Seri Ramadhan #1

Kalau kata roma irama, masa muda adalah masa yang berapi-api mungkin itu benar adanya. Diusia ini kita akan cenderung meledak-ledak emosinya, termasuk semangat dan amarah. Kalau soekarno bilang, beri aku sepuluh pemuda dan akan kuguncangkan dunia itu logis, karena energi dari seorang pemuda itu memang luar biasa. Setidaknya itu yang aku buktikan selama di kampus. Hal yang unik ketika sebagian dari kita begitu sibuk berdemo, diskusi, atau melakukan kegiatan kesukarelawanan. Padahal bisa dibilang itu tidak memberikan keuntungan yang signifikan terhadap diri kita. Tak ayal jika para orang tua membuat barisan demonstrasi tersendiri untuk anak-anak mereka. dengan deretan spanduk terpampang "selesaikanlah studimu !" "sudahlah ! cari kerja saja sanaaaa...!" "idealisme itu hanya ada dimasa muda" "sudahlah, hentikan cita-cita muluk-muluk itu !". Itulah para orang tua kita yang memiliki pengalaman hidup terlebih dulu. memang apa yang mereka bilang benar adanya, menjadi aktivis tidak memberi banyak pada kita, justru meminta banyak dari individu-individu miskin itu. Tak menjanjikan apa-apa, beasiswa S2, karier politik, jalan-jalan keluar negeri gratis, pekerjaan yang mapan, tabungan masa depan, sama sekali tak menjanjikan apa-apa. Wajarlah jika para orang tua itu khawatir akan nasib anaknya, karena kebanyakan dari mereka justru menjadi orang dengan IPK rendah, lontang-lantung, menjadi orang Talk More Do Less, pemalas, pemimpi dan tidak lebih dari itu.

Dari ribuan aktivis yang ada hari ini, berapa sie yang akan menduduki posisi menteri? anggota dewan? atau presiden ? kurang dari 10 persen mungkin, sisanya menjadi produk gagal dan menjadi penonton. Mereka tinggal di daerah, menonton TV pagi sore dan mengometari kondisi kebangsaan seraya berkata kepada anak-anak mereka, itu dulu saudara seperjuangan ayah ! itu dulu saudara seperjuangan ibu.! hingga anak-anak mereka cukup bangga dengan cerita ibuku teman lama dari mentri A presiden B, ayahku teman satu kampus anggota dewan C. mungkin itu menjadi satu-satunya hal yang bisa diwariskan.

Masa yang meledak-ledak itu bersemayam indah dalam memori masa lalu kita. masa dimana kita turun ke jalan bersama, masa dimana kita makan sebungkus berdua, masa dimana kita melindungi saudara kita, atau masa dimana kita ribut satu sama lain karena memperjuangkan idealisme masing-masing. bisa jadi cerita itu hanya berlaku di kampus dalam episode mahasiswa. Mungkin nanti dalam dunia nyata, ketika kita mendapati kawan kita seperti Anas Urbaningrum kita tak bisa lagi ribut mempermasalahakannya. Karena dunia kita sudah jauh berbeda.


Oleh karena episode mahasiswa ini belum terlewat, aku ingin menorehkan sebuah pesan persaudaraan, bahwa rasul kita mengajarkan suatu konsep ukhuwah dan kepemimpinan dengan begitu luar biasa, Rasul mengajarkan pada kita bahwa saudara bukanlah tahta dan peruntungan, Rasul mengajarkan aqidah sebagai tali yang sangat kuat. Rasul kita juga mengajarkan bahwa setiap pribadi ini adalah pemimpin. Bukan jabatan yang kemudian menjadikan kita mulia, namun sumbangsih nyata kita untuk peradaban manusia. Presiden, petani, guru, menteri, pengamat politik, tukang cuci, itu hanya sebuah panggilan. Namun karya adalah bahasa keikhlasan dari seorang insan yang faham. Hingga kelak tak ada jarak keangkuhan antara kau yang diatas sana dan aku yang dipinggiran desa, hingga kelak kau masih bisa berkirim SMS padaku kala aku berbelok, hingga kelak anak-anak kita dapat tumbuh bersama, karena siapapun kita dimasa depan, kita tetaplah saudara selamanya hingga ke jannahNya.

*aku percaya perdaban ini akan lebih baik ditangan saudara-saudaraku yang shaleh dan shalehah...