semua orang punya impian
dengan impian muncul harapan
semua orang perlu mimpi
karena impian membawa energi,..
impian membuat hati kita tenang
dan menerangi seluruh dunia..
membawamu kearah yang benar
dan mengisi keberanianmu
untuk menjelajahi apa yang ada di depan...

-sampah yang digunakan dengan benar akan menjadi sumber daya-


dalam sebuah film yang berlatar negara singapura i'm not stupid too memberikan makna yang mendalam bagi sebuah dunia pendidikan, baik bagi orang tua maupun guru. sebagai seorang anak kita sering merasa dipaksa menjadi orang tua kita, menjadi pemenang olimpiade sains, ahli komputer, dan sebagainya, padahal si anak memiliki bakat menulis, berorganisasi, ataupun berbagi dengan sesamanya. miskomunikasipun sering terjadi, antara orang tua dan anak. anak merasa kurang perhatian, atau cenderung lebih sering disalahkan, sehingga untuk mencari aman anak lebih cenderung diam, tertutup, dan menyelesaikan maslahnya sendiri, walau bisa jadi dengan cara yang tidak baik, karena selama ini ia tidak memiliki tempat untuk berbagi. anak-anak cenderung lebih terbuka dengan teman sebaya, terlebih yang mengalami masalah yang sama dengan para orang tua. begitupun guru, mereka memaksa siswa untuk mengikuti metode mereka, padahal sangat tidak adil jika setiap siswa disamaratakan, contohnya saja teman yang berasal dari kota, jelas ia memiliki fasilitas belajar yang lebih, ketimbang murid yang baru belajar dari desa. sitim pendidikan negeri inipun menyamaratakan kecerdasan setiap anak, memaksakan semua lulus ujian nasional dengan berbagai secara, benar-benar sebuah sistim pembodohan terstruktur yang sudah didesain dengan rapi.

lain hal dengan orang tua, tidak banyak orang tua yang mengerti bahasa cinta, sehingga anak juga tidak mengerti apa itu cinta. alhasil, kesalahpahaman besarpun terjadi. orang tua merasa telah memberikan segala-galanya bagi anak, namun menurut si anak itu tidak tepat guna, dan bahkan anak merasa menjadi seorang yatim piatu semu yang harus berjuang sendiri dalam hidup ini.

***

baru-baru ini banyak digaungkan pola pendidikan yang condong pada keahlian dan bakat siswa, sehingga setiap anak tumbuh dengan maksimal, karena setiap anak terlahir dengan kecerdasan yang berbeda, jadi sudah saatnya menjadi perhatian tersendiri bagi insan pendidik... jika hal ini benar-benar terimplementasi, tidak akan ada lagi istilah.... 'sebenarnya ia itu pintar, tapi kok nilainya jelek...." ya terang saja, karena standar penilaian juga belum mengcover standar pengukuran yang baik, atau bisa jadi, letak kecerdasan dan ketertarikannya tidak pada bidang itu.

***

dalam hal ini, beberapa abad silam islam telahmengajarkan suatu sistim pendidikan melalui pendekatan fitroh dengan 3 proses, yaitu :

  1. 1. al-basyar, sebagaimana yang tertera di dalam al-qur'an dalam menunjuk manusia sebagai makhluk yang   sama secara lahiriyah (fisik), maka pendidikan harus mampu menyentuh perkembangan potensi fisik peserta didik.
  2. al-insan, bahwa pendidikan harus mampu mengembangkan aspek fisik dan psikis peserta didik. 
  3. an-nas, yang merupakan bentuk jamak dari kata al-insan, maka interaksi pendidikan juga harus mampu menyentuh aspek sosial peserta didik, yaitu aspek hubungan dengan masyarakat.

Dalam hal ini interaksi pendidikan harus mampu membentuk dan mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia secara optimal serta mampu meminimalisir segala keterbatasan manusia. Dan ketika sampai pada tingkat an-nas, maka insyaallah "pendidikan akan menjadi sebuah pembebasan". segala konflik, peperangan, kemiskinan, perebutan kekuasaan, anak putus sekolah, ketahanan pangan, perkembangan ilmu pengetahuan, semua akan terselesaikan dan tercover dengan baik. bismillah... semoga pendidikan bisa membawa kita untuk segera keluar dari masa kejahiliyahan ini.