Ide dari penulisan judul ini berawal setelah saya ujian di salah satu mata kuliah, make sure saya yakin dengan penguasaan konsep saya, bahkan saya berani turun lapang untuk menunjukkan ketrampilan saya. Namun saya merasa begitu sesak ketika di dalam ujiannya saya dihadapkan pada tipe soal dengan pilihan jawaban yang tertutup. Hal ini akan berbeda ketika saya mengerjakan sola essay, karena bagi saya tidak ada kebenaran mutlak dan kesalahan mutlak bagi pelajaran yang saya pelajari di kelas. Seandainya saya dihadapkan dengan esaay, saya masih bisa bermain dengan kreatifitas dan analysis saya. Namun, dengan pilihan ganda saya dihadapakan pada satu pilihan pasti dan empat pengacau.

Pendidikan dan Kreatifitas

Kelak, ketika saya sudah selesai dengan diri saya, sungguh ingin sekali saya membangun sebuah taman belajar yang mengembangkan kreatifitas. Karena manusia bukanlah robot yang memerlukan charger pengetahuan, namun pemilik akal yang perlu dikembangkan daya nalar, kritis, dan kreatifitasnya. Sehingga kelak ketika ia menjadi guru, ia menjadi guru yang kreatif dengan ide risetnya, pengembangan metode barunya, dan guru yang menghargai proses belajar siswa. Bukan guru yang terpaku dengan LKS dan buku paket kala belajar, bukan guru yang menjadikan UN tujuan akhir.

Begitu juga cerita ketika ia menjadi dokter, ia akan menjadi dokter dengan terobosan-terobosan baru, bahkan ia mampu mengantarkan kita pada tindakan preventif, pengolahan lingkungan sehat, seorang dokter yang mengajarkan kepada masyarakat bagaimana menjaga kesehatan, bukan dokter yang terpaku dengan jarum suntik, obat, dan infus.

Ada begitu banyak pekerjaan lain di dunia ini yang membutuhkan inovasi, kreatifitas, dan kekritisan. Namun untuk memiliki jiwa yang dinamis, tidak bisa dengan ujug-ujug datang begitu saja, perlu ada latihan semenjak dini, dan inilah yang tidak saya dapatkan dari multiple choice. Multiple choice memberi kita pilihan tertutup, kaku, dan sudah pasti itu, namun essay akan melatih kedinamisan kita dengan lebih indah, Lebih baik lagi, jika dosen atau guru memberi evalusi berupa studi kasus, sehingga bisa mencakup tiga aspek, afektif, kognitif, dan psikomotor.

Menghafal dan Memahami

Pilihan tertutup pada pilihan ganda, cenderung mengarahkan peserta didik untuk menghafal mata pelajaran, terutama untuk mata pelajaran seperti biology, sejarah, geografi, dll. Hal ini membuat siswa hafal diluar kepala dengan teorinya, namun kurang faham dalam pengaplikasian dari ilmu yang mereka pelajari.

Mungkin hipotesis sisngkat saya akan bermuara pada banyaknya pengangguran di negeri ini. Karena seharusnya pada tingkat pendidikan yang mereka miliki, mereka bisa melakukan sesuatu. Namun nyatanya mereka menunggu lowongan pekerjaan. Yang menjadi pertanyaan adalah ? kemana ilmu yang telah mereka pelajari ? mungkin disimpan rapi dalam otak.

Cap Cip Cup Kembang Kuncup

Fenomena ini merupakan fenomena unik dari pelajar di Indonesia, ketika mendapat soal pilihan ganda, banyak diantara siswa hanya cap cip cup kembang kuncup alias menebak jawabannya. Ini jauh lebih parah, sudah dihadapkan pada pilihan tertutup yang membatasi kreatifitas. E... ini justru btidak berusaha sama sekali dan bermodal cap-cip cup selesai mengerjakan ujian.

Jika efek dari pembatasan kretifitas saja berpengaruh besar terhadap proses pembangunan suatu bangsa, bagaimana dengan menghadirkan proses yang membuat siswa selalu berharap pada durian runtuh. Terang ini akan membentuk mental yang enggan menjemput bola.

Studi Kasus Bisa Menjadi Pilihan

Pada akhirnya semua pilihan kembali pada pendidik yang membuat soal itu sendiri. Mengoreksi soal pilihan ganda memang cenderung cepat, proses penilainnyapun tidak rumit, namun ini sebanding dengan mental yang akan dibentuk melaluinya.

Saya berharap, suatu hari nanti soal pilihan ganda ini mampu diganti dengan alternatif lain, seperti uraian singkat dan studi kasus. Dalam hal ini, saya sepakat jika studi kasus bisa menjadi pilihan. Karena studi kasus benar-benar menguji penguasaan konsep, dan ketrampilan dalam mengaplikasikan. Studi kasus juga mendekatkan kita dengan realitas dunia nyata yang sesungguhnya, sehingga kelak, ketika ia tamat sekolah, ia sudah memiliki bekal pengetahuan untuk menunjang hidupnya di dunia yang hingar bingar ini.