Ketika saya kecil ibu saya selalu berkata, "orang-orang yang memperhatikan hal kecil akan juga peduli dengan hal-hal besar dan sebaliknya, orang yang luput dengan hal-hal kecil, akan semakin lalai dengan sesuatu yang lebih besar". Sebuah pelajaran sederhana yang tentu sangat susah diambil hikmahnya. Sama dengan bagaimana kita mempola hidup dan membuat dampak yang jauh lebih besar.

Sebut saja Jepang, Singapura, dan beberapa negara maju di Asia. Sudah dipastikan semua dari mereka peduli dengan hal-hal sederhana seperti kedisiplinan buang sampah di tempatnya, budaya antri, hingga disiplin menepati waktu. Sederhana memang, namun memberikan dampak yang sangat besar, Singapura tidak perlu lagi bergelut dengan permasalahan banjir akibat saluran air tersumbat sampah, Jepang tak perlu bergelut dengan kemacetan karena setiap kendaraan dijadwal dengan rapi, atau dikeduanya juga tidak terdengar ada korban meninggal ditengah antrian sembako, pembagian daging kurban, atau pembelian tiket bola.

Sederhana memang, namun berdampak sangat besar. Hari ini, teman-teman IFL Lampung seperti biasa berangkat ke pesisir untuk mengajar anak-anak disana. Entah ada radiasi apa, walau langit menumpahkan airnya kami tetap melaju. Saya sempat berteduh di depan hotel kurnia dua hingga Opin datang dengan setumpuk kotak sampah plastik. Dengan muka sumringah dia berkata "nanti mereka jangan langsung dibagi alat tulis ya ? kita bagi-bagi kotak sampah dulu, suruh mungutin sampah, baru deh... ntar gw videoin, ky semacan disaster education gitu" . 

Sempat berhenti sejenak di DCC, jemput Emi, Desi dan temannya Emi, lalu melaju ke gudang garam jemput Hetty dan Priska. dibawah guyuran hujan kami melaju ke Umbul Asem, namun Opin dan Hetty yang bermantel tak tega jua melihat kami basah kuyup dan berteduh sejenak. Sempat ada pertanyaan "tetep lanjut nie ?" dan "yo'a ! kapan lagi maen ujan..!"

Gracias ! sampai di pesisir hujan reda dan situasi alam benar-benar mendukung dengan tema pembelajaran hari ini. Disaster education ! air menggenang dimana-mana, sebagian masuk rumah, sampah mengambang dan sebagian menyumbat aliran air. Priska dengan gesit langsung mengumpulkan anak-anak dan menjelaskan hari ini kita akan belajar untuk membuang sampah ditempatnya, ditimpali dengan Hetty yang flash back tentang dongeng penyebab terjadinya banjir. 

"jadi kenapa bisa banjiiiiir ?????" "karena sampah numpuk, aer nggak bisa lewaaat..." "jadi kemana kita harus buang sampaaahhh ????" "ke tempat sampaaahhh....." dan satu anak nyeletuk "ke aeeeeer !!!" sambil nunjuk laut. Hahaha... kami berjalan menelusuri pemukiman padat penduduk, anak-anak itu tak kenal rasa jijik, mereka berlomba-lomba memenuhi kotak sampah masing-masing, padahal kami para volunteer agak ragu, duuuhhh itu air udah mengandung apa ajaaa ??? woles aja lah...

Ada satu genangan ari yang menarik perhatian saya, seperti kolam dengan percampuran sampah, diatasnya ada kandang ayam, menggenang karena banjir setelah hujan. Namun anak-anak tetap tanpa ragu masuk kesana dan membersihkan sampahnya. Benar-benar diluar ekspektasi, dan ada anak usia 3-4 tahunan mungkin, dengan keberatan mengangkat kotak sampah yang hampir penuh. seketika Hetty bilang, "sini kak Hetty bantu..." dan dengan ngotonya dia bilang "nggak usah kak... aku ajaaaaa...!"

Setelah semua kotak sampah penuh, tepat dipemukiman yang diatas laut, Priska memberikan edukasi sekali lagi untuk ndak buang sampah sembarangan, eh iya.... ada tepuk buang sampah yang kita buat dengan seketika, kurnag lebih bunyinya seperti ini... "ada sampah ?" plok plok plok "kita ambil !" plok plok plok "jangan buang !" plok plok plok "sembarangan !" plok plok plok "karena nanti !" plok plok plok "jadi banjir !".

Setelah itu kembali sudah kami ke gardu tempat biasa belajar, dan ternyata teman-teman dari ESo Unila sudah menunggu dengan beberapa keresek susu cair yang siap dibagikan, sebelumnya Uli dan Hetty memberi nasehat tentang pentingnya minum susu. selesai acara minum susu kami membagikan bingkisan dari Sekolah darma Bangsa yang belum selesai kami bagikan minggu lalu. Pokoknya sore ini benar-benar menyenangkan ! :)

Malam ini ketika saya menulis cerita ini di blog, saya sadar bahwa perubahan itu sederhana. Sesederhana mengajari anak-anak untuk buang sampah di tempatnya, sesederhana anak-anak ESo yang menyisihkan sebagian uang saku untuk berbagi susu, dan sesederhana adik-adik dari Sekolah Internasional Darma Bangsa yang belajar bersyukur dengan cara berbagi untuk saudara mereka yang kurang beruntung. Semoga kesederhanaan-kesederhanaan ini terus menjamur dimasyarakat kita, hingga suatu hari nanti tata masyarakat kita serapi dan semodern Jepang atau Singapura hari ini.