Kemarin saya sempat terjebak dalam sebuah diskusi yang cukup hangat dengan dosen sosiolinguistic saya, sayangnya saat itu saya merasa tidak enak dengan teman-teman yang lain sehingga terpaksa menyudahinya. saya pernah mendengar suatu pendapat dari salah seorang senior saya di KAMMI yang meyatakan bahwa salah satu penunjang berdirinya peradaban suatu bangsa adalah bahasa, dan beberapa saat yang lalu saya juga sempat mendengar pidato seorang anies baswedan mengenai "berbahasa satu-bahasa Indonesia" yang pada akhirnya mampu menyatukan semangat pemuda dari seluruh nusantara untuk mendapatkan kemerdekaannya. 

Bahasan pada mata kuliah kali ini cukup menarik, yaitu syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu bahasa untuk menjadi bahasa negara. Dosen saya menjelaskan bahwa syarat suatu bahasa menjadi bahasa negara yaitu harus memiliki bayak penutur dan  menjadi lingua franca, hal ini juga dipengaruhi oleh aspek budaya, kondisi sosiologis masyarakat, dan tentu saja political power saat itu.

Menurut wikipedia, lingua franca diartikan sebagai sebuah istilah linguistik yang artinya adalah "bahasa pengantar" atau "bahasa pergaulan" di suatu tempat di mana terdapat penutur bahasa yang berbeda-beda.sehingga bahasa yang memenuhi syarat lingua franca mampu menjadi alat komunikasi dinegara tersebut. seperti bahasa indonesia yang pada akhirnya menjadi bahasa persatuan, karena kondisi sosiologis masyarakat pesisir saat itu yang banyak menjadi penutur bahasa melayu, hingga pada akhirnya bahasa ini memenuhi syarat sebagai lingua franca dan menjadi bahasa persatuan. 


Disaat seperti itu salah seorang teman saya bertanya dari belakang "bu, kenapa bahasa inggris bisa menjadi bahasa internasional ?" dan sederhana saja dosen saya menjawab dengan mudah "karena memenuhi syarat lingua franca, bahasa inggris memiliki bayak penutur" seketika itu juga saya berpendapat "ditambah juga political power barat yang saat itu sedang kuat" namun dosen saya tidak mengiyakan argumen saya "tidak juga, itu karena faktor sosiologis, karena saat itu orang-orang inggris menginvasi beberapa daerah dengan pelayaran, seperti cristoperus columbus yang saat itu berlayar ke benua amerika dan mengenalkan bahasa inggris" dan disaat itu saya menyanggah pernyataan dosen saya, "salah satu faktor yang menguatnya pertambahan penutur bahasa inggris juga keruntuhan turki utsmani sebagai simbol kekhilafan islam terakhir, dan bangkitnya peradaban barat, berdirinya negara sekuler, dihapuskannya bahasa arab dan disosialisasikannya bahasa inggris" namun saat itu dialog saya  hanya berhenti dengan argumen terakhir dari dosen saya " tidak juga, barat telah merintisnya dari masa renaisans, dan banyak ilmu pengetahuan ditulis dalam bahasa inggris"

Dialog itu cukup membuat saya berfikir dan membantah jasa seorang cristoperus columbus serta renaisans dalam menyebarkan bahasa inggris, karena islam pernah memiliki imperium besar hingga menguasai 2/3 dunia, banyak buku-buku ditulis dalam bahasa arab, bahkan buku-buku sains yang hari ini ditulis dalam bahasa inggris, yang begitu diagung-agungkan oleh dosen saya sebagai salah satu syarat bahasa inggris meenuhi lingua francanya. buku-buku yang banyak diantaranya merupaka salinan dari buku-buku pada masa pradaban islam dan hilang disaat peradabannya runtuh. Semua itu diklaim kembali sebagai penemuan barat ditambah dengan pengkaburan sejarah masa lalu, hilang sudah kisah kejayaan bahasa arab.




Hmmm.... dialog bahasa dan peradaban, tiba-tiba saya kembali terngiang ketika mustafa kemal pasha memenangkan kancah politik dengan merubah turki menjadi negara sekuler serta mengganti bahasa sekolah dari bahasa arab menjadi bahasa inggris, hal ini menujukkan bahwa kekuatan politik mampu merekayasa sendiri lingua francanya dan bukankah secara tidak langsung mustafa kemal pasha dan orang-orang dibelakangnya juga mengakui bahwa bahasa adalah salah satu syarat utama dari sebuah imperium baru ? dan sejenak saya berfikir sebaliknya... bisakah lingua franca merekayasa kondisi politik ??? seharusnya bisa ! tepat seperti pendapat dosen saya, kita memulainya dari kondisi kultural dan sosiologis  dengan menambah penutur bahasa tersebut, sehingga memenuhi syarat lingua franca hingga pada akhirnya menjadi salah satu syarat dari bangkitnya sebuah peradaban. hufffttt... entahlah, yang jelas mata kuliah sosiolinguistic ini semakin menarik...