Inget gak? Pas kita masih mahasiswa baru trus ikut propti, kita sering baget denger kata ini “agent of change !” trus coba-coba kita ikut organisasi, yang ikut HIMA, atau BEM biasanya akan lebih sering lagi denger kalimat ini, “agent of change oh… agent of change”. 

Apa itu agent of change ?

Pernah denger nama Soekarno ? bapak bangsa ini membuat Negeri ini berubah status dari dijajah jadi merdeka. Pernah denger Habibie ? yah ! beliau memang ahli pesawat terbang yang pernah buat pesawat penumpang tercanggih didunia kala itu, N250, eh, kalau Newton punya teori relativitas I dan teori relativitas II pak habibie juga punya teori Habibie I dan Habibie 2    lho !. Ada lagi Iwan fals yang dikenal dengan lagu-lagu fenomenalnya yang mendobrak, seperti “bento” atau “jalanan sebrang istana”, pernah menggema juga nama kak Seto yang aktif memperjuangkan hak anak melalui komnas HAMnya. Atau pernah dengar pemikir besar kaya plato yang karya pemikirannya menjadi begitu popular bagi orang-orang barat, dan siapa sih yang ndak kenal sosok satu ini, “Nabi Muhammad”, seorang penuda mekkah dengan kemampuan kepemimpinan tak terkalahkan sepanjang masa, membawa sebuah risalah untuk seluruh system yang ada di bumi ini, mulai dari ekonomi, politik, kesehatan, sampai pendidikan, komplit tak terlewatkan. Merekalah itu contoh agent of chage yang pernah hidup di bumi ini, mereka membauahkan sebuah karya yang bermanfaat bagi orang lain. Walau usia biologis merega relative muda, tapi usia ideologisnya masih eksis hingga sekarang. Bagaimana dengan kamu ?

Gue Kan Nggak Sehebat Mereka ?

Ada yang bilang, orang besar itu adalah orang yang menorehkan karya besar. Tapi jangan salah, karya besar itu bukan karya yang rumit, dia sederhana dan punya spesifikasi khusus sesuai dengan minat kita. Missal aja Adele, dia memang jago baget dalam hal tarik suara alias nyayi, tapi ko suruh jadi guru TK, jelas lebih pinter kak seto dong ! itu karena mereka punya spesifikasi khusus sesuai dengan minat mereka. Apa jadinya kalau Adele kita suruh ngajar TK dan kak Seto kita suruh nyanyi “someone like you”. Mereka orang yang membuat hal besar dengan sesuatu yang sederhana, adele suka nyanyi ya dia serius dengan nyanyinya, dan kak seto suka main dengan anak-anak ya dia tekun dengan metode edukatif untuk main sama anak-anak, jadi orang besar itu ndak haru jadi professor di suatu perguruan tinggi, atau politisi pentolan dari sebuah partai politik lho ! Ada lagi contoh, sekumpulan anak muda yang lagi konsen dengan kampanye diet tissue atau diet kantong plastik, dalam rangka go green dan menjaga kelestarian bumi, karena kita sama-sama tahu berapa banyak kayu yang harus ditebang setiap harinya karena produksi kertas, dan juga kita tahu kalau plastic itu butuh waktu yang lama untuk terurai. Sederhana kan ? bisa kita lakukan setiap hari dan member dampak perubahan yang besar tentunya. So? Gimana sama kamu ? Nggak susah kan jadi agent of change ? tinggal temukan minatmu dan fokus.

Apa Gue Harus Ikut BEM dan Turun ke Jalan ?

