Ajang parlemen muda memberikan banyak pelajaran dalam perjalanan hidup saya sebagai mahasiswa FKIP. Sense kepedulian saya terhadap pendidikan diajak untuk berfikir ke sekup yang lebih luas, dari tataran sekolah menjadi tataran daerah dan nasional. Bagaimana membuat usulan rancangan kebijakan yang akhirnya kami advokasikan ke kementrian pendidikan nasional dan beberapa kementrian terkait termasuk DPD, dll.

Baru-baru ini saya mendapat kesempatan untuk mengikuti ajang yang lebih menantang, Model United Nation. Jujur, saya sangat gugup, saya tidak terbiasa dengan ritme berfikir yang komplek dan cepat. Memikirkan kebijakan dunia tidak sesantai memikirkan kebijakan nasional, karena variable’nya lebih kompleks, apalagi jika dibandingkan dengan kebijakan daerah yang relative homogen. Memiliki perbedaan ideology, budaya, kondisi ekonomi, alam, dll.

Ditengah kegugupan saya sepanjang sidang, saya sempat berfikir betapa “kagumnya saya terhadap islam”. Contoh kecil ketika membuat resolusi kebijakan terkait kesehatan ibu dan anak. Seandainya setiap ibu memberikan asi perdana kepada anak, maka ia akan memiliki kekebalan alami yang membuat si anak tidak perlu imunisasi lagi, sehingga Negara-negara maju tidak perlu mengeluarkan dana yang besar untuk vaksinasi Negara berkembang dan tertinggal. Sehingga negara berkembang tidak perlu menerima tekanan dari Negara maju untuk dieksploitasi SDAnya. Hal ini telah diatur dalam islam, supaya seorang ibu menyusui anaknya sampai usia 2 tahun.

Begitu juga ketika perdebatan lain terjadi, seperti masalah perdagangan dunia, dll. Ekonomi islam telah mengaturnya dengan begitu rinci. Permasalahan populasi, terkait penduduk usia tua yang lebih banyak dari penduduk usia muda, dimana berakibat pada kstabilan ekonomi juga lagi-lagi telah diatur dalam islam. Pernah sampai pada suatu titik dimana saya begitu greget dan berbisik, seandainya islam tegak dimukabumi kita tidak perlu pusing-pusing memikirkan kebijakan dunia seperti ini.

Memang pada hakikatnya manusia itu sombong, merasa paling tau bagaimana mengatur hidupnya, padahal Yang Maha Tahulah yang menciptakan langit bumi dan segala isinya yang benar-benar tau bagaimana mengatur ciptaanNya. So, islam bukan hanya sebuah ritual ceremony bangsa arab yang kuno, namun mengajarkan kita makna keimanan dan bentuk ibadah yang lebih universal dalam setiap sendi kehidupan. Bahkan senyum saja ibadah… kenapa bisa ? mari kita renungkan efek besarnya….