Seri Ramadhan #8

Sebagai seorang muslim saya meyakinin bahwa Islam adalah petunjuk yang benar, membawa kita pada jalan keselamatan, dunia dan akhirat. Mungkin hal ini tertanam dalam diri saya karena doktrin yang kuat dari orang tua bahwa islam itu bukanlah sebuah "ritual ceremony" tapi aturan hidup yang menyeluruh. Sebagai seorang muslim kita harus bertransaksi secara islami, kita harus bertingkah laku secara islami, karena semua itu akan berujung pada sebuah keseimbangan kehidupan yang telah diciptakan olehNya. Jadi sudah sewajarnya jika Ia Maha Tahu bagaimana mengatur kehidupan ini karena Dialah yang mencitakan langit bumi dan isinya.

Dibongkarnya tembok berlin resmi menyatakan ambruknya basis sosialisme dunia, dan krisis dunia hari ini menunjukkan bahwa kapitalisme bukanlah sebuah "the end of history" tapi ada masa depan lain disana. Dan saya yakin itu adalah Islam, sebuah peradaban yang pernah menguasai 2/3 dunia dan runtuh karena para pemimpinnya waktu itu sudah jauh dari nilai-nilai islam.

Aktivitas saya akhir-akhir ini menuntut saya untuk mengerti Islam lebih dalam, tidak hanya tata cara sholat tapi juga bagaimana islam mengatur kehidupan. Terlebih ketika saya dituntut untuk mengkomparasikan islam dengan ideology lain yang ada di dunia ini. Oleh karenanya Ramadhan ini saya banyak membaca terkait apa-apa yang perlu saya dalami. Pernah saya masuk referensi fakultas lain untuk mencari buku atau semangat mengikuti program bahasa arab alqur'an sehingga itu bisa meningkatkan kapasitas keislaman saya. 

Bak gayung bersambut, saya mendengar akan ada sebuah latihan kepemimpinan islam tingkat lanjut yang akan diadakan di Bandung. dengan semangat belajar kala itu saya mengikuti segala proses seleksi. Luar biasa syaratnya ! Tapi mengingat tujuan saya adalah belajar, maka saya berprinsip "kalau belum lolos seleksi ya berarti saya harus memenuhi standar kemampuan untuk lolos seleksi, bukankah yang ingin saya capai adalah tsaqofah".

Satu dua hari proses pengisian formulir saya jalani dan tiba-tiba saya tersadar kalau kemungkinan besar saya tidak akan lolos. Selain problem kapasitas, mungkin akan ada variable like-dislike yang harus saya lewati, dan dimasa lalu pernah ada kisah seorang teman saya yang sulit untuk melewati proses ini. Mungkin lebih pada istilah "pahlawan kita beda" atau sederhananya saya dan teman saya yang sulit dahulu pernah belajar pada satu orang yang menurut sebagian penguji kali ini memiliki sudut pandang berbeda.

Bagi saya perbedaan itu bukanlah suatu masalah yang besar, ibarat sebuah metode pendidikan, sama-sama mengajarkan tentang kepemimpinan, yang satu memakai metodi pedagogi dan yang satu memakai metode andragogi. Metode andragogi inilah yang membuat saya dan teman saya tumbuh berbeda dan lebih merdeka dalam berfikir. hingga saat ada sesuatu yang menurut kami salah, ya kami menuntut itu untuk dikatakan salah dan minta ma'af. 


Yang tidak saya pahami sekarang adalah diri saya, kemungkinan besar saya tidak akan lolos tapi masih melanjutkan proses seleksi. Karena saya harus beristighfar atas suudzon saya, saya harus brhusnudzon bahwa variable like dislike itu tidak ada, dan toh tujuan saya adalah untuk mendapatkan pemahaman islam yang lebih baik, jadi tidak ada ruginya bagi saya, karena sedikit bayak proses ini juga telah memberikan pembelajaran tersendiri, walaupun pada akhirnya saya tidak lolos, pemberhentian proses itu bukan dari saya, karena saya sudah berusaha untuk menyelesaikan proses ini hingga akhir. 

Bismillah... Berprasangka baik pada Allah yang membolak-balikkan hati manusia, kalaupun kali ini tidak lolos, saya masih bisa mencoba lagi lain waktu sambil meningkatkan kapasitas saya di gelanggang lepas luaran sana, toh akhirnyapun saya tidak pernah lolos, saya masih bisa bekerja keras untuk belajar mandiri. Saya teringat prinsip seorang teman saya ketika mengikuti seleksi pertukaran mahasiswa "orang yang lolos bukanlah orang yang terbaik, namun orang yang memiliki spesifikasi seperti yang mereka butuhkan". Semoga proses ini berbeda dengan seleksi pertukaran mahasiswa, karena sudah ada standar baku yang kita sama-sama tahu, juga karena tidak selayaknya saya berprasangka buruk padaNya dan saudara yang satu keyakinan dengan saya. dan yang pasti "Pahlawan Kita Tidak Beda" yaitu Nabi Allah Muhammad.. Astaghfirullah...