Is there any body here ???
We plan it together but where are u ??
It is not about physical absent, but in a case of responsibility...

Perasaan sepi bagi sebagian aktifis bukan lagi hal yang asing, bahkan sebagian besar mulai terbiasa. Bahkan beberapa memiliki motto "lebih baik terasing dalam kesendirian dari pada menyerah pada kemunafikan"... atau sebagian besar aktivis-aktivis masjid bermotto, "islam itu datang dalam kondisi asing dan akan kembali terasing...". Rasa sepi itu juga yang akhir-akhir ini saya rasakan. namun saat belum mencapai level tinggi seperti para aktivis kelas kakap, karena saya juga mengenal dunia aktivis baru kemarin sore. 

"Na.., aku merasa sendiri lho...." ujarku pada salah satu teman kos pada suatu pagi... Ratnapun menjawab dengan bijak "saya sudah terbiasa.. karena kita tidak bisa berharap pada manusia...". 

Kesepian saya memuncak, ketika dulu kami berkomitmen bersama untuk membangun komunitas anak-anak, saat itu saya yang sedang membangun project parlemen muda dan saya kesampingkan dulu untuk memulai hal ini, sehingga bulan-bulan selanjutnya sudah tinggal cover oleh teman-teman dan saya bisa fokus dengan project saya. Sesampainya disini, entah tak bisa disalahkan juga, karena setiap kita memiliki kesibukan, beberapa diantaranya hadir secara fisik, sumbangsih untuk menanggung pemikiran menjadi berkurang, sebagian ada ini dan itu, dan puncak diatas puncak adalah ketika komunitas yang saya maksudkan untuk mengisi kekosongan teman-teman, hari ini saya merasa sendiri disini karena mereka disibukkan dengan dunia barunya, sementara saya keteter dengan beberapa project yang mau tidak mau harus saya handle dulu...

Sejauh ini saya terkenal kurang dewasa dalam menyikapi organisasi, kali ini saya mencoba diam dan menjadi seorang kakak yang baik. Beginilah rasanya ketika ia hadir kehadapan kita dengan tawa lain, meminta bantuan kita untuk gerakan lain, padahal disini saya sedang terdiam dalam bisunya hati. 

Allah memberikan teguran dengan caranya sendiri, saya menjadi teringat momen satu tahun yang lalu, saat saya belajar pada seseorang dan saya pergi begitu saja, inilah rasanya menjadi beliau yang telah sepenuh hati. Mungkin sebuah sms ma'af tak bisa menembus rasa hampa ini. dan inilah cara Allah menegurku, untuk memiliki etika belajar yang lebih baik... 

Masih dengan cerita satu tahun lalu, alur dan settingnya juga sama, begitu juga aktornya, hanya berpindah generasi saja. Saat itu saya memutuskan untuk mengikuti alur belajar yang baru dan ternyata tak ada tanggung jawab akan itu. 

Hari ini saya mengerti dua hal, kita tidak bisa berharap pada manusia, karena manusia itu gudangnya khilaf, kita lahir dalam kondisi sendiri dan akan mati sendiri pula, Allahlah satu-satunya yang abadi. Yang kedua adalah sebuah etika belajar, terlebih dalam dunia gerakan, sesuatu yang dimulai dengan baik, harus diakhiri dengan baik, betapa pemaafnya orang tersebut, karena hidup adalah hukum kausalitas, ketika kita meninggalkan harapan orang, orang juga akan meninggalkan harapan kita.

Mencoba menarik kesimpulan yang dewasa dan sikap yang lebih bijak. Menjadi seorang kakak yang lapang dada. pergilah... tapi janji kau hrus lebih baik disana, jangan pernah kembali dalam kondisi menyedihkan. Jika dulu aku terlantar dan bangkit sendiri, kini kau pergilah kesana dan menjadi besar.

Bisa saja sejarah terulang...
Namun kau dan aku berada dalam dimensi waktu yang berbeda...
Ukirlah perubahan..
Karena kau insan yang merdeka..
Saat kau pertama datang dan aku menolak...
Saat ia sebutkan namamu...
Dan kini tiba saat kau kembali pulang...
Selamat tinggal kisah dalam satu episode perjuangan...
Selamat datang pagi !


Mungkin saya bukan orang yang tepat untuk berkata , kuatlah !!! namun terlarut dalam rasa sendiri dan hampa bukan pula pilihan yang baik... bangkitlah dan buat tim baru, senyum senyum penuh harap dari masyarakat menantimu selalu. mari kita tutup dengan statement dari teman saya tadi "jangan berharap pada manusia......" Keep move on kawand !