Banyak orang besar lahir dari BEM atau dulunya disebut senat mahasiswa, sebut saja Anas Urbaningrum, Anies Baswedan, Marwah Daud Ibrahim, Ratu Atut. Tapi gak sedikit lho yang lahir dari tempat lain, semagaimana Dick Doank lahir dari seni, Iwan Fals lahir dari music, Soeharto lahir dari militer dan juga Pak Habibie yang lahir dari teknik. 
Yang jelas setiap orang punya ekspresi yang berbeda untuk menunjukkan eksistensi mereka, kalau kamu memang suka dengan yang namanya politik, hobi turun kejalan mengkritisi pemerintah, diskusi membangun gerakan dari lembaga politik kampus, BEM bisa jadi pilihan yang tepat. Tapi bukan berarti semua gerakan hanya bisa dibangun dari BEM. Kamu bisa memulai dari sesuatu yang kamu suka seperti yang udah kita bahas sebelumnya. Ya! Benar sekali, passionmu akan membuatmu lebih semangat melakukan sesuatu. Siapa bilang musisi ndak bisa jadi aktivis lingkungan ? siapa bilang pelukis ndak bisa mengkritisi kkebijakan pendidikan ? siapa bilang klub bahasa inggrismu tidak bisa membuat acara cultural understanding yang bisa ngurangin tawuran dan kenakalan remaja. So?? Stop berfikir bahwa gerakan di kampus itu melulu hanya dibangun dari BEM, dan jadi aktivis itu melulu identik dengan orang yang suka demo, itu mindset yang kuno banget kawand, udah ndak tren lagi di zaman sekarang.

Grassroots Understanding - Global Capacity 

Pernah denger gerakan Indonesia Mengajar ? itu lho ! gerakan yang ngumpulin dan nyeleksi anak-anak muda terbaik dari seluruh penjuru negeri untuk dikirim jadi guru SD di daerah terpencil selama 1 tahun. Apa sie maksud Anies Baswedan membuat gerakan ini ? jelas alasan pertama adalah untuk meratakan akses pendidikan dan memberikan inspirasi bagi anak-anak negeri yang kurang beruntung, namun ada alasan kedua, apa itu ?? yaitu menanamkan grassroots understanding di hati putra-putri terbaik negeri. Teman-teman, menurut saya ini menjadi point pertama yang harus dilatih dari para calon pemimpin negeri ini. Sehingga gerakan-gerakan baru yang kental dengan cirri khas social memerlukan ruang yang luas sebagai tempat ekspresi generasi muda. Kemampuan menganalisis akar masalah dan ide-ide kreatif penyelesaian masalah yang murah harus terus dilatih pada diri calon pemimpin kita. 
Saya membayangkan kelak pemimpin di negeri ini lahir karena kapasitas yang mereka miliki membuat mereka dicintai rakyat, mereka dikenal karena kemampuan mereka dalam menyelesaikan dan memakmurkan kondisi sosial. Bukan diisi oleh orang-orang langitan yang tidak pernah mengerti kapan rakyat menangis dan tertawa. Bukan pemimpin yang sibuk kampanye sebelum pemilihan. Tapi pemimpin yang diikuti dan diakui keberadaannya karena ia memiliki gagasan yang bernilai pembebasan. Bukan pemimpin yang terpaksa diakui sebagai pemimpin karena posisi mereka. Ia dikenal melalui karya, bukan dari kampanye ujug-ujug yang penuh huru-hura. Siapa pemimpin idaman itu ?? Itu adalah teman-teman, itulah “Agent of Change !”

Lampung Nunggu Kita Lho !

