengembalikan rasa percaya diri saya setelah sempat runtuh. Benar-benar seperti sebuah mimpi tahun ini Parlemen Muda bisa singgah di Lampung.

Writing Essay for Scholarship Program

Salah satu program IFL, namun saya menulis space khusus disini karena saya menemukan rangkaian dari apa yang telah saya lalui, pengalaman belajar di tempat biasa di Negara dunia ketiga, kemampuan interpersonal, sempat berkecimpung di student government, suka isu pendidikan, pernah ikut beberapa event advokasi, geram dengan realitas kampus, punya project bedah kampus, bercita-cita membangun lembaga pendidikan yang membebaskan, both individu yang belajar maupun membantu penyelesaian masalah di masyarakat. Dan akhirnya pilihan ini jatuh pada sebuah program master degree bernama “Higher Education” bismillah… semoga dari sini saya bisa memulai Gani Collage dan Gani School… semoga juga bisa membawa keluarga ini ke level kehidupan yang lebih baik.


Akhir dari refleksi perjalanan ini, saya mohon maaf kepada pihak yang saya dzolimi, dan terimakasih banyak for those who stand up beside me di masa-masa pahit sebuah quote penutup dari seorang teman untuk mengikhlaskan apa yang akan terjadi di tahun depan, tercapai atau tidak mimpi-mimpi ini, saya hanya mampu mengusahakannya sekuat tenaga “kemenangan itu bukan saat kamu mampu menaklukkan dunia dengan kebesaranmu, tapi saat berada pada satu titik dimana kamu mampu menaklukkan dirimu sendiri, itulah dunia terbesarmu.”