Beberapa hari ini saya memiliki hobi baru, mungkin bisa dibilang aneh untuk seseorang dengan tampilan seperti saya. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa saya tiba-tiba tertarik, yang pertama saya tercengang dengan pernyataan salah seorang finalis “arti musik bagi saya adalah alat untuk mengubah dunia”, sejak saat itulah saya menyempatkan diri menatap layar kaca untuk melihat perkembangan seorang remaja berusia lima belas tahun yang memiliki cita-cita untuk membuat aliran musik baru untuk merubah dunia.

Teringat semenjak adik kandung saya, seusia Mikha Angelo, tidak aktif diorganisasi sayapun kehilangan tempat untuk berbagi mimpi, tak ada lagi cerita “pramuka berbagi cerita”, “pramuka berbagi senyum”, “pramuka peduli” dan sederet ide unik menggelitik yang kreatif dan ramah kondisi. Namun, saya sadar bahwa perjalanan minat hidup bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Mungkin saya bahagia memiliki ia yang seperti itu, namun adikku yang terbaiklah yang paling mengerti siapa dirinya. Teruslah mengejar mataharimu.

Kembali pada pembicaraan salah satu finalis, karena bagi saya cita-cita anak remaja ini jauh lebih besar dari sekedar memenagkan x-factor atau mendapatkan grammy di usia muda. Ini cita-cita pembesar dunia yang menyusun barisan rapat-rapat, menyatukan kemampuan para ahli, dari ekonom, insinyur, psikolog, hingga seniman. Seperti judul lagu yang telah dilantunkan oleh Ari Lasso, mengejar matahari, seperti sebuah mengejar mimpi yang panas membara dimana kebanyakan orang lebih suka menghindarinya.

Alasan kedua, adalah karena MCnya adalah kakak tingkat saya di kampus. Keberadaannya disana merupakan simbolitas pengejar mimpi yang perlu diacungi jempol. Bahwa selama ini saya salah, sebuah tangga kesuksesan tidak hanya menjadi milik mereka dari kampus ternama, namun milik mereka yang memilih berpanas-panas untuk mengejar matahari.

Setiap insan memiliki mataharinya sendiri untuk dikejar, beberapa sudah menemukan dimana mataharinya, beberapa sudah memiliki peta luar angkasa yang rumit, dan beberapa masih mengawang di atmosfer. Siapapun itu, teruslah berusaha, mungkin ini akan menjadi sebuah petualangan yang panas namun percayalah jika pada akhirnya akan memberi kebermanfaatan yang besar untuk kehidupan.

I wan’t give up ! saya cukup terpesona ketika melihat anak muda ini mencoba menyampaikan sebuah pesan dari lagu yang mungkin akan menjadi lagu terakhirnya. Namun dalam hati saya menyadari bahwa dengan berani mendeklarasikan diri dengan cita-cita yang cukup panas ia mau tak mau harus siap mengalami semua ini.

Betapa tercengang saya, ketika melihat latar belakang dari pesaingnya, sungguh ia juga bukan sosok yang biasa. Keputusan memilih untuk jujur akan “who am i”, kebesaran hati untuk menciptakan happy ending, percaya diri mengakui kelebihan orang lain, dan kesiapan menghadapi episode baru dengan optimisme.

Akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan, inilah gelanggang, para pengejar matahari, tempat bagi mereka yang berani berkata “i wan’t give up” atau “kita kan bertemu lagi pada karya selanjutnya” siapakah yang pada akhirnya keluar jadi pemenang ? yang jelas bukan mereka yang tidak jujur pada dirinya, bermalas-malasan, dan menyia-nyiakan hidup yang penuh anugrah. Karena pada akhirnya sang pemenang adalah ia yang berani berpanas-panasan untuk mengejar matahari.