Seri Ramadhan #12


Pada suatu pagi saya dihubungi mbak Ngesti untuk bantu-bantu pelaksanaan outbond SMA IT Miftahul Jannah dalam rangka penutupan rangkaian Masa Orientasi Siswa. Setelah satu hari sebelumnya saya sempat gabung sama anak-anak untuk aksi "Ramadhan Anti Korupsi" bertajuk "Saweran Cinta Untuk KPK" yang sukses membuat hangat headline koran keesokan harinya.
Hal yang menyenangkan ketika saya punya kesempatan untuk belajar banyak dari mereka, itulah yang membuat saya begitu bersemangat pagi ini. Namun, ketika sampai di SMA IT outbond'nya belum dipersiapkan sama sekali dan terlihat mb Ngesti sibuk telfon sana-sini mencari pasukan. Tak berapa lama datanglah suami beserta teman kuliah Mb Ngesti (kalau tidak salah namanya Handis).

Mb Ngesti, suami, dan seorang temannya itu lulusan UGM dan memang sejenak terlihat berbeda dari kelenturan dan kecekatan mereka dalam menghandle acara yang sederhana dan nyaris gagal menjadi penuh makna. Saat itu saya menyimpulkan, bisa jadi karena output UGM yang lebih unggul dibanding Unila, sehingga mereka bisa beraktualisasi diri secara lebih. 

Dalam waktu singkat saya membuat grand desain outbon bersama mereka, saya dan salah seorang guru IT (ma'af lupa namanya) kebagian pos 1, mb ngesti dan mb resti kebagian pos 2, dan pak arif beserta kak handis kebagian pos 3. Kala itu kak handis berpesan pada saya, supaya sepeninggalan anak-anak dari pos satu diberi tugas untuk "mungut" benda-benda apa saja yang ada di jalan.

Pos 2 sudah terlewati bersama mb ngesti dan mb resti dengan evaluasi MOS serta pesantren kilat. kini tiba di Pos 3. Berhubung tugas kami sudah selesai, jadi ikut nimbrung di Pos 3. Seperti biasa mereka diberi beberapa games dan pada akhirnya tibalah pengumpulan tugas dari Pos 1 tadi. Dan namanya anak-anak, mereka "mungut" benda-benda yang benar-benar aneh. sebut saja salah satu kelompok yang "mungut" kepompong di daun pisang, beberapa jenis bunga-bungaan, "bluluk" (cikal bakal kelapa), buah randu (cikal bakal kapuk), dll yang kalau di tambah kemenyan sudah lebih dari cukup untuk jadi "sesajen kuda lumping". 

Anak-anak itu diberi tugas untuk merangkai benda-benda tersebut menjadi sesuatu yang memiliki cerita. Sebut saja kelompok diatas, mereka membuat makan malam indah diatas kal feri. Applous ! kreatif ! bahkan sayapun tidak terfikir kesana. Lalu apa hikmah dari permainan ini ? "ya itulah hidup ! tidak lebih dari munggut apa-apa yang kita temui di jalan, dan dengan hikmah kita merangkainya menjadi sesuatu yang disebut dengan kehidupan, keahlian kita diuji untuk bagaimana kita mampu merangkai hal-hal yang sekilas ketika terpisah tampak seperti sampah, menjadi hidup yang kita inginkan. Bukankah hari esok masih misteri ? bahkan tadi pagi saya tidak berfikir bahwa hari ini akan disini bersama kalian ! " ujar kak Handis. voila ! sebuah games yang cerdas, sesaat saya tersentuh.

Dulu saya tidak ingin kuliah disini, dan ketika teman-teman SMA saya pergi ke UGM, UI, ITB, dan kampus-kampus bonafit lainnya saya benar-benar merasa kurang beruntung. tapi bukankah hidup ini mistery dan seni merangkai apa yang bisa kita pungut ? saya memang tidak di UGM, tapi Allah mengirim orang-orang terbaik UGM kesini, saya memang tidak di UI, tapi Allah mengirim anak-anak terbaik UI untuk sharing, saya memang tidak di ITB, tapi Allah mengirimkan lulusan ITB yang baik untuk bercerita, saya tak jua di UNY, UNDIP, UNSRI, UNS, tapi saya pernah satu tim dengan mereka dan setidaknya mereka siap menjadi tempat bertanya. Atau bahkan, sebenarnya salah lebih beruntung ketimbang teman-teman yang kuliah disana. Karena belum tentu mereka bertemu dan belajar dari orang-orang terbaiknya.

Saya tersenyum dan anak-anak itu terdiam. Mungkin mereka merenungi nasib mereka yang bersekolah di sekolah baru dengan 13 murid. sesaat itu menyedihkan, tapi melihat hasil yang sudah diraih, dalam 5 hari mereka bisa  menjadi headline beberapa koran lokal sayapun merinding membayangkan masa depan ketiga belas anak ini. Mereka dikelilingi orang-orang luar biasa,juga invisible hand yang tidak mereka sadari. Tinggal bagaiman seni memungut dan merangkai mereka diuji, apakah seindah makan malam diatas kapal feri, atau seindah menorehkan nama mereka di masa depan Lampung. ^^