Sebagai seorang mahasiswa kenal dong dengan istilah Tri Darma perguruan tinggi ? itu lho yang point ketiganya adalah pengabdian masyarakat. Kalau ingat akan hal ini saya sering melamun membayangkan Lampung yang gemah ripah loh jinawi. Coba bayangkan, Unila memiliki 8 fakultas, mulai dari MIPA, Kedokteran , KIP, Pertanian, Hukum, Isip, Ekonomi, dan Teknik. Dalam setahunnya melakukan upacara pelepasan selama 4 kali, berapa ribu ahli yang telah dilahirkan, berapa ribu pemuda bersemangat yang siap membawa perubahan telah dilahirkan. Belum lagi setiap tahunnya Unila mengirimkan tidak kurang 8000 calon sarjananya melalui program KKN. Seharusnya tak ada lagi predikat provinsi termiskin, seharusnya tak ada lagi angka buta huruf, seharusnya tak ada lagi pelanggaran hukum, seharusnya pariwisata kita berkembang pesat, seharusnya pertanian kita meberikan hasil panen yang melimpah, seharusnya tak ada lagi kemacetan di tengah kota, seharusnya tak ada lagi sawah kekeringan. Namun kenyataan berbicara tentang kondisi yang sesungguhnya, bukan tentang seharusnya yang selalu kita andaikan. 
Apa yang salah ? apakah para sarjana ini dididik oleh akademisi-akadeemisi bodoh? tentu tidak! mereka ahli-ahli berfikir di provinsi Lampung. Lalu apa yang sama-sama menjadi PR besar kita ?
1. Anak-anak muda ini, putra-putri penerus negeri ini dididik dengan kurikulum yang lebih menekankan pada kognisi, mereka begitu ahli pada tahan teori, namun itu hanya sebatas “wacana adalah bencana”, mereka tidak terbiasa dididik untuk mengaplikasikan ilmu mereka untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada. 
2. Kita dicetak untuk menjadi robot yang siap memenuhi tuntutan lapangan pekerjaan di institusi-institusi, sehingga hampir semua dari kita berorientasi pada IPK kosong tanpa gagasan. 
3. Universitas kurang dalam mengimplementasikan tri darma perguruan tinggi. Kurang melatih mahasiswanya untuk melakukan hal sederhana dalam rangka menyelesaikan masalah social yang ada di lampung, bayangkan, dalam setiap angkatanya, Unila menerima tidak kurang dari 8000 mahasiswa, jika setiap dua orang dituntut untuk membuat karya sederhana(taman baca, pertanian holtikultur, pengomposan sampah, dll) dalam rangka mengaplikasikan ilmu mereka untuk Lampung, akan ada 4000 karya baru setiap tahunnya. Saya yakin, kurang dari 20 tahun, lampung akan menjadi provinsi unggul.
4. Pemerintah kurang kreatif dalam memberdayakan generasi muda. Dalam satu sisi, bayak potensi dari provinsi Lampung yang belum tergali, masalah social yang belum terpecahkan, namun pada kondisi lain, banyak dari pemuda kita mengganggur atau mencari pekerjaan di Ibukota atau luar negeri. 

Untuk Mahasiswa Renungkan…

Kawanku… berapa besar SPP kita ? jika semua itu kita jumlahkan dan kita bandingkan dengan kebutuhan kita yang sesungguhnya di kampus ini, cukupkah itu ? lalu dari mana kekuranggannya ditutupi ? subsidi rakyatlah yang menutupinya, pajak rakyat yang membiayaimu. Tukang-tukang cendol, nelayan, petani, mereka yang membiayaimu. maka ingatlah kawandku, kuliahmu… untuk menyelesaikan masalah yang hari ini ada pada masyarakat kita, belajarmu adalah untuk mencari ilmu dalam rangka mengaplikasikannya kelak. 
Belajarlah… membaca realitas, belajarlah menjadi pribadi arif yang peka akan masalah, belajarlah untuk mencari ilmu, untuk sama-sama kita bangun Lampung kita, jadilah agent of change yang bisa memberikan sentuhan sederhana, ketika kau melihat anak-anak SMA tawuran, milikilah gagasan untuk mengadakan pertandingan olahraga yang sportif, ketika masyarakat kecil kesulitan pendanaan, milikilah gagasan kreatif seperti mendirikan koperasi. Ketika sampah menumpuk disetiap sudut kota, milkilah gagasan kecil untuk mengajak masyarakat melakukan pengomposan, sekedar mencukupi kebutuhan pupuk rumah tangga. Ada banyak ide-ide kreatif lain, yang saya yakin masih tersimpan dalam diri-diri teman-teman, melalui langkah-langkah kecil itu, perubahan besar bermula. Apalagi jika kita mampu mengimplementasikan seluruh ilmu yang kita dapat diperguruan tinggi ? Ah, aku tidak dapat membayangkannya, lampung akan menjadi apa. Selamat bergabung, agent of change ! Karena loe, asset paling berharga negeri ini.