Seri Ramadhan #13


Setelah belum lama ini beberapa teman saya melaksanakan umroh, tiba-tiba seorang kakak kelas saya zaman SMA dulu yang bernama "mb aulia" membahas hal ini dengan teman saya yang bernama "yusuf" disebuah situs jejaring sosial bahwa ia akan umroh tahun depan dan akan pergi haji tahun depannya lagi. Kontan kala itu saya mengetik sebuah komentar "kok orang-orang pada gampang banget ya berangkat umroh ? memang total habis berapa sie ?"

Pembahasan itu begitu asing ditelinga saya, apalagi setelah menginjak tahun keempat saya di Universitas Lampung yang membayar SPPpun selalu nunggak dan tidak berani lagi meminta pada orang tua, belum lagi biaya hidup dan kos-kosan. Jangankan sampai berfikir umroh, bisa menyelesaikan kuliah dengan baikpun sudah luar biasa.

Apalagi teringat beberapa hari yang lewat ketika saya begitu bersemangat mengikuti ajang Model United Nation, saya berfikir itu hanya mimpi belaka. Ambil satu contoh, Indonesian Model United Nation yang digelar di Jakarta. Setelah berkecibu meminta permohonan bantuan dari kampus, tidak juga mendapat bantuan akomodasi dan registrasi, hampir saya mundur dan memilih didiskualifikasi. Saya benar-benar seperti bermimpi di siang bolong ketika berharap bisa menghadiri konferensi WorldMUN ataupun GlobalMUN dengan 2000 delegasi dari seluruh dunia tahun ini.

Pagi-pagi setelah bangun sahur saya benar-benar dihantui oleh kemungkinan diskualifikasi. Saya tidak boleh menyerah, sudah susah payah saya sampai pada tahap ini. Ditengah inisiatif saya untuk mengajukan permohonan kelonggaran pembayaran kepada general secretary'nya, iseng-iseng saya membuka FB dan melihat balasan komentar dari mb Aulia, "do'a dong Can ! apa sie yang Allah ndak bisa ???"

Deggg.... saya sering berkata, jangan pernah anggap Allah berkemampuan sama dengan kita, ia Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui bagaimana harus merawat ciptaannya itu. Saya benar-benar tersadar kalau ternyata saya sendiri belum bisa mengimplementasikannya. Secara tidak sengaja saya menganggap Allah berkemampuan yang sama dengan saya. 

Ya Allah, sesungguhnya saya ingin bergabung di konferensi itu dan melihat pola pikir pemuda-pemuda dari seluruh dunia, saya ingin menjadi ahli pendidikan yang bisa memberikan kebijakan untuk dunia nantinya, saya ingin menyelesaikan study saya, saya ingin kerumahmu di Makkah bersama kedua orang tua dan adik-adik saya, saya ingin memiliki sebuah socialenterprise yang foundationnya mampu menyumbang bermilyar-milyar untuk mengentaskan masalah pendidikan. Ya Allah begitu banyak pintaku, namun sedikit sekali syukurku, dan kadangpun aku terlupa untuk bersyukur. 

Pagi ini saya berkesimpulan untuk senantiasa berhusnudzon kepada Allah, saya hanya berikhtiar semaksimal mungkin, karena Engkau Maha Tau apa yag terbaik untuk ciptaan-Mu. Toh jika saat ini saya belum bisa menghadiri simulasi itu, suatu hari nanti saya akan duduk dalam forum internasional yang sesungguhnya untuk membahas kebijakan pendidikan bagi anak-anak diseluruh dunia, semoga Allah mengizinkan. Amin...