Seri Ramadhan #4


Konflik terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara ekspektasi dan kenyataan. Coba bayangkan jika di dunia ini ada satu golongan, satu ras, satu kepentingan, konflik menjadi variable yang sederhana. Hingga semuanya menjadi lebih rumit ketika ada begitu banyak golongan dan kepentingan, sebut saja konflik ras antara kulit hitam dan kulit putih, atau konflik antar kabilah di arab pada zaman dulu kala.

Dalam sekup kecil konflik bisa terjadi karena adanya perbedaan ekspektasi antar individu. Sebut saja unila, pemilihan raya kerap sekali menjadi celah konflik yang empuk. Adanya ekspektasi dari kedua belah pihak dan semuanya berbicara pada sudut pandang "aku" bukan "kamu", ego ini sempat meledakkan gerakan massa pada tanggal 5 mei yang tidak kurang dari 400 orang pendemo.

Ketika kita awal menjadi mahasiswa dan tergabung dalam sebuah organisasi, sebagian dari kita mengikuti apa yang disebut dengan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar. Salah satu materi yang diberikan adalah manajemen konflik. Disana disebutkan tingkat penyelesaian konflik yang pertama adalah kolaborasi, dimana kita bisa memenangkan kedua belah pihak dengan menonjolkan kelebihan dari masing-masing pihak, dan level kedua adalah kompetisi dimana ada pihak yang menang dan pihak yang kalah.

Pada kenyataannya, jalan keluar kedua cenderung sering dilakukan, karena memiliki tingkat keruwetan yang lebih rendah, mereka tidak membutuhkan diplomat untuk berdiplomasi, hanya berfikir bagaimana caranya untuk menang.

Berbicara realitas gerakan pemuda hari ini, kebayanyakan dari mereka mencoba untuk menang sendiri dan maju sendiri, padahal sejarah sudah cukup membuktikan bahwa sumpah pemuda terbukti efektif dalam merebut kemerdekaan bangsa. Sebuah gagasan revolusioner untuk mengkolaborasikan berbagai macam perbedaan menjadi satu kekuatan yang kokoh.

Dibalik gagasan revolusioner itu tersembunyi seorang diplomat yang berfungsi sebagai palang pintu. bayangkan jika palang pintu ini tidak ahli memilih dan mengkolaborasikan unsur-unsur yang berbeda, maka ruang konflik yang besarpun hadir di depan mata.Sebaliknya, palang pintu ini memegang harapan persatuan yang begitu besar dengan hasil kerja besar pula, tapi yang pasti satu, ia harus bersabar dan dewasa dalam menghadapi perbedaan dari banyak pihak yang cenderung keras kepala dengan keinginan masing-masing. Dewasa itu sulit, tapi bisa dilatih.

*hari-hari menggagas perubahan dilampung, setidaknya untuk 10 tahun mendatang....