Seri Ramadhan #11

"Sedekah satu milyar ??" kata-kata itu pertama kali nongol dari status FB teman saya yang punya aktivitas sosial di bidang wirausaha. Sekilas memang sangat biasa, dan belum memiliki makna apa-apa. Walau saya tau bahwa harta yang disedekahkan itulah yang sejatinya menjadi harta kita. tapi saat itu benar-benar no sense at all.

Belum lama ini saya dan beberapa teman membuka komunitas belajar anak di Natar, sempat terfikir beberapa peluang pendanaan, mulai dari kampus, Bank Indonesia, hingga lembaga zakat yang bernama "Lampung Peduli". Namun ditengah jalan kami cukup tersandung dengan sesuatu, karena sebagian dari mereka akan mengucurkan dana setelah tempat itu memiliki ciri fisik. Tentu saja untuk membuat ciri fisik membutuhkan dana bukan ?
Ditengah kebimbangan itu salah seorang teman kami yang masih KKN sms, "bisa siapain buka bersama ndak di Natar ? untuk kebutuhan nanti saya yang cover ?" kebetulan saat itu ia berulang tahun yang ke-20 dan ingin melakukan sesuatu yang berbeda. kontan saat itu saya membalas "gimana kalau uangnya dibeliin buka saja ? sama di pakai untuk launching awal taman baca, Insyaallah amal jariyahnya akan mengalir terus..." dan teman saya menjawab "atur-atur aja !". 

Sore harinya saya menghitung-hitung kebutuhan saya tahun ini, mulai sewa kontrakan baru, SPP, dan luar biasa saya kelabakan. Seandainya saya punya usaha...

Tak berapa lama dari itu saya belanja sayuran di salah satu minimarket terdekat, di depan mini market ada seorang bapak dan anaknya yang minta-minta, terang saya agak sewot, "sini luar biasa banting tulang ! situ tinggal minta", astagfirullah kok saya jahat banget ya., ya Allah, ia hambamu juga, yang mungkin sebagian rizkinya mengalir lewatku.

Banyak yang berpendapat bahwa orang miskin itu karena pemalas, tapi saya berpendapat bahwa miskin itu dimiskinkan. Jika saja negara ini tidak berpihak pada kapital, emas, intan, laut, hutan, dan segala SDA kita sisa untuk menghidupi orang satu Indonesia. alhasil, banyak yang jadi gelandangn, putus sekolah, minta-minta. dan ini menjadi buah simalakama. dikasih tidak menyelesaikan masalah, ndak dikasih itu perihal menyambung hidup.


Banyak hal yang bisa kita lakukan ketika kita memiliki kebebasan finansial, kita tidak hanya bisa memikirkan diri kita, namun juga orang lain, seperti teman saya yang bisa memberikan sumbangan untuk komunitas belajar, juga angan-angan memberikan ruang kerja bagi bapak dan anak tadi. Dulu zaman kejayaan islam, tidak ada yang lapar, bahkan bingung zakat akan disalurkan kemana. sampai ke ujung afrikapun tidak ada yang menerima. Apa kabar Afrika sekarang ?

Dengan kondisi Indonesia yang seperti ini, sepertinya teman saya benar, kita harus sedekah satu milyar, or even saya mau sedekah lebih banyak dari itu, memilki foundation seperti rockefeller foundation yang uangnya cukup untuk membiayai gerakan lingkungan internasional, menyelamatkan ekonimi amerika, dan lain sebagainya. Begitupun kita, sudah saatnya umat Islam memiliki Rockefellernya sendiri dan beramai-rami bersedekah untuk kebaikan. Bukankah dulu kita juga memiliki sosok Khadijah ? Umar ? Usman ? dan Abu Bakar ? yang menyokong tegaknya Islam dimuka bumi ? Bismillah..

"hai orang-orang yang beriman, belanajaknlah (di jalan Allah) sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepadamu ..." (Al-Baqarah 2:254)