Seri Ramadhan #7

Menjadi relawan di komunitas belajar anak-anak memiliki makna dan sensasi yang berbeda, yaitu ketika kita dapet hadiah kartu ultraman no. 34 atau sepenggal kisah menggelitik yang membuat kita selalu tersenyum mendengarnya.

Kisah yang pertama ini terjadi dikala saya punya cita-cita untuk membuat sebuah jurnal anak lampung, blog sederhana yang memuat tentang kegiatan dan tulisan anak-anak. saat itu saya memainkan sebuah games yang ujungnya anak-anak membuat karangan tentang diri mereka sendiri, mulai dari nama, keluarga, sekolah, hingga cita-cita. Jawabannya sungguh beragam, dan yang terunik saat itu adalah ada satu anak yang berkata "saya mau jadi ultraman !"...

Kisah kedua terjadi, saat saya sedang mendongeng untuk mengajari tentang tata surya, usai mengajak mereka bernyanyi lagu bintang kecil sayapun bertanya "ada yang tau kenapa bintang bercahaya ?" dan seketika ada seorang anak menjawab dengan penuh percaya diri, "saya tau ! saya tau ! karena ada banyyyaaaaaak lampunya !" terang saya dan 2 orang relawan lainnya tak sanggup menahan tawa.

Hal-hal ini memang kerap terjadi, namun ketika kita mengalaminya sendiri akan terasa lebih unik dan menarik dibanding mendengar cerita lomba menggambar monas untuk anak-anak namun yang menang justru anak yang menggambar air mancur, karena anak itu benar, dari posisinya menggambar ia tidak bisa melihat monas dengan utuh, tapi ia hanya bisa melihat air mancurnya. 

Atau kisah matahari sembilan, yaitu ada seorang anak yang ketika ditanya matahari ada berapa ia menjawab ada 9, karena ketika ia melihat di halaman ada matahari, melihat ke jendela ada matahari, melihat ke pintu ada matahari, begitu juga ketika ia melihat ke tujuh tempat lainnya.

Sekilas ketika kita menggunakan parameter orang dewasa, anak itu tampak bodoh dengan jawaban "ingin jadi ultraman" atau "matahari ada banyak lampunya" tapi mari kita kembali ke pola pikir kita sebagai anak-anak. setiap hari anak-anak disuguhi tampilan superhero seperti ultraman di televisi, juga benda-benda dekat seperti lampu dll. Jadi sebenarnya anak itu sangat cerdas secara emosional ketika ia menjawab ingin menjadi ultraman, karena ia ingin menjadi superhero yang menyelamatkan manusia, begitupun anak yang menjawab matahari bercahaya karena banyak lampunya, ia memiliki kecerdasan logika yang tinggi, karena sejauh ia tumbuh, benda bercahaya yang ada disekitarnya adalah lampu, maka ia menggunakan nalarnya untuk menyimpulkan bahwa matahari bersinar terang karena ada banyak lampunya.

Hal-hal ini yang tidak sering dipahami oleh para pendidik. padahal mendidik bukan masalah nilai rapor, tapi bagaimana kita mengawal perkembangan emosional, logika, dan etika mereka. sehingga mereka tidak harus mewarnai bunga dengan warna merah, daun dengan warna hijau, atau matahari dengan warna oranye. mereka bebas memilih warna yang ia suka, karena dengan begitu mereka akan berproses menjadi insan yang lebih baik ketika dewasa kelak.