Sudah lama ndk nulis blog, akupun mulai menjentikkan jari-jari di keyboard dan terdiam di depan laptop. Sejenak berfikir dan mengingat apa yang hendak kutulis. Tiba-tiba ada suatu rasa yang mengusik, namun bingung mencari kemasan penyampaian.

Kuingatlah sebuah buku kuno warisan orang tuaku, berjudul 30 kisah teladan, ada dua jilid, jilid pertama warna hijau dan jilid kedua warna orange. Disalah satunya mengisahkan seorang istri yang sholehah, hidup bahagia bersama suami dan seorang anak. Suatu hari ketika sang suami bepergian, ditinggalah istri dan anaknya dirumah. Siang harinya, si anak izin untuk pergi bermain kepada si ibu, dan ibu tersebut mengizinkan. Waktu telah sore, senja, dan hampir gelap, tapi si anak tak kunjung pulang kerumah, si ibupun gelisah, sampai datanglah seorang laki-laki dewasa dengan menggotong tubuh anak kecil ditanggannya, betapa terkejutnya si ibu ketika mengetahui anaknya sudah menjadi jasad yang terbujur kaku. Laki-laki tadi menjelaskan bahwa ketika bermain si anak memanjat pohon jambu dan terpeleset hingga jatuh. Betapa sedihnya hati si ibu, tapi ibu itu sadar akan takdir Allah, si ibupun lekas menghapus air matanya dan mengkafani jasad anaknya dengan baik, setelah dikafani pulanglah si suami kerumah. Perempuan itu tak kunjung cerita apa yang terjadi, namun menyambut si suami dengan senyuman terindah dan memasakkan makanan untuknya. Ketika si suami sudah beristirahat dan tenang, si istri pun angkat bicara…. Kurang lebih seperti ini “ a’ bagaimana jika suatu hhari kita meminjam uang pada tetangga dan tetangga itu memintanya ??” si suami menjawab “ya kita harus mengembalikannya…” , si istri kembali bertanya kembali.. “anak, istri, dan harta titipan siapa a’ ?”… si suami jg menjawab lagi “titipan Allah dinda….” Si istri kembali angkat bicara… “bagaimana kalau Allah mengambil titipan itu kembali ?? apakah kita akan mengambilnya ???” si suamipun langsuung berubah rona wajahnya penuh Tanya dan menjelaskan bahwa anak mereka telah kembali kepada yang Maha Menciptakan.

Tak lama setelah itu prosesi pemakamanpun berlangsung, dan bisik-bisik tetangga mulai terdengar, hingga ada seorang tetangga yang mendekati suami tadi, dan menanyakan, bagaimana bias istrinya tidak menangis sama sekali. Padahal itu anak kandungnya, lalu tersebarlah bisikan bahwa yang membunuh si anak adalah istrinya sendiri. Mendengar argument itu luluhlah hati suami, dan amarahnya langsung naik, dicarinya istrinya yang sholehah itu, diambilnya pisau, dan dibunuhnya sang istri dengan penuh amarah. Dan reader…… kabar itu tersiar hingga ke telinga laki-laki yang mengantarkan jasad anak kecil tadi kerumah, laki-laki itu menemui si suami dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Betapa sesak dada si suami tadi, dia telah kehilangan anaknya, dan istrinya yang sholehah… yang begitu taat pada Allah….

Reader…. Kejadian seperti ini sering terjadi di dalam kehidupan kita. Terkadang kita langsung terpancing oleh berita-berita yang dianggap memiliki klaim kebenaran umum, tapi sebenarnya bukan seperti itu kebenarannya. Seorang istri yang begitu sholehah dan ikhlaspun pergi… dan jangan sampai kita memiliki penyesalan yang sama. Bukankah segala aturan bermuara padaNya ?? begitu juga hari ini, ketika saya menyampaikan kebenaran yang sesungguhnya, bias jadi tidak akan didengar karena kalah dengan klaim keebenaran umum… biarlah… toh sesungguhnya ibadahku… solatku… hidup dan matiku hanya untukNya…

25 Jan 2012 10 : 39

***

Dalam sejarah internasional dan nasional, gerakan kaum intelektual (mahasiswa) selalu mendapat porsi besar di hati masyarakat. Kedigdayaan mereka menggulung kediktatoran rezim diiringi dengan gerakan moralnya senantiasa menyejukkan hati rakyat yang haus akan perubahan sosial dan ekonomi. Gerakan mahasiswa bagikan resi yang turun gunung, siap membasmi “hama” masyarakat atau laksana Sheerif membawakan api kehancuran bagi siapa yang mengganggu masyarakat. KAMMI sebagai tempat berproses sekaligus ladang dakwah untuk islam yang kami cintai telah menorehkan pelangi tersendiri dihati. Perjuangan masih panjang, semoga keistiqomahan ini selalu terjaga.