aku ingin hidup dengan sederhana...
sesederhana kayu yang mema'afkan api yang telah menjadikannya abu...
sesederhana air yang mengalir...
sesederhana lambai angin di pucuk-pucuk nyiur...



semanis coklat...!
semanis kue tart !
semanis es krimmm....!

sekilas teringat sebuah angan untuk memulai sebuah gerakan pendidikan yang fokus pada pembekalan soft skill bahasa, ya... bahasa inggris !!! ya... sosial enterprise...!!! memulainya dengan kelompok kecil., secara suka rela... melalui pengajaran bahasa, aku ingin membuka wawasan dan menguatkan karakter anak-anak bangsa. modul sendiri., media pembelajaran sendiri., buletin... majalah., hmmm... punya saung belajar., tempat aku mengajarkan anak-anakku kelak untuk berbagi... dan menjadi titik tolak awal untuk mengkolaborasikan anak-anak muda lainnya... bismillah....



banyak dari kita belajar untuk ikhlas ketika gagal, namun belum belajar untuk ikhlas ketika sukses, itulah yang saya rasakan, setelah 2 tahun kuliah memutuskan untuk pindah prodi dan memulainya dari semester awal, berharap semua berjalan mulus, namun ternyata tidak semudah itu... sering saya menghitung-hitung kapan studi ini selesai, hingga tak jarang membuatku berfikir pragmatis untuk segera lulus, yah... walaupun ada ilmu-ilmu tertentu yang belum bisa kuaplikasikan secara profesional, atau malah kemampuan speaking saya semakin menurun. entah mengapa, saya lebih banyak tidak beruntung, nilai tak keluarlah, absen nyelip lah, atau apalah, hingga kadang tak jarang merenung, siapakah yang tidak ridho atas perjuangan ini ??? sehingga begitu sulit dijalani. tak jarang, hal yang begitu membebani saya adalah usia ? kapan saya lulus? bisakah lulus dibawah 4 tahun ?? bagaimana caranya bisa mendapat beasiswa S2 ? dan alhasil semua itu benar-benar membuat pusing.... hmmmm.... huffttt.....

ditengah kepusingan itulah saya mencoba untuk merenung., sebenernya untuk apa tho saya begitu ribet ngejer beasiswa S2 ? apa tho yang ingin saya raih ? saya ingin memiliki saung-saung belajar yang mengajarkan ilmu, iman, dan amal. apakah saya harus S2 ??? mungkin iya, dan mungkin tidak, namun untuk sekarang belum terlalu perlu. dan lagi-lagi ketika saya harus mengulang satu atau dua mata kuliah, ketika dosen saya kurang profesional memberikan nilai, saya dongkol luar biasa.... karena saya dikejar ambisi yang tidak mendasar...

dan astaghfirullah..... ada apa dengan saya, kenapa saya harus tertekan dengan semua adat kebiasaan orang dimana telah menjadi kewajaran yang lazim bagi mereka, aku terjebak dengan apa yang diciptakan oleh orang lain... bahwa mahasiswa sukses itu harus lulus cepat ! bahwa S2 itu bisa membawa hidup kita lebih baik... jadi dosen itu akan lebih bermanfaat... ketika kuliah ditanya kapan lulus??? setelah lulus ditanya kapan kerja ??? setelah kerja ditanya kapan nikah ??? setelah nikah kapan punya anak ??? setelah punya anak,  kapan punya menantu ??? setelah punya menantu, kapan punya cucu ??? kalaupun pertanyaan "kapan meninggal ?" itu sesuatu yang sopan, mungkin juga sudah ditanyakan... "i don't care !" aku bisa menjadi diriku, melakukan apa yang aku suka, semaksimal yang aku bisa. toh itu tidak membuat saya jauh dari tujuan akhir saya... 



sesederhana api yang membakar kayu... ia tidak peduli akan jadi abu atau arang... ia hanya membakar... melakukan apa yang ia suka dengan semaksimal mungkin... menciptakan kelaziman-kelaziman baru yang lebih bersahabat dengan diriku... memiliki kisah hidup yang berbeda, dan menambah daftar inspirator baru... so... malam ini kuputuskan.. loe??? gue ??? end !!! toh jika pada akhirnya nanti saya juga mendapatkan kesuksesan yang diukur lazim oleh orang-orang, anggaplah itu bonus dari Allah... karena pada akhirnya saya punya tujuan hidup sendiri yang lebih esensial, serta mencoba untuk belajar ikhlas dengan kesuksesan diri kita dari segala lika-likunya, bukan kesuksesan orang dengan ukuran yang justru membatasi paradigma berfikir. bismillah...